Sekolah Tinggi Theologi Arastamar (STT Setia) Jakarta, Sabtu, 26 Juli 2008, jam 11 malam diserang ribuan massa bersenjata tajam, terjadi bentrokan pisik, dan ada yang mengalami luka-luka. Massa yang berjumlah ribuan itu sebagian besar berasal dari luar kampung Pulo, bukan warga setempat.
.
Penyerangan itu telah direncanakan, karena sebagian penyerang yang berasal dari luar kampung itu telah menginap dirumah-rumah penduduk, sebelum penyerangan. Polisi lagi-lagi tak mampu bertindak tegas, apalagi mengantisipasinya. Sebagian mahasiswa telah dievakuasi, dan pada hari Minggu tanggal 27 malam ini, 500 mahasiswa yang masih berada di asrama akan dievakuasi oleh aparat kepolisian. Bukan hanya itu, warga Kristen yang berdomisili dekat kampus tersebut juga ikut mengungsi kerumah-kerumah sudara, kenalan mereka yang berada di luar kampung itu. Suasana mencekam masih dirasakan hingga kini.
.
Menurut cerita penduduk setempat, penyerangan itu dilatar belakangi oleh persoalan "sepele". Seorang mahasiswa baru mengalami kesulitan untuk kembali ke kampus. Saat itu adalah masa orientasi sekolah. Mahasiswa tersebut ingin bertanya mengenai jalan pulang pada warga, kebetulan pada waktu itu ada pengajian di sebuah rumah warga. Beberapa orang meneriakkan mahasiswa itu maling, dan jadilah ia bulan-bulanan amuk massa, dan kemudian dibawa ke kantor polisi.
Peristiwa itu kemudian diumumkan di Mesjid di sekitar Kampung Pulo, tempat sekolah itu berada, "Telah tertangkap seorang mahasiswa STT Setia yang kedapatan Mencuri, dan telah diserahkan ke kantor polisi". Setelah kejadian itu, ratusan orang berdatangan ke kampung Pulo, dan tinggal di rumah penduduk. Sekitar 70-an orang setiap hari, sebelum kejadian itu, berlalu lalang membawa senjata tajam di jalan-jalan dekat kampus STT Setia. Puncaknya dua hari kemudian, tanggal 26/7/2008 jam sebelas malam terjadilah penyerangan terhadap STT Setia. Mahasiswa melawan, yang berasal dari Irian, menggunakan panah melawan penyerang. Beberapa kali bom molotop dilemparkan ke areal kampus, namun selalu berhasil dipadamkan. kepolisian tampaknya kewalahan menghadapi hal tersebut, dan berusaha mengevakuasi mahasiswa yang ada. Kemarin malam mahasiswa yang berada di RT 4 dan RT 2, khususnya mahasiswa putri telah dievakuasi. Sisanya kira-kira sejumlah 500 orang akan di evakuasi malam ini, 27/8/2008. Kalau saja polisi tanggap, peristiwa tersebut tidak perlu terjadi, karena sebelum penyerangan sekitar 70 orang setiap hari berlalu lalang membawa senjata tajam di depam kampus STT Setia. Peristiwa penyerangan terhadap STT Setia sekali lagi merupakan kegagalan pemerintah untuk melindungi warganya. Sampai saat ini tak ada bukti bahwa mahasiswa STT Setia yang dipukuli warga tersebut kedapatan mencuri. Namun, jika pun ada bukti, penyerangan terhadap STT tetap saja tak dapat dibenarkan.
.
Penyerangan itu telah direncanakan, karena sebagian penyerang yang berasal dari luar kampung itu telah menginap dirumah-rumah penduduk, sebelum penyerangan. Polisi lagi-lagi tak mampu bertindak tegas, apalagi mengantisipasinya. Sebagian mahasiswa telah dievakuasi, dan pada hari Minggu tanggal 27 malam ini, 500 mahasiswa yang masih berada di asrama akan dievakuasi oleh aparat kepolisian. Bukan hanya itu, warga Kristen yang berdomisili dekat kampus tersebut juga ikut mengungsi kerumah-kerumah sudara, kenalan mereka yang berada di luar kampung itu. Suasana mencekam masih dirasakan hingga kini.
.
Menurut cerita penduduk setempat, penyerangan itu dilatar belakangi oleh persoalan "sepele". Seorang mahasiswa baru mengalami kesulitan untuk kembali ke kampus. Saat itu adalah masa orientasi sekolah. Mahasiswa tersebut ingin bertanya mengenai jalan pulang pada warga, kebetulan pada waktu itu ada pengajian di sebuah rumah warga. Beberapa orang meneriakkan mahasiswa itu maling, dan jadilah ia bulan-bulanan amuk massa, dan kemudian dibawa ke kantor polisi.
Peristiwa itu kemudian diumumkan di Mesjid di sekitar Kampung Pulo, tempat sekolah itu berada, "Telah tertangkap seorang mahasiswa STT Setia yang kedapatan Mencuri, dan telah diserahkan ke kantor polisi". Setelah kejadian itu, ratusan orang berdatangan ke kampung Pulo, dan tinggal di rumah penduduk. Sekitar 70-an orang setiap hari, sebelum kejadian itu, berlalu lalang membawa senjata tajam di jalan-jalan dekat kampus STT Setia. Puncaknya dua hari kemudian, tanggal 26/7/2008 jam sebelas malam terjadilah penyerangan terhadap STT Setia. Mahasiswa melawan, yang berasal dari Irian, menggunakan panah melawan penyerang. Beberapa kali bom molotop dilemparkan ke areal kampus, namun selalu berhasil dipadamkan. kepolisian tampaknya kewalahan menghadapi hal tersebut, dan berusaha mengevakuasi mahasiswa yang ada. Kemarin malam mahasiswa yang berada di RT 4 dan RT 2, khususnya mahasiswa putri telah dievakuasi. Sisanya kira-kira sejumlah 500 orang akan di evakuasi malam ini, 27/8/2008. Kalau saja polisi tanggap, peristiwa tersebut tidak perlu terjadi, karena sebelum penyerangan sekitar 70 orang setiap hari berlalu lalang membawa senjata tajam di depam kampus STT Setia. Peristiwa penyerangan terhadap STT Setia sekali lagi merupakan kegagalan pemerintah untuk melindungi warganya. Sampai saat ini tak ada bukti bahwa mahasiswa STT Setia yang dipukuli warga tersebut kedapatan mencuri. Namun, jika pun ada bukti, penyerangan terhadap STT tetap saja tak dapat dibenarkan.
.
Tahun lalu, salah satu asrama STT ini dibakar massa FPI, dan itu sebenarnya itu bisa menjadi alasan bahwa polisi semestinya mewaspadai kejadian itu. Lebih mengherankan lagi, BIN juga tak mampu mendeteksi serangan yang sebenarnya kasat mata itu.
.
Tahun lalu, salah satu asrama STT ini dibakar massa FPI, dan itu sebenarnya itu bisa menjadi alasan bahwa polisi semestinya mewaspadai kejadian itu. Lebih mengherankan lagi, BIN juga tak mampu mendeteksi serangan yang sebenarnya kasat mata itu.
.
Jumlah mahasiswa STT Setia kira-kira 1300 mahasiswa, saat ini mereka berada dalam kesulitan. Ketua STT Setia bersedia pindah dari tempat itu, asal saja pemerintah mau membayar asset STT Setia yang ada. Setelah evakuasi terakhir, kita tidak tahu sampai kapan tempat itu dapat digunakan kembali. Bayangkanlah apa jadinya dengan nasib ribuan mahasiswa itu.
.
Sumber : Pdt. Binsar A. Hutabarat, M.C.S.
.
Sumber : Pdt. Binsar A. Hutabarat, M.C.S.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar