HKBP merupakan gereja yang telah berdiri lebih dari satu abad di Indonesia. HKBP memiliki asset, pelayan gereja dan jemaat yang sangat besar jumlahnya. Ini merupakn potensi yang sangat dahsyat bila semuanya diberdayakan dan diberi peran sesuai dengan talenta yang diberikan Tuhan dalam rangka peningkatan kesejahteraan lokal maupun nasional. Jemaat HKBP tersebut hidup dari berbagai profesi yang dilakukan dimana ia tinggal. Jika diperhatikan data statistik penduduk Indonesia, lebih kurang 70 % masyarakat hidup dipedesaan dan berprofesi sebagai petani. Bila mengacu pada data statistik tersebut maka jemaat HKBP umumnya adalah petani dan tinggal di pedesaan.
Berdasarkan perkiraan statistik tersebut dapat diperhitungkan bahwa aktivitas perekonomian yang dilakukan jemaat lebih banyak di pedesaan. Seharusnya dengan realita tersebut berdamoak pada perkembangan, kemajuan dan peningkatan taraf kehidupan (kesejahteraan) warga. Namun yang menjadi permasalahan, bahwa kehidupan masyarakat desa, khususnya yang berprofesi sebagai petani kurang menunjukkan perubahan yang signifikan. Malahan terlihat bahwa perubahan atau perkembangan lebih terlihat terjadi di perkotaan. Hal tersebut merupakan peristiwa yang sangat ironis dalam kehidupan warga jemaat sekarang ini.
Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan perkembangan dan kemajuan yang signifikan kurang terlihat dalam kehidupan masyarakat dan jemaat yang tinggal di desa, khususnya para petani:
1. Terjadi penghisapan modal.
Hasil produksi pertanian desa tidak dapat dinikmati oleh penduduk desa karena disalurkan ke kota. Demikian juga dalam hal keuangan. Sistem perbankan di desa lebih mengutamakan aspek pengumpulan modal warga (fund rising), namun pengguna dana tersebut hampir selutuhnya masyarakat kota.
Pelarian Sumber Daya Manusia terdidik (Brain-Drain) melalui mekanisme urbanisasi. Banyak warga yang telah mengecap pendidikan di bidang pertanian lebih senang tinggal di perkotaan dari pada tinggal di desa serta mengembangkan perekonomian pedesaan. Dengan demikian sulit menemukan Sumber Daya Manusia yang dapat dijadikan konsultan dalam pengembangan ekonomi pedesaan, khususnya dalam pertanian.
3. Masyarakat petani tidak memiliki jaringan kerja antar sesama mereka, yang melaluinya koordinasi pola tanam dan pemasaran dapat berjalan dengan baik.
Foto bersama: Kadep Diakonia bersama peserta dan pihak KPTB
Beberapa alasan di atas mengakibatkan produktivitas pertaniaan pedesaan sulit dikembangkan. Inilah yang mendorong Gereja HKBP melalui Departemen Diakonia untuk merespon realita yang sedang terjadi dalam kehidupan jemaat, melalui pelaksanaan program pemberdayaan pelayan partohonan dan petani HKBP.
Peserta terlihat asyik dalam diskusi di lapangan
II. Program Pelatihan
Program Orientasi dan Pelatihan tersebut telah dilaksanakan di Kebun Percontohan Tanaman Buah Berastagi, dalam tiga gelombang, yaitu:
Gelombang Pertama, Tgl. 7-11 April 2008
Kegiatan ini diikuti oleh 14 orang peserta (petani dan pelayan) yang mewakili Resort Pohan-Lobu Siregar, Resort Bahal Batu, Resort Huta Tinggi, Resort Onan Runggu.
Gelombang Kedua, Tgl. 14-17 Mei 2008
Kegiatan ini diikuti oleh 23orang peserta (petani dan pelayan) yang mewakili Distrik Silindung, Humbang, Humbang Hasundutan
Gelombang Ketiga, Tgl. 21-24 Mei 2008
Kegiatan ini diikuti oleh 31 orang peserta (Petani dan Pelayan) yang mewakili Distrik Humbang, Humbang Hasundutan, Toba, Toba Hasundutan, Dairi, Samosir, Sumatera Timur, Tanah Alas, Medan Aceh, Sibolga.
- Pengenalan produk pertanian,
- Perbanyakan Bibit Unggul Hortikultura
- Budi daya tanaman Hortikultura
- Kebutuhan Hara dan Pemupukan tanaman Hortikultura
- Penggunaan Pestisidan yang Efisien dan Efektif
- Pertanian Organik
a. Praktek Budi Daya Tanaman (Mencangkok, menyambung, menempel).
b. Pembuatan Pupuk dan Pestisida Organik (Bokasi)
c. Perbanyakan Bibit Unggul melalui Kultur Jaringan (Laboratorium)
d. Pengamatan Tanaman Hortikultara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar