Dalam kunjungan saya ke kantor Batak Pos baru-baru ini, Pemimpin Umum (PU) Batak Pos Saut Manurung menyinggung tentang milyaran dana yang beredar ketika Pesta Bona Nataon berlangsung. Tentang jumlah dana yang beredar ketika pesta bona taon diamini Pimpinan Redaksi Batak Pos Apul D Maharadja. Saut Manurung mengatakan, betapa dahsyatnya Bonapasogit (kampung halaman) jika dana itu dialihkan menjadi honor guru-guru yang bermutu ke bonapasogit. Mendengar gagasan Saut Manurung itu, saya terkejut. Dalam hati, menarik juga gagasan itu. Mendengar gagasan ini, saya menjadi mengerti mengapa Batak Pos selama ini berulangkali mengangkat isu pencemaran danau Toba, pembabatan hutan yang amat tragis di Bona Pasogit, korupsi di Bonaapasogit. Berita semacam ini berulangkali diangkat Batak Pos seolah-olah Batak Pos kekurangan berita. Ternyata pengelola Batak Pos begitu serius tentang masa depan Bona Pasogit. Terlihat jelas, Batak Pos tidak melihat memihak kepada penguasa maupun calon pemasang iklan. Doa saya, kiranya Batak Pos tetap teguh memegang komitmennya demi masa depan bagsa yang cerah, khususnya masa depan Bona Pasogit.
.
Beberapa waktu lalu, saya hadir dalam pesta bona taon marga X. Saya menghadiri pesta itu dari istri. Dalam percakapan kami di luar gedung pertemuan, seorang marga X setengah mengeluh mengatakan bahwa marga X cukup tertinggal dengan marga-marga lain. Buktinya, lihatlah, hampir tidak ada mobil mewah, banyak angkot, mobil yang hadir banyak yang “rongsokan”. Di tengah perbincangan itu, saya memotong pembicaraan. Bersyukurlah tunggane (panggilan saya kepada seluruh marga X), datang dengan kesederhanaan dan penuh sukacita itu lebih baik dibandingkan pesta marga yang meriah dengan dihadiri para pejabat yang meyumbang dana hingga ratusan juta rupiah yang sumbernya dirahasiakan. Apalah artinya pesta bona taon yang serba wah, tetapi orang-orang yang hadir adalah koruptor dan adanya pengalihan dana untuk pesta bona taon karena dalam pesta bona taon itu ada penguasa?. Tidakkah itu mengebiri hak-hak rakyat?. Dengan cepat marga X itu mengatakan, kalau ada kesempatan marga X-pun pasti begitu, mungkin lebih parah. Mana ada orang yang mengabaikan kesempatan?. Mendengar jawaban itu, saya terdiam dan meninggalkan mereka. Lalu, saya mencari istri saya yang ternyata telah berbincang-bincang dengan keluarga lain.
.
Suka atau tidak, setuju atau tidak pesta bona taon di kota-kota besar seperti di Jakarta dijadikan sebagai adu gengsi. Pesta bona taon dijadikan sebagai unjuk kebolehan, untuk apa?. Cobalah kita untuk merenung, apa sesungguhnya makna pesta bona taon?. Apakah kita malu pada diri kita sendiri, ketika kita nobatkan penyumbang dana terbesar sebagai pemberi kata sambutan?. Tidakkah ini sebagai bukti pesta bona taon dijadikan ajang unjuk kekayaan materi?.
.
Jikalau kita maknai bahwa pesta bona taon sebagai pesta panen (gotilon) seperti di Israel, menurut Hotman Siahaan seorang sintua (majelis) HKBP Jl. Jambu Jakarta mengatakan, di Israel pesta panen dimaknai sebagai hasil panen pertama diserahkan kepada Allah. Semua yang hadir di pesta panen membawa silua (hasil panen pertama) yang nantinya diserahkan kepada suku Lewi (pelayan Tuhan), janda-janda, orang asing (yang tidak memiliki tanah), dan yatim piatu. Dengan kata lain, hasil yang dikumpulkan di pesta panen itu diserahkan kepada masyarakat marginal (masyarakat yang terabaikan). Menurut Hotman, pesta panen merupakan pesta kolektivitas. Jika pesta bona taon dimaknai sebagai pesta panen di Israel atau pesta gotilon di HKBP maka pesta bona taon mengalami pergeseran Sebab, pesta bona taon acapkali didominasi orang-orang tertentu seperti penguasa, pengusaha, pemborong, pembohong, dan lain sebagainya. Jika pesta bona taon dilaksanakan dengan adanya dominasi orang-orang tertentu, niscaya pesta bona taon tidak bermakna bagi masa depan bangsa maupun marga itu sendiri.
.
Harapan Pimpinan Umum (PU) Batak Pos Saut Manurung agar dana yang beredar itu dijadikan untuk peningkatan sumberdaya manusia di Bona Pasogit sangat relevan dengan hakikat pesta penen di Israel. Kita harus menyadari bahwa masyarakat Batak terlalu banyak yang dikategorikan sebagai masyarakat marginal. Masyarakat putus sekolah dari bona pasogit maupun masayarakat yang lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) datang ke Jakarta tanpa keahlian. Akibatnya, banyak yang menjadi tukang tempel ban, buruh kasar, kernet, calo angkutan, dan lain sebagainya. Saya tidak sedang merendahkan profesi tukang tempel ban, buruh kasar, kernet, calo angkutan dan lain sebagainya. Tetapi, jika mereka memilki sumberdaya manusia yang baik, minimal mereka melakaukannya secara profesional. Jika dia seorang kernet memiliki tujuan hidup yang benar, maka dia melakukannya dengan baik. Minimal, dia menjaga penumpangnya dari kekerasan seperti copet dan pelecehan seksual bagi wanita. Hanya, dibutuhkan pembinaan yang kontinu. Pembinaan yang kontinu ini membutuhkan dana. Oleh sebab itu, dibutuhkan dana untuk pengembangan sumberdaya manusia yang bermutu. Seorang kernet yang mengerti makna hidup, dia mampu berkembang menjadi pengusaha sukses. Inilah pentingnya sebuah motivasi.
.
Teolog Einar Sitompul berpendapat bahwa pesta bona taon diadopsi dari budaya nenek moyang kita orang Batak. Zaman dahulu kala pesta bona taon itu dikatakan sebagai perputaran tahun. Ada orang yang melakukan pembersihan diri dengan marpangir (membersihkan diri dengan jeruk purut) sebagai pembersihan diri seperti yang dilakukan nenek moyang kita orang Batak. Pesta bona taon dimanfaatkan nenek moyang kita sebagai perenungan diri.
.
Perspektif manapun kita memaknai pesta bona taon, hendaknya kita memandangnya sesuai kebutuhan zaman. Zaman ini membutuhkan pengabdian kita untuk menjawab persoalan-persoalan sosial yang sedang kita hadapi. Utamanya, kita menginginkan keadilan sosial. Keadilan sosial akan tercapai ketika manusia di kolong langit ini selalu bersikap adil dalam mengambil keputusan. Bersikap adil adalah bagian dari kualitas sumber daya manusia. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia membutuhkan komitmen. Termasuk komitmen pesta bona taon marga-marga. Mari, kita komitmen membangun Bonapasogit. Batak Pos sudah memulainya.
.
Tulisan ini telah dimuat Batak Pos Sabtu 7 Juni 2008.
by: "gurgur manurung" gurgurmanurung@yahoo.com
Penulis adalah analis di Indonesia Democracy Watch. Mahasiswa doktor di UNJ.
.
Beberapa waktu lalu, saya hadir dalam pesta bona taon marga X. Saya menghadiri pesta itu dari istri. Dalam percakapan kami di luar gedung pertemuan, seorang marga X setengah mengeluh mengatakan bahwa marga X cukup tertinggal dengan marga-marga lain. Buktinya, lihatlah, hampir tidak ada mobil mewah, banyak angkot, mobil yang hadir banyak yang “rongsokan”. Di tengah perbincangan itu, saya memotong pembicaraan. Bersyukurlah tunggane (panggilan saya kepada seluruh marga X), datang dengan kesederhanaan dan penuh sukacita itu lebih baik dibandingkan pesta marga yang meriah dengan dihadiri para pejabat yang meyumbang dana hingga ratusan juta rupiah yang sumbernya dirahasiakan. Apalah artinya pesta bona taon yang serba wah, tetapi orang-orang yang hadir adalah koruptor dan adanya pengalihan dana untuk pesta bona taon karena dalam pesta bona taon itu ada penguasa?. Tidakkah itu mengebiri hak-hak rakyat?. Dengan cepat marga X itu mengatakan, kalau ada kesempatan marga X-pun pasti begitu, mungkin lebih parah. Mana ada orang yang mengabaikan kesempatan?. Mendengar jawaban itu, saya terdiam dan meninggalkan mereka. Lalu, saya mencari istri saya yang ternyata telah berbincang-bincang dengan keluarga lain.
.
