Menyelamatkan generasi muda untuk masa depan HKBP. Itulah program yang harus betul-betul diperhatikan HKBP jika ingin lebih eksis ke depan. Demikian rangkuman wawancara HORAS dengan St. Drs. Parpunguan Sianipar, Tom Pasaribu, dan Ir. Bernhard Panjaitan, MM.
.
Pada intinya, yang menjadi sorotan ketiga warga HKBP di Bekasi, Jakarta Timur, dan Jambi, ini adalah peningkatan kualitas pelayanan rohani dengan kotbah-kotbah yang disampaikan dengan cara komunikatif dan menyentuh substansi persoalan hidup jemaat.
.
“Ini sebenarnya sudah standar baku dalam Gereja. HKBP benar-benar harus memiliki pendeta yang kompeten,” kata Tom Pasaribu, Direktur Eksekutif KP31 (Komite Pemantau dan Pemberdayaan Parlemen Indonesia), itu.
.
“Apabila tidak, lama-kelamaan HKBP akan ditinggalkan warganya,” tukas Tom Pasaribu.
.
Generasi muda, dalam hal ini, menurut Parpunguan Sianipar, bukan hanya kaum remaja, juga termasuk anak-anak. “Sepanjang yang saya ketahui, para pimpinan HKBP kurang memperhatikan anak-anak Sekolah Minggu. Padahal merekalah kelak yang akan tumbuh memiliki HKBP,” kata Ketua Parolopolopon 20 Tahun HKBP Setia Mekar, Bekasi itu.
.
Para pendeta, menurut Parpunguan Sianipar tidak hanya cukup bekerja di tengah jemaat dimana dia ditugaskan. “Banyak generasi muda warga HKBP yang hidup marjinal di pabrik-pabrik dan yang lain-lain. Banyak juga yang hidup susah, tinggal di rumah-rumah kontrakan dan pinggiran-pinggiran kali. Pendeta jangan hanya melayani di tengah jemaat yang sudah berkembang. Pendeta juga harus mengunjungi mereka,” gugahnya.
.
Hal serupa juga diungkapkan Bernhard Panjaitan. Pejabat di lingkungan Provinsi Jambi, yang juga Ketua Panitia Prajubileum 150 Tahun HKBP untuk HKBP Jambi, ini menyampaikan kekhawatirannya, apabila HKBP tidak melakukan terobosan-terobosan, suatu saat kelak, HKBP bukan saja stagnan, bahkan bisa habis.
.
Kebaktian alternatif, seperti menyanyikan lagu pujian saat beribadah dengan diiringi musik band, menurutnya sudah tepat agar kaum remaja tidak eksodus ke sekte lain. “Akan tetapi kekuatannya hanya akan bersifat sementara apabila tidak dibarengi dengan pelayanan rohani,” katanya.
.
Di HKBP Jambi, menurut Bernhard Panjaitan, kepedulian terhadap pembinaan generasi muda sudah dilakukan atas inisiatif jemaat. Koor Naposobulung, Koor Remaja, dan Koor Sekolah Minggu sudah dibentuk. Bahkan, paduan suara Anak Sekolah Minggu HKBP Jambi tersebut sudah direkam.
.
“Kita harus menumbuhkan kebanggaan terhadap HKBP di hati anak-anak kita sejak dini. Itulah salah satu alasan kenapa paduan suara anak-anak itu direkam di HKBP Jambi,” tambahnya.
.
HKBP Jambi juga melakukan festival semacam “Idol”. Tujuannya, selain mengembangkan bakat seni remaja, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menjaring para song leader.
.
“Kami bersuka cita. Warga jemaat dan majelis gereja di HKBP Jambi dapat bersinergi dan bekerja sama dengan baik. Mudah-mudahan ke depan, keadaan seperti ini tetap terjalin dengan baik,” kata Bernhard Panjaitan.
.
INKLUSIF
.
Salah satu hal yang boleh dikatakan menghempang perkembangan HKBP adalah cirinya sebagai gereja suku. Pengembangan kuantitas jemaat HKBP, mau tidak mau sangat bergantung pada pertumbuhan penduduk Batak Toba.
.
Agar cita-cita HKBP tumbuh menadi Gereja yang inklusif, dialogis, dan terbuka, menurut Tom Pasaribu menjadi tantangan tersendiri tanpa ada perbaikan sistem dan kualitas.
.
“HKBP bisa melakukan Pekabaran Injil, karena hal seperti itu juga dulu pernah dilakukan ke suku-suku lain. HKBP juga bisa membantu saudara-saudara kita sesama anak Indonesia yang bukan beragama Kristen, misalnya memberikan sumbangan secara serentak pada korban-korban bencana alam di Tanah Air,” kata Tom Pasaribu.
.
Bernhard Panjaitan juga senada dengan Tom Pasaribu. Inklusif sekaligus membangun kebanggan generasi muda bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya melalui siaran-siaran radio dan televisi. Termasuk menerbitkan media berkala.
.
“Perubahan demi perubahan terjadi tiap detik di dunia. HKBP termasuk di dalamnya semua warga jemaat harus memanfaatkan segala potensi untuk bisa tumbuh berkembang ke depan, terutama untuk menyelamatkan generasi muda,” kata Bernhard Panjaitan. H-02
.
Pada intinya, yang menjadi sorotan ketiga warga HKBP di Bekasi, Jakarta Timur, dan Jambi, ini adalah peningkatan kualitas pelayanan rohani dengan kotbah-kotbah yang disampaikan dengan cara komunikatif dan menyentuh substansi persoalan hidup jemaat.
.
“Ini sebenarnya sudah standar baku dalam Gereja. HKBP benar-benar harus memiliki pendeta yang kompeten,” kata Tom Pasaribu, Direktur Eksekutif KP31 (Komite Pemantau dan Pemberdayaan Parlemen Indonesia), itu.
.
“Apabila tidak, lama-kelamaan HKBP akan ditinggalkan warganya,” tukas Tom Pasaribu.
.
Generasi muda, dalam hal ini, menurut Parpunguan Sianipar, bukan hanya kaum remaja, juga termasuk anak-anak. “Sepanjang yang saya ketahui, para pimpinan HKBP kurang memperhatikan anak-anak Sekolah Minggu. Padahal merekalah kelak yang akan tumbuh memiliki HKBP,” kata Ketua Parolopolopon 20 Tahun HKBP Setia Mekar, Bekasi itu.
.
Para pendeta, menurut Parpunguan Sianipar tidak hanya cukup bekerja di tengah jemaat dimana dia ditugaskan. “Banyak generasi muda warga HKBP yang hidup marjinal di pabrik-pabrik dan yang lain-lain. Banyak juga yang hidup susah, tinggal di rumah-rumah kontrakan dan pinggiran-pinggiran kali. Pendeta jangan hanya melayani di tengah jemaat yang sudah berkembang. Pendeta juga harus mengunjungi mereka,” gugahnya.
.
Hal serupa juga diungkapkan Bernhard Panjaitan. Pejabat di lingkungan Provinsi Jambi, yang juga Ketua Panitia Prajubileum 150 Tahun HKBP untuk HKBP Jambi, ini menyampaikan kekhawatirannya, apabila HKBP tidak melakukan terobosan-terobosan, suatu saat kelak, HKBP bukan saja stagnan, bahkan bisa habis.
.
Kebaktian alternatif, seperti menyanyikan lagu pujian saat beribadah dengan diiringi musik band, menurutnya sudah tepat agar kaum remaja tidak eksodus ke sekte lain. “Akan tetapi kekuatannya hanya akan bersifat sementara apabila tidak dibarengi dengan pelayanan rohani,” katanya.
.
Di HKBP Jambi, menurut Bernhard Panjaitan, kepedulian terhadap pembinaan generasi muda sudah dilakukan atas inisiatif jemaat. Koor Naposobulung, Koor Remaja, dan Koor Sekolah Minggu sudah dibentuk. Bahkan, paduan suara Anak Sekolah Minggu HKBP Jambi tersebut sudah direkam.
.
“Kita harus menumbuhkan kebanggaan terhadap HKBP di hati anak-anak kita sejak dini. Itulah salah satu alasan kenapa paduan suara anak-anak itu direkam di HKBP Jambi,” tambahnya.
.
HKBP Jambi juga melakukan festival semacam “Idol”. Tujuannya, selain mengembangkan bakat seni remaja, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menjaring para song leader.
.
“Kami bersuka cita. Warga jemaat dan majelis gereja di HKBP Jambi dapat bersinergi dan bekerja sama dengan baik. Mudah-mudahan ke depan, keadaan seperti ini tetap terjalin dengan baik,” kata Bernhard Panjaitan.
.
INKLUSIF
.
Salah satu hal yang boleh dikatakan menghempang perkembangan HKBP adalah cirinya sebagai gereja suku. Pengembangan kuantitas jemaat HKBP, mau tidak mau sangat bergantung pada pertumbuhan penduduk Batak Toba.
.
Agar cita-cita HKBP tumbuh menadi Gereja yang inklusif, dialogis, dan terbuka, menurut Tom Pasaribu menjadi tantangan tersendiri tanpa ada perbaikan sistem dan kualitas.
.
“HKBP bisa melakukan Pekabaran Injil, karena hal seperti itu juga dulu pernah dilakukan ke suku-suku lain. HKBP juga bisa membantu saudara-saudara kita sesama anak Indonesia yang bukan beragama Kristen, misalnya memberikan sumbangan secara serentak pada korban-korban bencana alam di Tanah Air,” kata Tom Pasaribu.
.
Bernhard Panjaitan juga senada dengan Tom Pasaribu. Inklusif sekaligus membangun kebanggan generasi muda bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya melalui siaran-siaran radio dan televisi. Termasuk menerbitkan media berkala.
.
“Perubahan demi perubahan terjadi tiap detik di dunia. HKBP termasuk di dalamnya semua warga jemaat harus memanfaatkan segala potensi untuk bisa tumbuh berkembang ke depan, terutama untuk menyelamatkan generasi muda,” kata Bernhard Panjaitan. H-02
.
Sumber : HORAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar