Jakarta, Bahana
.
Benarkah adat Batak bertentangan dengan Injil? Untuk menjawab pertanyaan ini dan sejumlah pertanyaan lain, Yayasan Gema Kyriasa menggelar seminar bertajuk “Adat Batak dan Injil; Apakah Benar Adat Batak Bertentangan dengan Injil?” belum lama ini di Jakarta.
.
Pdt. Ir. Mangapul Sagala, M. Div tampil sebagai pembicara tunggal dalam seminar yang sebagian pesertanya adalah orang tua. Mangapul menjelaskan bahwa letak permasalahan adanya polemik semacam ini karena kurangnya pemahaman orang-orang yang terlibat dalam polemik itu baik atas Injil maupun atas adat Batak.
.
Ia memberi contoh soal ulos (selendang). Mereka yang kontra adat berpendapat bahwa di dalam ulos ada kuasa gelap sehingga dapat mengikat orang yang memakainya dan menyebabkan kehidupan orang tersebut tidak bertumbuh. Terhadap pendapat ini Mangapul dengan tegas menolak. “Saya menolak penilaian itu karena ibu saya penenun ulos di Tapanuli, dan saya tidak pernah mengamati adanya kuasa gelap dalam pembuatan atau penenunan ulos itu,” tegas pria berbadan gelap ini.
.
Lantas bagaimana menempatkan Injil di depan adat dan sebaliknya adat di hadapan Injil? Menurut Mangapul, sikap yang rasional dan elegan bukan menerima semua atau menolak semua adat. Tetapi bersikap selektif. Untuk itu lanjutnya, harus ada pemahaman yang baik dan mendalam terhadap injil.
.
(E. Dapa Loka)
Sumber : Majalah Bahana
.
Benarkah adat Batak bertentangan dengan Injil? Untuk menjawab pertanyaan ini dan sejumlah pertanyaan lain, Yayasan Gema Kyriasa menggelar seminar bertajuk “Adat Batak dan Injil; Apakah Benar Adat Batak Bertentangan dengan Injil?” belum lama ini di Jakarta.
.
Pdt. Ir. Mangapul Sagala, M. Div tampil sebagai pembicara tunggal dalam seminar yang sebagian pesertanya adalah orang tua. Mangapul menjelaskan bahwa letak permasalahan adanya polemik semacam ini karena kurangnya pemahaman orang-orang yang terlibat dalam polemik itu baik atas Injil maupun atas adat Batak.
.
Ia memberi contoh soal ulos (selendang). Mereka yang kontra adat berpendapat bahwa di dalam ulos ada kuasa gelap sehingga dapat mengikat orang yang memakainya dan menyebabkan kehidupan orang tersebut tidak bertumbuh. Terhadap pendapat ini Mangapul dengan tegas menolak. “Saya menolak penilaian itu karena ibu saya penenun ulos di Tapanuli, dan saya tidak pernah mengamati adanya kuasa gelap dalam pembuatan atau penenunan ulos itu,” tegas pria berbadan gelap ini.
.
Lantas bagaimana menempatkan Injil di depan adat dan sebaliknya adat di hadapan Injil? Menurut Mangapul, sikap yang rasional dan elegan bukan menerima semua atau menolak semua adat. Tetapi bersikap selektif. Untuk itu lanjutnya, harus ada pemahaman yang baik dan mendalam terhadap injil.
.
(E. Dapa Loka)
Sumber : Majalah Bahana
1 komentar:
Ketika saya hendak menikah pun, sebagai orang pria Batak - saya harus dihadapkan dengan segala bentuk adat istiadat Batak yang sangat merepotkan. Saya sempat dibuat pusing tujuh keliling. Yang terbayang di hadapan saya saat itu, adalah biaya pesta yang akan membengkak, di luar dugaan!. Karena itu,Saya menolak mentah-mentah segala bentuk aturan adat istiadat Batak, yang saya rasa tidak perlu karena saya merasa tidak penting!. Kalau boleh jujur, alasan yang saya buat-buat adalah tidak sesuai dengan keyakinan / prinsip saya. Saya keras sekali menentang semua rentetan prosesi adat orang Batak. Alasan yang saya buat-buat ketika itu adalah sangat bertentangan dengan ajaran Injil atau firman TUHAN (tidak sesuai dengan ajaran Kristus/Kristen) seperti yang dikatakan banyak kalangan dari gereja Kharismatik.Telah melakukan penyembahan kepada berhala-berhala! Padahal, alasan saya menentang sebenarnya adalah soal biaya dan biaya yang saya tidak sanggup. Setelah berkunsultasi kesana-kemari dengan orang tua dari kalangan orang Batak atau tidak. Dan saya tidak lupa berdoa untuk diturunkan pencerahan pikiran.
Entah kenapa waktu itu saya hanya pasrah menerima saja. Saya hanya serahkan semua pada TUHAN saja. Seperti apa yang terbaik, karena hanya DIA yang tahu. Akhirnya saya pun setuju saja, dan menyerahkan sepenuhnya semua prosesi pernikahan saya akan dilakukan melalui prosesi adat Batat (Mangadati) secara penuh (adat na gok). Yang penting adalah niat saya yang tulus, kalau itu adalah jalan yang terbaik yang akan diberikan TUHAN. Dan anehnya, tampa disangka-sangka, rejeki / order saya ada saja untuk menutupi semua perkara biaya-biaya pesta adat itu. Disaat ini diusia pernikahan saya yang masih baru ini (sudah dikarunia anak laki-laki), semakin menyadari apa makna adat Batak tersebut bagi pernikahan saya. Itu yang terpenting yang akan saya bagi bagi banyak orang di kemuan hari.
Persoalannya sekarang, ada banyak pria di luar suku Batak atau pria Batak sekalipun kurang memahami adat Batak tersebut. Ditambahlah mereka sudah memilih tempat beribadah yang sudah sama dengan daerah asalnya. Yah, banyak muda – mudi batak di kota besar sudah bergereja/beribadah di kalangan mazhab kharismatik yang berpikiran ultra radikal (anehnya banyak mazhab gereja ini, mau bersedia memberikan pemberkatan nikah pada para pasangan muda-mudi yang sudah lebih dulu kumpul kebo / melakukan hubungan sex di luar muka).
Ataukah banyak muda – mudi Batak sekarang tidak mau tahu atau tidak mau peduli. Atau tidak mau direpotkan dengan semua prosesi adat Batak yang dianggap sangat merepotkan/berbeli-belit! Yang terjadi sekarang ini. Banyak kalangan dari gereja Kristen Kharismatik tidak akan pernah mau mau menerima semua prosesi adat Batak dalam prosesi pernikahan, dengan alasan pertentangan keyakinan ajaran Kristen (dengan dikatakan semua adat istiadat orang Batak banyak yang berbau berhala/penyembahan di luar TUHAN yang sebenarnya) dan itu harus dihancurkan!!!! Sekali lagi bukan!!!! Sekali lagi…Itu adalah alasan yang tidak masuk akal! Alasan yang sengaja didesain untuk menarik banyak jemaat dari mazhab lain. Ditambah zaman sekarang, banyak para muda-mudi Batak tidak mau lagi direpotpan dengan segalaurusan adat! Mereka mau instan dan praktis saja!!! Yang jelas tujuan intinya adalah tidak mau banyak keluar biaya dalam pernikahan mereka. Mereka ketakutan keluar biaya banyak!!! Itu adalah alasan sebenarnya!!! Bukan karena keyakinan!!!! Apakah semua rentetan adat istiadat Batak sesuai dengan firman TUHAN. Saya katakana ya….ya…dan ya…
Coba, anda bayangkan ketika Kristus ikut menghadiri pernikahan tradisi Yahudi, dan IA sendiri ikut hadir terlibat dan membantu dengan melakukan muzijat membuat air jadi anggur. Jelas sekali, Kristus tidak menentang semua tradisi adat istiadat yahudi saat itu, jika itu tidak bertentangan dengan tujuan akhir hakikat firmanNYA.
Tuhan PASTI akan memberkati pernikahan tersebut selamanya. Jika hubungan komunitas sosial dengan keluarga terdekat juga ikut merestui dan mendoakannya! Banyangkan jika pernikahan seorang wanita atau pria Batak TIDAK dihadiri salah satu orang tuanya atau familinya. Bayangkan betapa sakit hatinya orang tua si mempelai perempuan/laki-laki tersebut! Seperti pernah kasus di keluarga saya. Apakah itu pernikahan yang diberkati TUHAN?
“Ito saya (saudara perempuan anak adik ayah saya) akan menikah dengan seorang pria di luar suku Batak, seorang pendeta dari golongan Kristen Kharismatik dari suku Flores. Kedua orang tuanya, dan famili tidak setuju atau menghadiri pernikahannya karena tidak disetujui orang tuanya karena pernikahan mereka tidak dilakukan secara prosesi adat Batak. Anehnya pengaturan tanggal pernikahan mereka sendiri yang sudah mereka atur, tampa pemberitahuan / persetujuan dari kedua orang tuanya. Saya sedih dan prihatin melihat anak dari adik ayah saya. Adik ayah saya (uda saya) semakin terus stess memikirkan anak perempuannya yang sangat dicintainya. Bahkan nyaris adik ayah saya terkena stroke stess. Tetapi anehnya…! Pernikahan mereka tetap saja dilakukan tampa dihadiri keluarga adik bapak saya. Sangat tragis dan menyedihkan…!!! Apakah ini pernikahan yang diberkati TUHAN tampa restu orang tua, keluarga, dan masyarakat!
Kenapa hal ini dianggap mereka telah sangat bertentangan dengan kehendak TUHAN!? Saya tidak mengerti, mereka yang mengaku-ngaku lebih dekat dengan TUHAN dan mengaku – ngaku sebagai hamba TUHAN yang kudus bertekun dalam doa, berani melakukan seperti ini. Tetapi justru telah menyakitkan hati kedua hati orang tuanya! Apakah seperti ini pernikahan yang diberkati TUHAN????Dimana penghormatan terhadap orang tua seperti pada titah hukum taurat ke 5!? Apakah ini pernikahan yang dikehendaki TUHAN tampa restu orang tua dan keluarga?!
Sesungguhnya, setelah saya alami semua prosesi pernikahan adat orang Batak pada pernikahan saya. Yang saya rasakan sekarang ini dan seterusnya adalah semua prosesi adat istiadat Batak tujuannya sangat baik dan mulia. Tujuannya adalah bentuk dari penghormatan dan cinta kasih dari kedua orang tua, saudara sekandung, dan keluarga dekat, dan masyarakat sekitarnya. Semua prosesi adat istiadat Batak tidaklah bertentangan dengan ajaran Kristen!!! Justru tujuannya adalah dalam rangka rasa ucapan bersyukur pada TUHAN, memperkokoh semua hubungan cinta kasih dan kepedulian kedua orang tua/keluarga, saudara, kerabat dekat dan masyarakats sekitarnya kepada anaknya yang sangat dicintai. Simbol – symbol ini diwakili dengan semua prosesi pemberian ulos. Dan itulah yang saya alami! Sekali lagi. Apakah hal itu benar-benar bertentangan dengan firman TUHAN seperti yang dikatakan banyak aliran Kristen kharismatik yang ultra radikal, yang mengatakan semua prosesi adat Batak adalah bentuk bagian “upacara berhala”. Sangat aneh…Bagi saya itu hanya alasan yang dibuat-buat mereka, karena tidak mau peduli atau tidak mau pusing atau direpotkan dengan semua prosesi adat Batak, dan tidak mau bersosialisi dengan kedua kerabat keluarga dan masyarakat sekitarnya. Ya.Mungkin juga karena ketakutan keluar biaya besar!” Silahkan anda pikirkan siapa yang benar. Terima kasih. (E.R Sihombing Lumbantoruan ) pembawaide@yahoo.com.
Posting Komentar