Rabu, 28 November 2007

Evolusi Lewat Musik

Dinamika Gereja Kharismatik juga ada hikmahnya bagi HKBP melakukan, salah satunya, memainkan musik band dan song leader pada acara kebaktian. Tujuannya, untuk menarik simpati anak-anak muda. Tentu,setiap hal yang baru, selalu ada pro kontra.
Tak jelas idenya kapan muncul dan dari mana pertama dimulai. Kenyataanya, sejumlah gereja-gereja besar di lingkungan HKBP - khususnya kota-kota besar – mulai melakukan terobosan baru, mengiringi acara kebaktian dengan full band (seperangkat alat-alat musik modern) dan song leader (penyanyi pemandu). Dengan demikian, musik kebaktian yang selama ini cukup dengan organ, sudah ditinggalkan. HKBP menyebutkan kebaktian alternatif. Tujuannya, agar warga HKBP tak lagi merasa monoton selama mengikuti kebaktian.
.
Sejauh pengamatan HORAS di Jakarta kebaktian alternatif ini antara lain bisa di temukan di HKBP Suprapto, HKBP Rawamangun, HKBP Tebet, dan HKBP Cengkareng. Di luar Jakarta juga sudah mulai diterapkan, misalnya di HKBP Jambi. Biasanya, kebaktian alternatif hanya diberlakukan untuk kebaktian Remaja tentu saja, inilah salah satu cara HKBP mengantisipasi eksodus anak-anak muda warga HKBP ke Gereja Kharismatik.
.
”Iringan musik lengkap disengaja agar pra remaja tidak merasa jenuh. Dengan demikian kita akan lebih mudah membimbing kerohanian mereka,” kata pendeta Resort HKBP Cengkareng Pdt Agian M.Lumbantobing.
.
Apakah nilai kekhidmatan ibadah masih ditemukan dengan bungkusan budaya pop karena menggunakan musik band?
.
”Tata ibadah tidak perlu diubah karena memang sudah baku dan nilai spritualnya sudah mecakup,”kata Again M.Lumbantobing menjelaskan.
.
Hal yang sama juga diungkapkan Ramlan Hutahaean. ”Tata ibadah tetap dipertahankan. Maka, sama sekali tidak mengurangi kekhidmatan memuji Tuhan,”katanya.
.
Adalah Ramlan Hutahaean yang sudah dua setengah tahun bertugas di Resort HKBP Tanah Tinggi, membuat kebijakan itu di gereja HKBP Suprapto, bersama-sama dengan seorang anak muda Godfried Lumbantobing. Nama terakhir disebut adalah chorus master, konduktor, dan composer di paduan suara Grandiosso Chorus Community.
.
Kebaktian alternatif sempat ditolak sebagian orang tua. Namun setelah dijelaskan dan melihat hasilnya, penolakanpun suruh perlahan. Kaum remaja mulai rajin datang ke gereja. Persekutuan di antara mereka pun semakin terikat kuat.
.
”Nilai-nilai tradisonal (yang mendominasi warga HKBP karena masih banyak lahir dan besar di kampung) sudah tidak cocok dengan nilai-nilai modern perkotaan yang diperoleh anak-anak muda. Yang dia dengarkan dari luar tidak bisa kita katakan tidak bagus. Bagi saya musik kontemporer itu tak menarik. Tetapi, demi anak, saya harus ikut juga bernyanyi,” kata Ramlan Hutahaean memberi contoh.
.
Memang, benturan antara nilai tradisional yang masih banyak dianut kaum tua masih kerap berbenturan dengan nilai–nilai yang di dapat kaum mauda perkotaan.
.
Menurut St.Drs.Parpunguan Sianipar, di HKBP Setia Mekar Bekasi pernah dilaksanakan kebaktian dengan iringan musik band. Hal ini tekendala karena kebetulan kaum tua dan yang muda sama-sama melaksanakan kebaktian bersama, ”kebaktiannya harus terpisah. Itulah sebabnya kebaktian alternatif tidak berjalan baik di HKBP Setia Mekar Bekasi.” katanya.
.
Perubahan yang mendasar hanya pada direktori lagu, yaitu, adanya penambahan diluar kidung jemaat. ”Ada yang harus kita koreksi dari kita sesuai perkembangan jaman. Memang ada ketentuannya di HKBP, nyanyian yang disahkan itulah yang dinyanyikan dalam ibadah. Tetapi apakah itu terus kita pertahankan sehingga anak-anak kita pergi kemana-mana?” tukas Ramla Hutahaean.
.
Mengoptimalkan musik saat kebaktian, menurut Ramlan Hutahaean dan Godfried Lumbantobing malah bisa lebih meningkatan spritualitas jemaat.
.
”Musik adalah bagian dari seni yang membuat ketetarikan dan keterikatan,” kata Ramlan Hutahean.” Musik juga jamiat (siraman rohani),” timpal Godfried Lumbantobing sembari menambahkan bahwa konsep puji-pujian seperti itu akan terus dilanjutkan.
.
”Memang, setiap ada hal baru selalu mendapat pro dan kontra. Saya yakin, suatu waktu (kebaktian alternatif) akan berterima,” ujarnya.
.
Kebaktian alternative seperti di HKBP merupakan salah satu ciri Gereja Kharismatik. Namun, menurut Godfried Lumbantobing, musik juga sudah melekat menjadi cap bagi HKBP. ”Di Amerika, Gereja HKBP di sebut the singing church (gereja yang bernyanyi). Kalau menyanyikan lagu gereja sudah ada yang tertarik suara 2, suara 3. spontan semua. Musikalitas jemaat HKBP memang diakui sangat menonjol.” Katanya.
.
Perlahan tapi pasti, harus diakui, evolusi mulai tumbuh di HKBP. Sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. AAp
.
Sumber : HORAS

HKBP! “Berubah”

HKBP berdiri 7 Oktober 1861. Dengan demikian, genaplah usia gereja suku terbesar di Indonesia ini, 146 tahun. Dalam sejarahnya, HKBP kerap dilanda masalah, mulai dari konflik internal hingga eksternal. Kemelut terakhir yang dihadapi HKBP terjadi pada tahun 1980-an, yaitu adanya dualisme di tampuk kepemimpinan yang mengakibatkan meletupnya konflik horizontal sesama anggota jemaat. Konflik ini tidak murni muncul dari dalam, melainkan adanya campur tangan pemerintah Orde Baru.
.
Luka dalam itu kini sudah mulai sembuh usai rekonsiliasi. Namun, sadar atau tidak, masalah lain yang dihadapi HKBP pada 10 tahun terakhir cukup spesifik. Warga HKBP, banyak yang memilih melakukan kebaktian di Gereja kemana lagi, kalau tidak ke Gereja Kharismatik?
.
Warga HKBP yang paling banyak ikut kebaktian di Gereja Kharismatik adalah kaum muda, siswa SLTP, SLTA, hingga mahasiswa. Warga HKBP Jakasampurna, Bekasi, ini beberapa kali pernah kebaktian di Gereja Tiberias.
.
”Sira-man rohaninya lebih mengena. Pendeta-pendetanya pintar berkotbah. Suasana kebaktiannya juga hedup. Pikiran kita sangat terbuka mendengarkan firman Tuhan. Beda dengan di HKBP suasananya kaku dan monoton. Pas tiba giliran kotbah, teman teman banyak yang ngantuk. Malah ada yang keluar. Paling tidak tetap duduk di bangku, memaksakan diri menyimak kotbah sambil bergerak gerak biar nggak ngantuk. Ada juga yang gaduh dan ngusilin teman. Yang tekun malah nggak konsentrasi,”kata siswa kelas 3 SMAN 107 jakarta, itu.
.
Pada umumnya, warga HKBP yang pindah sekte atau sekadar menenggalkan kebaktian di HKBP kebanyakan terjadi di kota kota besar.
.
Gereja Kharismatik di Indonesia mulai memperliatkan dinamikanya sejak taun 1990-an. Materi kotbah mereka kaya dan variatif, langsung menohok permasalahan hidup orang orang Kristen. Mereka sering muncul di radio dan televisi. Mereka bahkan mampu mendatangkan puluhan ribu umat Kristen di Senayan saat mengadakan KKR (Kebaktian Kebangunan rohani). Ibarat sebuah perusahaan kosmetik, mereka cukup lihai dalam hal marketing sehingga produknya laris manis di pasar.
.
TIDAK ANTISIPATIF DAN KURANG PEDULI
.
Berpindahnya sejumlah warga HKBP ke Gereja kharismatik akibat monotonnya suasana kebaktian di HKBP juga diakui situa dan beberapa pendeta HKBP. Kometator itu datang dari St.Drs. Parpunguan Sianipar dari HKBP Setia Mekar Bekasi, pendeta Resort Tanah Tinggi Jakarta pusat Ramlan Hutahaean, MTh, serta Praeses HKBP Distrik 11 Silindung Welman Tampubolon,STh
.
“Selain monoton, materi kotbah juga kurang menyentuh,” tukas Parpunguan Sianipar.
Parpunguan Sianipar khawatir, apa bila HKBP tidak antisipatif, sewaktu waktu kelak HKBP akan stagnan, bahkan vakum. ”Yang saya khawatirkan adalah anak-anak muda perkotaan. Mereka sangat kritis terhadap apapun karena hidup di tengah banyak perubahan dan kemajuan. Mereka pasti tidak tertarik manakala pendeta datang dengan konsep dan materi konvensionaltradisional,”katanya.
.
Untuk itulah Parpunguan Sianipar mengusulkan agar HKBP lebih peka terhadap perkembangan terhadap dan perubahan. Khusus pendeta dia sarankan harus memiliki nilai plus, baik dari segi pendidikan dan pengalaman.
.
Tom Pasaribu warga HKBP Rawamangun Jakarta timur melihat ke soal yang lebih pokok. Menurut Direktur Eksikutif KP31(Komite Pemantau dan Pemberdayaan Parlemen Indonesia)ini, faktor utama adalah berubahnya visi dan misi HKBP dari pembangunan rohani menjadi pembangunan fisik. “HKBP kini lebih peduli pada pembangunan–pembangunan gereja daripada menempatkan diri sebagai gembala yang setia menjaga dombanya,”katanya.
.
”Asyik membangun gereja dan suka marbadai (konflik internal) itulah salah satu faktor kenapa warga jemaat diabaikan. HKBP harus belajar dari sejarah. Kalau dulu HKBP tidak bertengkar, Pearaja (kantor pusat HKBP) sudah persis sama dengan Vatikan. Kesalahan-kesalahan yang dibuat sekarang akan berpengaruh berpuluh tahun ke depan,”tandasnya.
.
Maka menurut anak ke-empat Praeses HKBP Pdt.Krisostomos Atlas Pasaribu (1978-1979)itu, HKBP harus mengembalikan visi dan misinya sebagai gembala, ”Di usia yang sudah 146 tahun HKBP semestinya bisa menjadi teladan. Sekarang, malah Gereja gereja yang lebih muda yang diikuti banyak orang.”katanya
.
KURANG PEMBINAAN
.
Pendeta Resort HKBP Tanah Tinggi Jakarta Pusat Ramlan Hutahaean,MTh dengan rendah hati juga mengakui beragam kelemahan di HKBP. Soal orientasi ke pembangunan fisik, menurut dia adalah kebanggaan sekaligus kekurangan.
.
Disinggung masalah konflik yang sering muncul di internal HKBP, Ramlan Hutahaean menukasnya dengan diplomatis. ”Kami, para pendeta produk jemaat yang hidup, bukan dari banua ginjang(surga). Benar, kalau kami ribut, pengaruhnya juga akan terasa ke warga HKBP,” katanya sembari mengabarkan bawa sekarang ini HKBP terus-menerus melakukan pembenahan dan meningkatkan pelayanan.
.
Dia juga tidak menutup-nutupi kekurangcakapan sejumlah pendeta di HKBP.” Hanya kurang pembinaan. Menurut saya, pendeta-pendeta muda ditempatkan bersamaan dengan pendeta senior yang dapat bertangung jawab. Pola itulah yang saya terapkan di mana saja saya bertugas. Mereka harus dipantau setiap saat. Juga dites kemampuannya,” jelasnya. Soal pendidikan, menurut dia tidak ada masalah karena apa yang diperoleh pendeta selama pendidikan sudah memadai. Tetapi, itu saja tidak cukup. Para pendeta, menurut dia harus lebih banyak memperkaya diri dengan wawsan dan pengatahuan.
.
TANTANGAN BESAR
.
Ramlan Hutahaean mengambarkan tantangan besar yang dihadapi HKBP saat ini. Masalah itu adalah jumlah pendeta yang sangat terbatas dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah jemaat, kebutuhan pendeta, dan motivasi seseorang menjadi pendeta
Terbatasnya jumlah pendeta terkait langsung dengan pelayanan sehingga yang sering terjadi adalah pelayanan seremonial. Dia mencontaohkan Gereja HKBP Suprapto dimana dia bertugas yang hannya memiliki 5 pendeta. ”Kurangnya jumlah pendeta membuat warga jemaat kehausan.”katanya.
.
Kurangnya jumlah pendeta ditambah tugas-tugas pelayanan menjadi yang harus dia lakukan sering tidah sebanding dengan kesehatan. ”Banyak pendeta muda yang meningal karena sering sakit.”katanya.
.
FENOMENA SOSIAL
.
Praeses HKBP Distrik 11 Silindung Welman Tampubolon,STh juga mengakui bahwa kurangnya pelayanan di HKBP turut memepengaruhi berpindahnya sebagian jemaat HKBP ke sekte lain, terutama Karismatik. Namun, Welman Tampubolon lebih memotretnya sebagai fenomena sosial. ”Mereka memiliki kecenderungan ingin merasakan dan mencoba sesuatu yang baru,” katanya.
.
Sebagai fenomena sosial, Welman Tampubolon mengaku tidak terlalu resah mengenai hal itu.” Memang banyak warga HKBP yang beribadah di Geraja Kharismatik. Tetapi, itu hanya segelintir dari persoalan yang besar yang dihadapi HKBP saat ini. Yang paling besar adalah bagaimana HKBP menyikapi hidup sehari-hari jemaatnya,” katanya.
.
Pendeta Resort Cengkareng Jakarta Barat Again M. Lumbantobing berpendapat bahwa berpindahnya sebagian jemaat HKBP ke kharismatik bukan semat-mata karena materi kotbah di HKBP kurang menyentuh atau kebaktiannya monoton. Dia cenderung sama dengan Welman Tampubolom menyebutnya semacam fenomena sosial. Bedanya, secara spesifik dia menyebutkan “jajan rohani.”
.
”Mereka tidak pindah atau meninggalkan HKBP Buktinya, apabila ada peristiwa dukacita HKBP tetap melanyani mereka. Yang mereka lakukan tidak lebih seperti berjalan-jalan ke mall,” kata Again M.Lumbantobing.
.
Selain itu, menurut dia, jarak tempuh yang jauh dari rumah ke gereja HKBP juga menjadi alasan warga HKBP ikut kebaktian di gereja yang lain. Oleh karena itu Again M. Lumbantobing mengaku tidak terlalu resah atas fenomena tersebut.
.
Bagi Again M. Lumbantobing, jalan keluarnya adalah tetap membiarkan mereka memuji Tuhan Yesus meskipun berada di sekte yang lain. “Mereka bukan jadi pelbegu. Kita pun tidak perlu membujuk apalagi memaksa mereka kembali ke HKBP. Kita harus menyayangi mereka,” katanya.
.
Namun, dia tetap setuju bahwa untuk perkembangan ke depan HKBP tetap harus meningkatkan pelayanan, terutama membina para generasi muda. ”Majelis dan warga harus saling membahu,” katanya. AAP/BJH/LS
.
Sumber : HORAS

Pekabaran Injil di Tanah Batak dan Lahirnya HKBP

Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) lahir dari proses panjang dan dramatis gerakan Pekabaran Injil yang bangsa Belanda, Amerika, dan Jerman. Sejak paruh abad ke-19 HKBP lambat laun berkembang menjadi Gereja muda paling besar di dunia.
.
Pekabaran Injil atau Zending sudah memasuki Indonesia pada masa pendudukan Portugis di kepulauan Maluku (1512-1605) ditandai dengan menetapnya beberapa misionaris Yesuit (Katolik Roma) di Ternate, pada tahun 1522.
.
Penakluk VOC (Verenigde OosIndicshe Compagine) terhadap Portugis di Maluku pada tahun 1605 memulai babak baru Pekabaran Injil oleh Gereja Protestan. Akan tetapi, awal abad ke-19 tetap dicatat sebagi masa-masa bersejarah Pekabaran Injil di Indonesia, dengan bekerjanya sejumlah organisasi Zending oleh Gereja-gereja Protestan dari Belanda dan Jerman (baca : Pekabaran Injil di Indonesia).
.
Organisasi Pekabaran Injil Belanda yang sudah melakukan misinya di Indonesia adalah Nederlandse Zendeling Genootschap (NZG), dimulai selama Belanda di bawah kekuasaan Perancis (1795-1813) dan Indonesia di bawah pemerintahan sementara Inggris (Gubenur Jenderal Refles (1811-1816). Perhimpunan Belanda lainnya yang menyusul adalah Nederlandse Zendingsvereniging (NZV), Utrechtse Zendingsvereniging (UZV), sedangkan dari Jerman adalah Rheinische Missinsgesekkschaft (RM).
.
Biasanya pekabaran Injil dilakukan tersebar di koloni-koloni pemerintah Belanda di sejumlah pulau di Indonesia, antara lain di Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Irian, Halmahera, Buru, Poso, Sangir, dan Talaud.
.
TERTUTUP
.
Ketika pekabaran Injil sudah dilakukan secara sistematis di sejumlah daerah di Indonesia tidak demikian halnya di Tanah Batak (Utara). Kawasan ini masih sangat tertutup seperti dikelilingi kabut misteri. Suku Batak Toba yang mendiaminya tetap asyik dengan kehidupan sosial yang dicengkeram agama suku, masih pelbegu, peradaban yang cenderung primitif karena hidup dalam permusuhan, perbudakan, penculikan, perampokan, perjudian, dan kanibalisme. Maka istilah “Jangan coba-coba mendekati orang Batak” memaksa Burton dan Ward menarik langkah mereka mundur dari Tanah Batak saat berkunjung Juli 1824. Burton dan Ward adalah utusan Babtist Church of England, tercatat sebagai misionaris pertama yang mengunjungi Tanah Batak.
.
Setelah kunjungan Burton dan Ward, ditaksir pada tahun 1825, pasukan Padri dan Bonjol, Minagkabau yang dipimpin Tuanku Rao menyerang Tanah Batak. Serangan mendadak berkekuatan 15.000 pasukan berkuda membasmi lebih dari separuh komunitas Batak Toba, peristiwa genocide (pembantaian suku) yang sangat mengerikan dalam sejarah Batak. Sebagian korban meninggal diakibatkan epidemi ganas yang berasal dari bangkai binatang peliharaan dan mayat-mayat yang tidak sempat dikubur.
.
Ada dua versi mengenai penyerangan Padri.
.
Pertama, upaya penyebaran agama Islam oleh Imam Bonjol yang dikenal sebagai penganut mazhab Hambali berhaluan keras.
.
Kedua, aksi balas dendam Tuanku Rao terhadap Raja Sisingamangaraja X. Konon, Tuanku Rao adalah si Pongki Nangolngolan, bere (keponakan) Raja Sisingamangaraja X yang diusur dari istana waktu masih kecil. Raja Sisingamangaraja sendiri tewas di tangan Tuanku Rao dengan cara dipenggal dari belakang.
.
Penyerangan Padri menimbulkan trauma di kalangan suku Batak Toba dan sangat menaruh curiga pada setiap pendatang. Bisa jadi sikap itulah yang diperlihatkan peristiwa Samuel Munson dan Henry Lyman yang mati martir di Sisangkak (sekarang masuk Kecamatan Adiankoting) 28 Juli 1834. Dua misionaris utusan Gereja Amerika dibunuh Raja Panggalamei. Mayat mereka di pertontonkan di sebuah pekan di Lobupining, tidak jauh dari Sisangkak, sebagai tanda kemenangan. Konon, mayat kedua martir itu dimakan hingga tinggal kerangka.
.
Mundurnya Burton Ward serta tewasnya Munson-Lyman menjadi alasan pembenaran bagi pemeritah Hindia Belanda melarang para misionaris memasuki Tanah Batak.
.
Belanda sendiri sudah sudah menguasai Sumatera Barat dan Tanah Batak Bagian selatan (Mandailing dan Angkola) setelah berhasil menaklukkan pasukan Padri dalam perang yang disebut Padri Oorlog (perang Padri) pada tahun 1837. Pada tahun itu juga Belanda telah menarik garis-garis perbatasan antara daerah-daerah Batak yang mereka kuasai dengan daerah Batak yang belum dikuasai. Daerah Batak yang diuasai Belanda adalah pantai Barus, Natal, Mandailing, Barumun-Sosa, Padang Batak Angkola, dan Sisirok. Daerah-daerah itu disebut Keresidenan Tapanuli dipimpin seorang residen berkedudukan di Sibolga. Sedangkan daerah Batak yang belum dikuasai Belanda –disebut “Daerah Batak Merdeka” (De Onafhankelijke Bataklanden) terdiri dari kawasan yang didiami Batak Toba, yaitu Silindung, Humbang, Toba, dan Samosir.
.
MISIONARIS ERMELO
.
Secara umum Pekabaran Injil di dunia adalah mengkuti pembukaan segala benua melalui gerakan imperialisme dan kolonialisme. Maka, tak heran apabila mesionaris perintis di Tanah Batak tertahan di Sipirok dan Angkola yang sudah masuk dalam penaklukan Belanda, belum masuk ke Tanah Batak sebelum daerah itu betul-betul masuk dalam kekuasaan Belanda .
.
Setelah Burton–Ward dan Munson Lyman, misionaris perintis lain yang menyusul adalah Gerrit van Asselt. Dia diutus Ds Wetteven dari kota Ermello, Belanda, tiba di Sumatra Mei 1856 dan berpos di Sipirok ,1857. Organisasi yang megirimkan Gerrit van Asselt sangat kecil, bahkan dalam buku Sejarah Gereja, karangan Dr.H .Berkog dan Dr. IH Enklar sama sekali tidak disebut-sebut. Ada yang mencatat Zending Ermello berada di bawah naungan Nederlandse Zendingsvereniging (NZV). Akan tetapi, karena NZV baru berdiri pada tahun 1856, besar kemungkinan Zending Ermello berada di bawah naungan Nederandse Zending–Genootschap (NZG) yang berdiri pada tahun 1797, sebuah organisasi Zending dari mana NZV berasal.
.
Karena ketiadaan dana Gerrit van Asselt pun membiayai sendiri tugas–tugasnya sebagai penginjil. Hasilnya tentu tidak maksimal karena konsentrasinya terbagi sebagai opzichter (pelaksana) pembangunan jalan di Sibolga dan kemudian menjadi opzichter (administrator) gudang kopi milik Belanda di sipirok. Zending Ermelo mengirimkan lagi beberapa misionaris mendaampingi Gerrit van Asselt, yaitu FG Betz, Dammerboer, Koster, dan van Dallen. Misionaris menyusul ini bekerja sebagai tukang, mengingatkan model Pekabaran Injil yang dilakukan Ds. OG Heldring di Irian, Sangir dan Talaud.
.
Koster dan van Dalen ditempatkan di Pargarutan. Van Dallen kemudian pindah ke Simapilapil. Dammerbooer jadi opzichter di sekolah Belanda sebelum ke Huta Rimbaru dan masuk ke Mission Java Komite. Gerrit van Asselt sendiri pada 31 Maret 1961 membaptis orang Batak Kristen pertama, Simon Siregar dan Jakobus Tampubolon di Sipirok.
.
MISIONARIS UTASAN RM
.
Semangat Pekabran Injil de Eropah tak lagi tergantung pada kerjasama suatu Gereja dengan pemerintahnya yang melakukan kolinialisasi ke berbagai benua. Di Jerman, di tepi sungai Zending. Rheinische Missionsgesellschaft(RM) yang berdiri pada tahun 1818 mengutus misionaris ke daratan luas dan suku-suku bangsa besar di Afrika dan Tiongkok, termasuk ke Indonesia yang berada di bawah penguasaan Belanda.
.
Di Indonesia, RM pertama sekali mengkosentrasikan perkerjaannya di Kalimantan Tenggara sejak tahun 1836. Pada tahun 1859 meletus Perang Banjar yang dipimpin Pangeran Hidayat. Perang tersebut menelan banyak korban tewas – termasuk 4 pendeta, 3 istri, dan 2 anak Mereka. RM terpaksa mengundurkan Pekabaran Injil di sana lalu memindahkannya ke Tanah Batak (1861), Nias (1865), Mentawai (1901), dan Enggano (1903), Pekabaran Injil yang ditinggalkan RMG di Kalimantan Tenggara diteruskan Basler Mission Dari Swiss.
.
Pemindahan Zendeling dari Kalimantan ke Tanah Batak terkait dengan penugasan pimpinan RM, Inspektur Dr.Friedrich Fabri kepada misionaris yang tertahan di Batavia akibat Perang Banjar, pada tahun 1860. Ketika itu Febri berkunjung ke Amsterdam, Belanda. Dia sangat tertarik pada dokumen van der Took mengenai suku Batak Toba yang ditelitinya pada tahun 1849. Fabri mengutus Hoefen mengunjungi Tanah Batak, dan berdasarkan laporan Hoefen RM menugaskan dua misionaris, Klammer yang bertahan di Batavia dan Heine yang langsung didatangkan dari Barmen, ke Tanah Batak. Keduanya tiba di Sibolga 17 Agustus 1961 dan memilih Sipirok sebagai pos utama. Heine dan Klammer tinggal melapor ke residen Tapanuli di Sibolga karena Fabri sudah lebih dahulu meminta izin atas penugasan kedua misionaris itu ke pemerintahan Belanda.
.
HARI JADI HKBP
.
Dengan demikian telah bertugas misionaris Sending Emelo dan RM di perbatasan Tanah Batak Utara dan Tanah Batak Selatan. Karena Pekabaran Injil bersifat supra nasional, atas koordinasi Zending Emelo dan RM, Betz dan van Asset bergabung dengan Heine dan Klammer di bawah naungan RM. Keempat misionaris itu melakukan rapat pembagian tugas pada 7 Oktober 1861. Bentz mendapat tugas di tempat pelayanan yang telah dia buka sebelumnya, yaitu Bungabondar, Klammer di Sipirok, sedangkan Heine dan van Asselt di Pangaloan.
.
Tanggal pembagian tugas inilah yang kemudian dicatat sebagai hari jadi atau lahirnya HKBP (Huria Kristen Batak Protestan).
.
NOMMENSEN
.
Ingwer Ludwig Nommensen (1834 – 1918) merupakan tokoh sentral Pekabaran Injil di Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai “Rasul Batak” yang menjadikan suku Batak Toba menjadi suku bangsa maju.
.
Dia menginjakkan kaki di Barus Juni 1862, ditempatkan oleh rekan-rekan pendahulunya di Parausorat Desember 1862, lalu menginjakkan kaki di Silindung November 1863. Pekerjaan di perbatasan, menurutnya tidak memadai karena dominan penduduknya sudah memeluk agama Islam. Tak ada cara lain kecuali memasuki Tanah Batak, Silindung adalah pilihan utama karena jumlah penduduknya sangat besar, meskipun ditentang pemerintah Hindia Belanda, harus ditempuh melalui medan yang berat yaitu hutan belantara yang penuh marabahaya, serta kemungkinan ditolak bahkan bisa terbunuh.
.
Dr.H.Berkof dan Dr.IH Enklaar dalam sejarah Gereja mencatat, ”sungguhpun mula-mula pekerjaannya (pekerjaan Nommensen) amat susah dan ia sering ditimpa sengsara dan bahaya, tetapi ia bernubuat: Aku melihat seluruh daerah ini ditaburi dengan gedung-gedung gereja dan sekolah! Sekarang ramalan itu sudah di genapi, karena oleh strategi Zending yang cakap, pimpinan yang kuat, pekerja yang banyak dan latihan pengantar-pengantar jemaat dan guru sekolah dengan secukupnya dari permulaan, maka lama kelamaan Gereja Kristus di Tanah Batak meluas sampai menjadi Gereja muda paling besar di dunia.”
.
Lothar Schreiner,dalam bukunya Adat dan Injil membuat tahapan sejarah pengkristenan orang Batak denga merujuk pada tugas pelayanan Ingwer Ludwig Nommensen dan di mulainya pekabaran Injil oleh RMG (Rheinische Mission Gesellschaft) di tanah Batak.
.
1861-1881:
di sebut sebagai peletakan dasar-dasar pertama perkabaran Injil oleh Nommensen dan PH johansen di lembah silindung,dengan sokongan kuat dari penguasa lokal Raja Pontas Lumbantobing,di susul dengan penerjemahan kitab-kitab dasar untuk jemaat-jemaat, yakni Katekismus Kecil pada tahun 1874 dan perjanjian baru pada tahun 1878.Tata Gereja yang pengaruhnya paling dalam serta lama karena berlaku sampai tahun 1930, diberlakukan mula-mula pada tahun 1881.
.
1881-1901:
Nommensen memindahkan tempat kediamannya ke Toba dan merencanakan serta memimpin sendiri pekerjaannya. Didirikanlah jemaat-jemaat dalam wilayah yang semakin luas di daerah-daerah danau Toba dan di tampung golongan-golongan besar, sehingga terbentuklah suatu gereja suku. Pada tahun 1885 pendeta-pendeta pertama ditahbiskan. Sampai dengan tahun 1901 sudah 48.000 orang Batak dibaptiskan.
.
1901-1918:
masih dicirikan oleh prakarsa Nommensen termasuk melakukan pekabaran Injil ke Batak Simalungun. Di Simalungun pengkristenan tidak lagi berlangsung begitu sistematis sebagaimana terjadi di kalangan Batak Toba. Barulah setelah tahun 1940 sebagian besar orang-orang Batak Simalungun berhasil dikristenkan.