Suka atau tidak, setuju atau tidak pesta bona taon di kota-kota besar seperti di Jakarta dijadikan sebagai adu gengsi. Pesta bona taon dijadikan sebagai unjuk kebolehan, untuk apa?. Cobalah kita untuk merenung, apa sesungguhnya makna pesta bona taon?. Apakah kita malu pada diri kita sendiri, ketika kita nobatkan penyumbang dana terbesar sebagai pemberi kata sambutan?. Tidakkah ini sebagai bukti pesta bona taon dijadikan ajang unjuk kekayaan materi?.
.
Jikalau kita maknai bahwa pesta bona taon sebagai pesta panen (gotilon) seperti di Israel, menurut Hotman Siahaan seorang sintua (majelis) HKBP Jl. Jambu Jakarta mengatakan, di Israel pesta panen dimaknai sebagai hasil panen pertama diserahkan kepada Allah. Semua yang hadir di pesta panen membawa silua (hasil panen pertama) yang nantinya diserahkan kepada suku Lewi (pelayan Tuhan), janda-janda, orang asing (yang tidak memiliki tanah), dan yatim piatu. Dengan kata lain, hasil yang dikumpulkan di pesta panen itu diserahkan kepada masyarakat marginal (masyarakat yang terabaikan). Menurut Hotman, pesta panen merupakan pesta kolektivitas. Jika pesta bona taon dimaknai sebagai pesta panen di Israel atau pesta gotilon di HKBP maka pesta bona taon mengalami pergeseran Sebab, pesta bona taon acapkali didominasi orang-orang tertentu seperti penguasa, pengusaha, pemborong, pembohong, dan lain sebagainya. Jika pesta bona taon dilaksanakan dengan adanya dominasi orang-orang tertentu, niscaya pesta bona taon tidak bermakna bagi masa depan bangsa maupun marga itu sendiri.
.
Harapan Pimpinan Umum (PU) Batak Pos Saut Manurung agar dana yang beredar itu dijadikan untuk peningkatan sumberdaya manusia di Bona Pasogit sangat relevan dengan hakikat pesta penen di Israel. Kita harus menyadari bahwa masyarakat Batak terlalu banyak yang dikategorikan sebagai masyarakat marginal. Masyarakat putus sekolah dari bona pasogit maupun masayarakat yang lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) datang ke Jakarta tanpa keahlian. Akibatnya, banyak yang menjadi tukang tempel ban, buruh kasar, kernet, calo angkutan, dan lain sebagainya. Saya tidak sedang merendahkan profesi tukang tempel ban, buruh kasar, kernet, calo angkutan dan lain sebagainya. Tetapi, jika mereka memilki sumberdaya manusia yang baik, minimal mereka melakaukannya secara profesional. Jika dia seorang kernet memiliki tujuan hidup yang benar, maka dia melakukannya dengan baik. Minimal, dia menjaga penumpangnya dari kekerasan seperti copet dan pelecehan seksual bagi wanita. Hanya, dibutuhkan pembinaan yang kontinu. Pembinaan yang kontinu ini membutuhkan dana. Oleh sebab itu, dibutuhkan dana untuk pengembangan sumberdaya manusia yang bermutu. Seorang kernet yang mengerti makna hidup, dia mampu berkembang menjadi pengusaha sukses. Inilah pentingnya sebuah motivasi.
.
Teolog Einar Sitompul berpendapat bahwa pesta bona taon diadopsi dari budaya nenek moyang kita orang Batak. Zaman dahulu kala pesta bona taon itu dikatakan sebagai perputaran tahun. Ada orang yang melakukan pembersihan diri dengan marpangir (membersihkan diri dengan jeruk purut) sebagai pembersihan diri seperti yang dilakukan nenek moyang kita orang Batak. Pesta bona taon dimanfaatkan nenek moyang kita sebagai perenungan diri.
.
Perspektif manapun kita memaknai pesta bona taon, hendaknya kita memandangnya sesuai kebutuhan zaman. Zaman ini membutuhkan pengabdian kita untuk menjawab persoalan-persoalan sosial yang sedang kita hadapi. Utamanya, kita menginginkan keadilan sosial. Keadilan sosial akan tercapai ketika manusia di kolong langit ini selalu bersikap adil dalam mengambil keputusan. Bersikap adil adalah bagian dari kualitas sumber daya manusia. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia membutuhkan komitmen. Termasuk komitmen pesta bona taon marga-marga. Mari, kita komitmen membangun Bonapasogit. Batak Pos sudah memulainya.
.
Tulisan ini telah dimuat Batak Pos Sabtu 7 Juni 2008.
by: "gurgur manurung" gurgurmanurung@yahoo.com
Penulis adalah analis di Indonesia Democracy Watch. Mahasiswa doktor di UNJ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar