Ada masalah krusial saat ini yang menimpa HKBP Resort Kanaan Dalu-dalu, Distrik XXII Riau, yaitu ketiadaan pendeta yang bertugas sekaligus ketidakjelasan statusnya sebagai Resort. Gedung gereja tersebut dibangun Perkebunan Kelapa Sawit PT Hutahaean sebagai tempat ibadah bagi karyawannya yang beragama Kristen, sedangkan HKBP Resort Kanaan Dalu-dalu sendiri diresmikan Ephorus HKBP DR SAE Nababan, 4 Oktober 1998.
.
Sulit diterima akal, sebuah Gereja Resort di lingkungan HKBP tidak memiliki pendeta. Tetapi, itulah yang terjadi di HKBP Resort Kanaan Dalu-dalu Distrik XXII Riau. Sudah tiga tahun gereja yang terletak di Perkebunan Kelapa Sawit PT Hutahaean Dalu-dalu, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau ini menjalankan sendiri roda organisasinya dengan hanya mengandalkan parhalado (majelis) yang terdiri dari sintua (penatua gereja) dan calon sintua. Lantas, bagaimana gereja ini melaksanakan tugas pelayanan seperti pembaptisan, sidi, pemberkatan pernikahan, Perjamuan Kudus, dan kegiatan lainnya yang seharusnya dilakukan seorang pendeta?
.
"Kami minta bantuan dari pendeta HKBP dari gereja lain,"jawab Uluan HKBP Resort Kanaan, St. K. Situmorang.
.
Kejadian ini sudah berlangsung tiga tahun. Pendeta terakhir yang bertugas adalah Pdt. Hotman Sitorus, sebelum pindah 9 Januari 2005. Penggantinya, Pdt. Martulus Manullang, STh (SK tertanggal 22 November 2004) hanya sekali berkunjung ke Dalu-dalu, yaitu 8 Mei 2005, namun tak pernah kembali lagi.
.
Tujuh bulan tanpa pendeta sedangkan kebutuhan untuk itu sudah sangat mendesak, mendorong majelis HKBP Resort Kanaan menyurati Ephorus HKBP Dr. Bonar Napitupulu. Inti surat tertanggal 29 Juni 2005 tersebut adalah keinginan HKBP Resort Kanaan untuk mundur (mansohot) menunggu adanya perubahan sikap Ephorus agar lebih memperhatikan nasib mereka.
.
HKBP Resort Kanaan pada akhirnya tidak jadi mundur, malah HKBP mengirimkan Pdt. Mauli H. Aritonang (SK tertanggal 16 Desember 2005) menggantikan Pdt. Martulus Manullang. Sayangnya, setelah sempat berkunjung, sang pendeta juga tak kunjung bertugas.
.
HKBP kembali menugaskan Pdt. Bangun Sitohang, STh (SK tertanggal 10 Mei 2006), namun pendeta ini tak pernah berkunjung, apalagi bertugas.
.
Begitu juga halnya dengan Pdt. Bernard Siagian, STh (SK tertanggal 29 November 2006) yang ditugaskan menggantikan Pdt. Bangun Sitohang.
.
Sempat beredar kabar miring di lingkungan HKBP Riau, bahwa selama bertugas di Dalu-dalu, Pdt Hotman Sitorus mengaku tidak hidup sejahtera (hurang balanjo). Tidak jelas apakah kabar miring ini mempengaruhi keengganan pendeta bertugas di Dalu-dalu.
.
Yang jelas, dalam berbagai kesempatan, parhalado HKBP Resort Kanaan menggambarkan bahwa selama di Dalu-dalu, Pdt Hotman Sitorus tidak pernah kekurangan biaya, bahkan diberi 14 bulan dalam setahun, sanggup membeli lahan dan sepeda motor, dan selain jadi Pendeta Resort dia juga merangkap jabatan Bendahara Resort.
.
Dirut PT Hutahaean, St. Harangan Wilmar Hutahaean juga menukas senada. "Ini lebih pada rekayasa. Saya sempat dikonfirmasi Praeses (Distrik XXII Riau) dan Pdt Tumpal Hutahaean (Anggota MPSD Distrik XXII Riau). Saya jawa, kami malah mengusulkan gaji Pdt Hotman Sitorus setara dengan pendeta Distrik, tiga kali gaji pokok, tetapi Pdt Hotman Sitorus tak bersedia," katanya.
.
PT Hutahaean juga memberikan banyak bantuan berupa bahan bangunan, alat, dan tenaga serta bantuan dalam bentuk uang kepada sejumlah pagaran (gereja anggota) saat membangun. HKBP Resort Kanaan selaku sabungan (induk Resort) juga banyak menyantuni anggota, yang jumlahnya 10 pagaran. "Itulah gambaran bahwa sabungan dan PT Hutahaean sangat peduli pada organisasi HKBP Resort Kanaan, kata St. K. Situmorang.
.
DITINGGAL PAGARAN
.
Keberadaan HKBP Resort Kanaan semakin tak menentu. Pada saat pendeta tak ada yang bertugas, yaitu 3 April 2005, sejumlah pagaran malah mengundurkan diri dari HKBP Resort Kanaan. Pagaran tersebut adalah HKBP Rantau Kasai, HKBP Simpang SKPD, HKBP KM-4 Murini, HKBP Mahato Sakti, HKBP Sei Talas, dan HKBP TSM Bangun Jaya. Pada Oktober 2005, pagaran-pagaran tersebut diresmikan menjadi resort persiapan, dengan nama HKBP Resort Estomihi.
.
Karena kebutuhan pendeta belum dipenuhi, pagaran lain yang tadinya bertahan di HKBP Resort Kanaan Dalu-dalu akhirnya memilih bergabung dengan HKBP Resort Persiapan Estomihi pada Juni 2006. Disebutkan resort persiapan diprakarsai Pdt Hotman Sitorus dan Praeses HKBP Distrik XXII Riau.
.
Pembentukan resort baru ini mendapat reaksi dari majelis HKBP Resort Kanaan Dalu-dalu karena dianggap tidak sesuai dengan aturan dan peraturan HKBP 2004-2010. "Mekanisme tidak ada, juga pemberitahuan. Sekarang HKBP Resort Kanaan Dalu-dalu terkatung-katung. Disebut resort, tapi tidak punya pagaran. Strukturnya bagaimana?" ujar St. K. Situmorang.
.
HW Hutahaean menambahkan, "Pembentukan Resort baru itu tanpa melalui prosedur HKBP. Misalnya harus ada Rapat Resort, yang ditinggalka harus setuju, dan menyeleaikan dabu-dabu (urusan administrasi). Saya tahu persis, karena saya pernah jadi Parhalado Pusat Majelis Pusat HKBP)."
.
KELIRU
.
Apa alasan pagaran berpisah dari HKBP Resort Kanaan? Ternyata, pemicunya adalah surat HW Hutahaean selaku Dirut PT Hutahaean (tanggal 11 Januari 2005) kepada pengurus gereja HKBP Resort Kanaan untuk mengatur pemakaian gedung gereja antara HKBP dengan sekte gereja lain secara bergilir. Sebab, selain HKBP, karyawan perkebunan banyak yang jadi jemaat GKPI, Methodist, Gereja Bethel Indonesia, dan Gereja Pentakosta, dan mereka tidak memiliki gereja sebagai tempat ibadah.
.
Sejumlah pagaran langsung bereaksi dengan cara mengundurkan diri dari Resort. Dengan alasan, gereja HKBP Resort Kanaan tidak lagi murni milik HKBP dan telah berubah menjadi Oikumene. Mereka minta petunjuk dari Praeses Distrik XXII Riau, dan tak berapa lama berdirilah HKBP Resort Persiapan Estomihi.
.
HW Hutahaean menganggap sikap pagaran tersebut sangat keliru. "Maksud saya baik, ingin mengakomodir kebutuhan seluruh pemeluk agama Kristen di perkebunan untuk melakukan ibadah dalam suasana nyaman dan tenang, itulah salah satu bagian dari tangung jawab perusahaan yang memiliki banyak karyawan. Dan, yang tak kalah penting, saya sudah menjelaskannya kepada Praeses, gedung gereja HKBP Resort Kanaan adalah hak pakai, bukan hak milik HKBP. Hal itu dituangkan dalam surat penyerahan gedung yang saya tanda tangani dengan Ephorus HKBP DR SAE Nababan, disaksikan Praeses Tapsel-Sumbar-Riau dan Pendeta Resort HKBP Kampar Barat (HKBP Resort Kanaan adalah pemekaran dari Resort Kampar di bawah naungan Distrik I Tapsel-Sumbar-Riau. Sedangkan Distrik XXII Riau, belum dikukuhkan). Kalau saja lahan milik saya, akan saya serahkan kepada HKBP. Perusahaan tidak memiliki hak dan wewenang menyerahkan tanah negara menjadi milik HKBP karena perusahaan hanya memiliki Hak Guna Usaha," papar HW Hutahaean.
.
Namun, apa lacur, gedung gereja hingga sekarang belum pernah dipergunakan secara bergilir tetapi pagaran HKBP Resort Kanaan sudah terlanjur mendirikan Resort sendiri. Hal inilah yang membuat parhalado dan HW Hutahaean masygul. Apalagi HKBP Resort Kanaan kini kerap disebut Gereja Oikumene. Padahal, sebagaimana diungkapkan parhalado dan dapat disaksikan saat mengikuti kebaktian Minggu, seluruh tata gereja yang berlaku di HKBP, termasuk penggunaan Almanak dan Buku Ende HKBP tetap dipertahankan.
.
Kalangan jemaat HKBP Riau sendiri menganggap adanya rekayasa untuk melumpuhkan HKBP Resort Kanaan dengan alasan yang masih dibalut misteri, termasuk dikait-kaitkan dengan tidak bertugasnya pendeta dan diresmikannya HKBP Persiapan Resort Estomihi.
.
"Kami tidak bisa menentukan sikap karena masih serba terkatung-katung. Sejak awal kekurangannya ada pada Praeses karena tidak melakukan klarifikasi, mencari akar masalah. Kalau ada masalah, didamaikan saja. Bagi kami tidak ada masalah. Kami hanya parhalado biasa, yang siap diatur dan dituntun. Keadaan ini harus dibenahi untuk tidak memberikan preseden buruk ke depan. Demi kebaikan dan kebenaran," kata St. K. Situmorang.
.
HW Hutahaean juga senada dengan St. K. Situmorang, "HKBP mau dibawa kemana dengan pola kepemimpinan sekarang? Akhir-akhir ini banyak sekali terjadi konflik di tubuh HKBP. Pimpinan terlalu banyak campur tangan. Pimpinan yang baik tentu tidak membiarkan jemaatnya seperti domba kehilangan gembala. Dalam kasus HKBP Resort Kanaan, kalau ada yang sakit hati ke saya, sasarannya adalah saya, bukan jemaat," ujarnya.
.
Ke depan HW Hutahaean berharap adanya figur kepemimpinan di HKBP yang mampu menjalankan tugas sesuai tohonan, bukan berdasarkan kepentingan pribadi.
.
Sumber : Horas, Edisi 92 / 25 Februari - 15 Maret 2008
.
Sulit diterima akal, sebuah Gereja Resort di lingkungan HKBP tidak memiliki pendeta. Tetapi, itulah yang terjadi di HKBP Resort Kanaan Dalu-dalu Distrik XXII Riau. Sudah tiga tahun gereja yang terletak di Perkebunan Kelapa Sawit PT Hutahaean Dalu-dalu, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau ini menjalankan sendiri roda organisasinya dengan hanya mengandalkan parhalado (majelis) yang terdiri dari sintua (penatua gereja) dan calon sintua. Lantas, bagaimana gereja ini melaksanakan tugas pelayanan seperti pembaptisan, sidi, pemberkatan pernikahan, Perjamuan Kudus, dan kegiatan lainnya yang seharusnya dilakukan seorang pendeta?
.
"Kami minta bantuan dari pendeta HKBP dari gereja lain,"jawab Uluan HKBP Resort Kanaan, St. K. Situmorang.
.
Kejadian ini sudah berlangsung tiga tahun. Pendeta terakhir yang bertugas adalah Pdt. Hotman Sitorus, sebelum pindah 9 Januari 2005. Penggantinya, Pdt. Martulus Manullang, STh (SK tertanggal 22 November 2004) hanya sekali berkunjung ke Dalu-dalu, yaitu 8 Mei 2005, namun tak pernah kembali lagi.
.
Tujuh bulan tanpa pendeta sedangkan kebutuhan untuk itu sudah sangat mendesak, mendorong majelis HKBP Resort Kanaan menyurati Ephorus HKBP Dr. Bonar Napitupulu. Inti surat tertanggal 29 Juni 2005 tersebut adalah keinginan HKBP Resort Kanaan untuk mundur (mansohot) menunggu adanya perubahan sikap Ephorus agar lebih memperhatikan nasib mereka.
.
HKBP Resort Kanaan pada akhirnya tidak jadi mundur, malah HKBP mengirimkan Pdt. Mauli H. Aritonang (SK tertanggal 16 Desember 2005) menggantikan Pdt. Martulus Manullang. Sayangnya, setelah sempat berkunjung, sang pendeta juga tak kunjung bertugas.
.
HKBP kembali menugaskan Pdt. Bangun Sitohang, STh (SK tertanggal 10 Mei 2006), namun pendeta ini tak pernah berkunjung, apalagi bertugas.
.
Begitu juga halnya dengan Pdt. Bernard Siagian, STh (SK tertanggal 29 November 2006) yang ditugaskan menggantikan Pdt. Bangun Sitohang.
.
Sempat beredar kabar miring di lingkungan HKBP Riau, bahwa selama bertugas di Dalu-dalu, Pdt Hotman Sitorus mengaku tidak hidup sejahtera (hurang balanjo). Tidak jelas apakah kabar miring ini mempengaruhi keengganan pendeta bertugas di Dalu-dalu.
.
Yang jelas, dalam berbagai kesempatan, parhalado HKBP Resort Kanaan menggambarkan bahwa selama di Dalu-dalu, Pdt Hotman Sitorus tidak pernah kekurangan biaya, bahkan diberi 14 bulan dalam setahun, sanggup membeli lahan dan sepeda motor, dan selain jadi Pendeta Resort dia juga merangkap jabatan Bendahara Resort.
.
Dirut PT Hutahaean, St. Harangan Wilmar Hutahaean juga menukas senada. "Ini lebih pada rekayasa. Saya sempat dikonfirmasi Praeses (Distrik XXII Riau) dan Pdt Tumpal Hutahaean (Anggota MPSD Distrik XXII Riau). Saya jawa, kami malah mengusulkan gaji Pdt Hotman Sitorus setara dengan pendeta Distrik, tiga kali gaji pokok, tetapi Pdt Hotman Sitorus tak bersedia," katanya.
.
PT Hutahaean juga memberikan banyak bantuan berupa bahan bangunan, alat, dan tenaga serta bantuan dalam bentuk uang kepada sejumlah pagaran (gereja anggota) saat membangun. HKBP Resort Kanaan selaku sabungan (induk Resort) juga banyak menyantuni anggota, yang jumlahnya 10 pagaran. "Itulah gambaran bahwa sabungan dan PT Hutahaean sangat peduli pada organisasi HKBP Resort Kanaan, kata St. K. Situmorang.
.
DITINGGAL PAGARAN
.
Keberadaan HKBP Resort Kanaan semakin tak menentu. Pada saat pendeta tak ada yang bertugas, yaitu 3 April 2005, sejumlah pagaran malah mengundurkan diri dari HKBP Resort Kanaan. Pagaran tersebut adalah HKBP Rantau Kasai, HKBP Simpang SKPD, HKBP KM-4 Murini, HKBP Mahato Sakti, HKBP Sei Talas, dan HKBP TSM Bangun Jaya. Pada Oktober 2005, pagaran-pagaran tersebut diresmikan menjadi resort persiapan, dengan nama HKBP Resort Estomihi.
.
Karena kebutuhan pendeta belum dipenuhi, pagaran lain yang tadinya bertahan di HKBP Resort Kanaan Dalu-dalu akhirnya memilih bergabung dengan HKBP Resort Persiapan Estomihi pada Juni 2006. Disebutkan resort persiapan diprakarsai Pdt Hotman Sitorus dan Praeses HKBP Distrik XXII Riau.
.
Pembentukan resort baru ini mendapat reaksi dari majelis HKBP Resort Kanaan Dalu-dalu karena dianggap tidak sesuai dengan aturan dan peraturan HKBP 2004-2010. "Mekanisme tidak ada, juga pemberitahuan. Sekarang HKBP Resort Kanaan Dalu-dalu terkatung-katung. Disebut resort, tapi tidak punya pagaran. Strukturnya bagaimana?" ujar St. K. Situmorang.
.
HW Hutahaean menambahkan, "Pembentukan Resort baru itu tanpa melalui prosedur HKBP. Misalnya harus ada Rapat Resort, yang ditinggalka harus setuju, dan menyeleaikan dabu-dabu (urusan administrasi). Saya tahu persis, karena saya pernah jadi Parhalado Pusat Majelis Pusat HKBP)."
.
KELIRU
.
Apa alasan pagaran berpisah dari HKBP Resort Kanaan? Ternyata, pemicunya adalah surat HW Hutahaean selaku Dirut PT Hutahaean (tanggal 11 Januari 2005) kepada pengurus gereja HKBP Resort Kanaan untuk mengatur pemakaian gedung gereja antara HKBP dengan sekte gereja lain secara bergilir. Sebab, selain HKBP, karyawan perkebunan banyak yang jadi jemaat GKPI, Methodist, Gereja Bethel Indonesia, dan Gereja Pentakosta, dan mereka tidak memiliki gereja sebagai tempat ibadah.
.
Sejumlah pagaran langsung bereaksi dengan cara mengundurkan diri dari Resort. Dengan alasan, gereja HKBP Resort Kanaan tidak lagi murni milik HKBP dan telah berubah menjadi Oikumene. Mereka minta petunjuk dari Praeses Distrik XXII Riau, dan tak berapa lama berdirilah HKBP Resort Persiapan Estomihi.
.
HW Hutahaean menganggap sikap pagaran tersebut sangat keliru. "Maksud saya baik, ingin mengakomodir kebutuhan seluruh pemeluk agama Kristen di perkebunan untuk melakukan ibadah dalam suasana nyaman dan tenang, itulah salah satu bagian dari tangung jawab perusahaan yang memiliki banyak karyawan. Dan, yang tak kalah penting, saya sudah menjelaskannya kepada Praeses, gedung gereja HKBP Resort Kanaan adalah hak pakai, bukan hak milik HKBP. Hal itu dituangkan dalam surat penyerahan gedung yang saya tanda tangani dengan Ephorus HKBP DR SAE Nababan, disaksikan Praeses Tapsel-Sumbar-Riau dan Pendeta Resort HKBP Kampar Barat (HKBP Resort Kanaan adalah pemekaran dari Resort Kampar di bawah naungan Distrik I Tapsel-Sumbar-Riau. Sedangkan Distrik XXII Riau, belum dikukuhkan). Kalau saja lahan milik saya, akan saya serahkan kepada HKBP. Perusahaan tidak memiliki hak dan wewenang menyerahkan tanah negara menjadi milik HKBP karena perusahaan hanya memiliki Hak Guna Usaha," papar HW Hutahaean.
.
Namun, apa lacur, gedung gereja hingga sekarang belum pernah dipergunakan secara bergilir tetapi pagaran HKBP Resort Kanaan sudah terlanjur mendirikan Resort sendiri. Hal inilah yang membuat parhalado dan HW Hutahaean masygul. Apalagi HKBP Resort Kanaan kini kerap disebut Gereja Oikumene. Padahal, sebagaimana diungkapkan parhalado dan dapat disaksikan saat mengikuti kebaktian Minggu, seluruh tata gereja yang berlaku di HKBP, termasuk penggunaan Almanak dan Buku Ende HKBP tetap dipertahankan.
.
Kalangan jemaat HKBP Riau sendiri menganggap adanya rekayasa untuk melumpuhkan HKBP Resort Kanaan dengan alasan yang masih dibalut misteri, termasuk dikait-kaitkan dengan tidak bertugasnya pendeta dan diresmikannya HKBP Persiapan Resort Estomihi.
.
"Kami tidak bisa menentukan sikap karena masih serba terkatung-katung. Sejak awal kekurangannya ada pada Praeses karena tidak melakukan klarifikasi, mencari akar masalah. Kalau ada masalah, didamaikan saja. Bagi kami tidak ada masalah. Kami hanya parhalado biasa, yang siap diatur dan dituntun. Keadaan ini harus dibenahi untuk tidak memberikan preseden buruk ke depan. Demi kebaikan dan kebenaran," kata St. K. Situmorang.
.
HW Hutahaean juga senada dengan St. K. Situmorang, "HKBP mau dibawa kemana dengan pola kepemimpinan sekarang? Akhir-akhir ini banyak sekali terjadi konflik di tubuh HKBP. Pimpinan terlalu banyak campur tangan. Pimpinan yang baik tentu tidak membiarkan jemaatnya seperti domba kehilangan gembala. Dalam kasus HKBP Resort Kanaan, kalau ada yang sakit hati ke saya, sasarannya adalah saya, bukan jemaat," ujarnya.
.
Ke depan HW Hutahaean berharap adanya figur kepemimpinan di HKBP yang mampu menjalankan tugas sesuai tohonan, bukan berdasarkan kepentingan pribadi.
.
Sumber : Horas, Edisi 92 / 25 Februari - 15 Maret 2008
1 komentar:
sepanjang yang saya tahu, seorang pendeta atau gembala gereja melakukan tugasnya secara ikhlas dan tulus tanpa embel2... bukankah pendeta seharusnya memikirkan bagaimana memberitakan injil dan menyelamatkan umat Tuhan, dan bukan memikirkan kepentingan dirinya sendiri??..
atau apakah pengertian dan pemahaman ttg tugas seorang pendeta sudah mulai bergeser.... ironis sekali.
saya harap HKBP mulai memeperbaiki hal2 yang sangat teknis seperti ini..tolong pikirkan jemaat...bagaimana jemaat mau selamat kalo petinggi2nya saja ternyata bermasalah.
Posting Komentar