Dalam diskusi dengan Tema membedah Aturan dan Peraturan (AP) Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) 2002 di sebuah HKBP yang amat sederhana di daerah Kosambi Kota Tangerang Banten. Teolog Einar Sitompul yang juga pendeta HKBP hadir dalam diskusi itu sebagai narasumber. Dalam diskusi itu saya memaparkan kondisi umum HKBP saat ini seperti perselisihan di HKBP Banda Aceh, HKBP di Bandung, Pondok Bambu, Matraman Jakarta. Dan, masih banyak lagi perselisihan- perselisihan yang dialamai jemaat HKBP yang mengakibatkan batu sandungan bagi umat Kristen lain diluar HKBP maupun di luar umat Kristen. Persoalan di HKBP yang amat mengerikan adalah isu korupsi bantuan Tsunami Aceh (lihat audit resmi yang dilaporkan auditor HKBP). Bagaimana mungkin dana bantuan untuk Tsunami Aceh tidak jelas penggunaanya? . Persoalan yang yang tidak kalah memalukan adalah kasus Praeses Medan-Aceh dimana diduga Midian Sirait melakukan pelecehan seksual terhadap seorang pendeta perempuan. Persoalan inipun dibiarkan oleh ephorus Bonar Napitupulu. Dari kasus yang memalukan ini, secara jelas Ephorus tidak memiliki wibawa.
Dalam pemaparan saya tentang AP HKBP 2002 saya menyampaikan pertanyaan seperti Apakah AP HKBP 2002 sesuai dengan Alkitab?, Apakah AP HKBP 2002 membangun iman jemaat?, Apakah AP HKBP 2002 menjawab konflik di internal HKBP?. Apakah AP HKBP 2002 melanggengkan kekuasaan Ephorus, Praeses dan pimpinan HKBP?. Siapa sesungguhnya yang mengkonsep AP HKBP 2002?. Apakah mereka berintegritas? . Apa kepentingan mereka saat itu?. Apakah orang-orang yang terlibat membuat AP HKBP 2002 ada dalam struktur?. Pertnayaan ini penting, mengingat perlu kita sadar jangan sampai kita dipimpin oleh orang-orang yang haus akan kekuasaan.
Setuju atau tidak setuju, telah menjadi fakta bahwa Sinode Godang yang hakikinya membicarakan masa depan HKBP dijadikan ajang membagi-bagi kekuasaan. Telah menjadi fakta ada tim sukses untuk menjagokan sesorang menjadi ephorus. Bahkan ada isu yang layak dipercaya bahwa calon ephorus telah mengumpulkan dana kampanye hingga kepada pengusaha yang diragukan integritasnya. Seperti pengusaha busuk dan politisi busuk. Dugaan ini perlu pembuktian. Jikalau Sinode Godang HKBP dijadikan para peserta sinode menjadi ajang membag-bagi kekuasaan, padahal dana Sinode Godang dibayai oleh jemaat dan para peserta dibiayai jemaat, lalu hendak kemana HKBP?. Tidakkah kita mulai berpikir agar HKBP tanpa pendeta saja?. Saya kira, iman jemaat dapat bertumbuh tanpa pendeta.
Pengakuan sebagai syarat mutlak
Dalam diskusi itu, seorang jemaat bertanya, mengapa di HKBP terlalu banyak perselisihan? . Lalu, pendeta Einar Sitompul menjawab bahwa di HKBP terjadi perebutan kekuasaan. Satu kursi diperebutkan banyak orang, hal itu salah satu menjadi sumber konflik. Penyebab lain adalah tidak adanya transparansi di HKBP. Di beberapa wilayah HKBP ada yang tidak transparan. Waktu saya di Bandung, saya membiasakan diri untuk transparan ke jemaat. Untuk mengatasi konflik, para pendeta dan penetua mutlak terbuka ke jemaat, ujarnya. Saya setuju dengan pendapat Einar Sitompul itu, dan saya tambahkan lagi dalam diskusi itu bahwa banyak pendeta dan sintua (penetua) terlalu sulit mengakui kesalahan. Padahal, inti dari iman Kristen adalah mengakui kesalahan kepada sesama kemudian berlutut dihadapan Tuhan. Sebagai bukti adalah pasca rekonsiliasi HKBP tahun 1998 tidak ada pengakuan kekeliruan yang dilakukan para pendeta HKBP. Rekonsiliasi dilakukan hanya sebatas seremonial.
Akibatnya, luka di tubuh HKBP sulit pulih secara total. Seandainya rekonsiliasi dimaknai sebagi pengakuan kesalahan dan kemudian saling memaafkan saya kira HKBP akan bangkit dari keterpurukan. HKBP harus menyadari bahwa saling mengampuni harus dimulai dari pengakuan. Pengakuan dosa mutlak sebagai orang Kristen. Ketika diawali dari pengakuan, maka kita dapat bertumbuh secara rohani.
Membangun Jemaat yang bertumbuh.
Konflik yang seringkali muncul di internal HKBP sesungguhnya menunjukkan kepada kita adanya stangnasi kedewasaan rohani. Mantan Ephorus HKBP menyebut sebagai Kristen susu. Berpuluh-puluh tahun menjadi Kristen, tetapi sangat sulit mengampuni. HKBP dikelola dengan cara Organisasi Massa (ORMAS). Bahkan ada yang berpendapat lebih parah dari organisasi massa. Rendahnya mutu HKBP dapat dilihat dari AP HKBP 2002. Hamba Tuhan yang sesungguhnya melayani dijadikan penguasa alias berkedudukan untuk dilayani. Padahal Firman Tuhan secara jelas mengatakan Melayani bukan Dilayani. Harta bergerak dan tidak bergerak mutlak dikuasai pemimpin HKBP. Entah darimana para pendeta HKBP ini belajar. Pakar hokum ,pengamat social, pengamat lingkungan dan berbagai kalangan merasa sedih melihat AP HKBP 2002.
Melihat kondisi ini, jemaat HKBP perlu menyadari bahwa kita harus membangun jemaat. Kita harus membangun jemaat yang sehat seperti jemaat mula-mula (Kisah Para Rasul 2;41-47). Cara jemaat mula-mula merupakan indicator hidup jemaat yang sehat. Dan, peranan setiap warga HKBP melihat indicator yang tertulis di Alkitab 1 Korintus 12;12-31). Dalam konteks ini dikatakan rasul Paulus bahwa banyak anggota tetapi satu tubuh. HKBP dapat menjadi berkat di dunia ini jika jemaatnya bertumbuh secara rohani dan ambil bagian dalam tugasnya masing-masing. Di dalam HKBP seharusnya tidak ada warga yang terabaikan, tetapi semuanya sama. Orang sakit sekalipun dapat menumbuhkan iman jemaat lain ketika dia taat terhadap Tuhan. HKBP dapat bermanfaat bagi dunia jika HKBP setia terhadap nilai-nilai Alkitab hingga maranatha. Kiranya, perilaku elit HKBP berubah oleh pembaruan budi seperti Tema PGI sekarang. Dengan demikian, para pelayan HKBP yang komitmen di desa-desa dan berbagai penjuru tidak tertutupi. Sebab, masih banyak pelayan HKBP yang komitmen dengan panggilan untuk melayani Tuhan.
.
Oleh Gurgur Manurung
Penulis adalah jemaat HKBP, mahasiswa doktor di UNJ.
Telah dimuat di Batak Pos 31 Mei 2008.
Dalam pemaparan saya tentang AP HKBP 2002 saya menyampaikan pertanyaan seperti Apakah AP HKBP 2002 sesuai dengan Alkitab?, Apakah AP HKBP 2002 membangun iman jemaat?, Apakah AP HKBP 2002 menjawab konflik di internal HKBP?. Apakah AP HKBP 2002 melanggengkan kekuasaan Ephorus, Praeses dan pimpinan HKBP?. Siapa sesungguhnya yang mengkonsep AP HKBP 2002?. Apakah mereka berintegritas? . Apa kepentingan mereka saat itu?. Apakah orang-orang yang terlibat membuat AP HKBP 2002 ada dalam struktur?. Pertnayaan ini penting, mengingat perlu kita sadar jangan sampai kita dipimpin oleh orang-orang yang haus akan kekuasaan.
Setuju atau tidak setuju, telah menjadi fakta bahwa Sinode Godang yang hakikinya membicarakan masa depan HKBP dijadikan ajang membagi-bagi kekuasaan. Telah menjadi fakta ada tim sukses untuk menjagokan sesorang menjadi ephorus. Bahkan ada isu yang layak dipercaya bahwa calon ephorus telah mengumpulkan dana kampanye hingga kepada pengusaha yang diragukan integritasnya. Seperti pengusaha busuk dan politisi busuk. Dugaan ini perlu pembuktian. Jikalau Sinode Godang HKBP dijadikan para peserta sinode menjadi ajang membag-bagi kekuasaan, padahal dana Sinode Godang dibayai oleh jemaat dan para peserta dibiayai jemaat, lalu hendak kemana HKBP?. Tidakkah kita mulai berpikir agar HKBP tanpa pendeta saja?. Saya kira, iman jemaat dapat bertumbuh tanpa pendeta.
Pengakuan sebagai syarat mutlak
Dalam diskusi itu, seorang jemaat bertanya, mengapa di HKBP terlalu banyak perselisihan? . Lalu, pendeta Einar Sitompul menjawab bahwa di HKBP terjadi perebutan kekuasaan. Satu kursi diperebutkan banyak orang, hal itu salah satu menjadi sumber konflik. Penyebab lain adalah tidak adanya transparansi di HKBP. Di beberapa wilayah HKBP ada yang tidak transparan. Waktu saya di Bandung, saya membiasakan diri untuk transparan ke jemaat. Untuk mengatasi konflik, para pendeta dan penetua mutlak terbuka ke jemaat, ujarnya. Saya setuju dengan pendapat Einar Sitompul itu, dan saya tambahkan lagi dalam diskusi itu bahwa banyak pendeta dan sintua (penetua) terlalu sulit mengakui kesalahan. Padahal, inti dari iman Kristen adalah mengakui kesalahan kepada sesama kemudian berlutut dihadapan Tuhan. Sebagai bukti adalah pasca rekonsiliasi HKBP tahun 1998 tidak ada pengakuan kekeliruan yang dilakukan para pendeta HKBP. Rekonsiliasi dilakukan hanya sebatas seremonial.
Akibatnya, luka di tubuh HKBP sulit pulih secara total. Seandainya rekonsiliasi dimaknai sebagi pengakuan kesalahan dan kemudian saling memaafkan saya kira HKBP akan bangkit dari keterpurukan. HKBP harus menyadari bahwa saling mengampuni harus dimulai dari pengakuan. Pengakuan dosa mutlak sebagai orang Kristen. Ketika diawali dari pengakuan, maka kita dapat bertumbuh secara rohani.
Membangun Jemaat yang bertumbuh.
Konflik yang seringkali muncul di internal HKBP sesungguhnya menunjukkan kepada kita adanya stangnasi kedewasaan rohani. Mantan Ephorus HKBP menyebut sebagai Kristen susu. Berpuluh-puluh tahun menjadi Kristen, tetapi sangat sulit mengampuni. HKBP dikelola dengan cara Organisasi Massa (ORMAS). Bahkan ada yang berpendapat lebih parah dari organisasi massa. Rendahnya mutu HKBP dapat dilihat dari AP HKBP 2002. Hamba Tuhan yang sesungguhnya melayani dijadikan penguasa alias berkedudukan untuk dilayani. Padahal Firman Tuhan secara jelas mengatakan Melayani bukan Dilayani. Harta bergerak dan tidak bergerak mutlak dikuasai pemimpin HKBP. Entah darimana para pendeta HKBP ini belajar. Pakar hokum ,pengamat social, pengamat lingkungan dan berbagai kalangan merasa sedih melihat AP HKBP 2002.
Melihat kondisi ini, jemaat HKBP perlu menyadari bahwa kita harus membangun jemaat. Kita harus membangun jemaat yang sehat seperti jemaat mula-mula (Kisah Para Rasul 2;41-47). Cara jemaat mula-mula merupakan indicator hidup jemaat yang sehat. Dan, peranan setiap warga HKBP melihat indicator yang tertulis di Alkitab 1 Korintus 12;12-31). Dalam konteks ini dikatakan rasul Paulus bahwa banyak anggota tetapi satu tubuh. HKBP dapat menjadi berkat di dunia ini jika jemaatnya bertumbuh secara rohani dan ambil bagian dalam tugasnya masing-masing. Di dalam HKBP seharusnya tidak ada warga yang terabaikan, tetapi semuanya sama. Orang sakit sekalipun dapat menumbuhkan iman jemaat lain ketika dia taat terhadap Tuhan. HKBP dapat bermanfaat bagi dunia jika HKBP setia terhadap nilai-nilai Alkitab hingga maranatha. Kiranya, perilaku elit HKBP berubah oleh pembaruan budi seperti Tema PGI sekarang. Dengan demikian, para pelayan HKBP yang komitmen di desa-desa dan berbagai penjuru tidak tertutupi. Sebab, masih banyak pelayan HKBP yang komitmen dengan panggilan untuk melayani Tuhan.
.
Oleh Gurgur Manurung
Penulis adalah jemaat HKBP, mahasiswa doktor di UNJ.
Telah dimuat di Batak Pos 31 Mei 2008.
1 komentar:
Jujur Sebagai Naposo HKBP, aku merindukan sebuah Sikap hati yg boleh di paparkan Oleh Amang Gurgur ini.
Berdasarkan pengamatan terbatas saya, ini terjadi karena kurangnya pembinaan untuk pembangunan Spritualitas (bagi warga jemaat trmsk Pdt)
Semua pandangan Amang inang, terlalu mengkultuskan orang pada hal (kedudukan, pekerjaan, uang rumah).
mari kembalikan lagi kejayaan HKBP pada masa lampau dimana lahir penginjil2 yg rela mengabdikan hidupnya tanpa pamrih hanya untuk kemuliaan namaNya saja.
Posting Komentar