.
1918-1940:
ditandai dengan pekerjaan J.Warneck sebagai Ephorus menggantikan Nommensen yang meninggal dunia pada tahun 1918, melalui suatu tata gereja yang baru membuat Gereja Batak mandiri secara yuridis. (Dalam bukunya Lothar Schreiner menyebut HKBP dengan Gereja Batak). Barulah pada 1940 HKBP berhasil mandiri dalam arti yang sebenarnya, yakni ketika para zendeling jerman diinternir dan sinode memilih seorang pendeta Batak, K.Sirait menjadi ephorus.
.
1940-1954:
ditandai dengan masa pendudukan Jepang dan masa revolusi di Indonesia. Pendidikan pendeta dan penyelenggaraan jemaat-jemaat dilakukan tanpa bantuan dan sokongan luar negeri. Hubungan-hubungan dengan luar negeri pulih ketika HKBP menjadi anggota yang ikut mendirikan Dewan Gereja-gereja se-Dunia (1948) dan dengan pengakuan Iman sendiri (1951) memasuki Federasi Gereja-gereja Lutheran se-Dunia(1952).
.
1954-hingga buku Gereja dan Injil,ini diterbitkan pada tahun 1972:
ditandai dengan didirikannya Universitas Nommensen (1954) dengan kira-kira 3.000 mahasiswa pada tahun 1971, dan suatu tata gereja baru (1962) yang dengannya dihapuskan sinode distrik. HKBP juga mengembangkan usaha pendidikan dan penginjilan dikalangan orang-orang Jawa di Sumatera Timur, orang-orang Sakai di Riau, dan di Malaysia. Pada permulaan tahun 1960-an HKBP hampir mempunyai 900.000 anggota di sumatera dan banyak jemaat di pulau lainnya dan di Singapura.
.
Dalam perkembangannya HKBP beberapa kali mengalami peristiwa “ditinggalkan jemaat”, di mulai tahun 1927 dengan berdirinya Mission Batak, disusul Huria Christen Batak (HCB), Punguan Kristen Batak (PKB), dan Huria Kristen Indonesia (HKI). Pada tahun 1964 sejumlah anggota keluar dan menamakan diri Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI). Atas kemelut HKBP yang terjadi pada tahun 1990-an sejumlah anggota juga banyak yang pindah ke Gereja lain. Menurut Almanak HKBP tahun 2007 HKBP memiliki 3.139 gereja yang tersebar di Indonesia bahkan di Singapura dan Amerika Serikat. Dengan jumlah lebih dari 5 juta jemaat HKBP di catat sebagai lembaga keagamaan dengan jumlah angota terbesar ketiga setelah Nahdatul Ulama (NU) dan Muhamadiyah.
.
Sumber : HORAS

Selasa, 27 November 2007

HKBP Medan Tenggara (Menteng), Medan

Ini foto Gereja HKBP Menteng Ressort Medan Tenggara.
.

Alamatnya di Jl. Menteng VII Gg. Kurnia No. 16. Medan.
.
Catatan :
Foto ini dikirim tanggal 13 November 2007,
oleh Joy Simanjuntak ( joey84_breezy@yahoo.com ),
Naposobulung HKBP Menteng Ressort Medan Tenggara
.
Ucapan :
Salam kepada semua Jemaat HKBP di seluruh dunia.
GOD bless..
.
Foto-foto gereja HKBP lainnya masih kami terima di:

Jumat, 23 November 2007

67 Tahun HKBP “Manjujung Baringinna”

Mula-mula Gereja yang tumbuh di Tanah Batak disebut Huria Batak sebelum pada tahun 1930 disebut menjadi Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). HKBP mengurus sendiri perkaranya (mandiri, istilah yang dipakai HKBP: Manjujung Baringinna) pada 10-11 Juli 1940 setelah para Zendeling RM (Rheinische Missingesellschaft) diintenir menyusul meletusnya perang antara Belanda dengan Jerman pada Perang Dunia II. Sempat muncul keraguan apakah HKBP bisa ekses karena dipimpin pendeta pribumi.
.
Menjadi Gereja yang mandiri sudah cita-cita kelompok tertentu di tubuh HKBP jauh sebelum HKBP benar-benar mandiri. Wewenang pimpinan Eropah atas HKBP, misalnya telah dipersoalkan sejak tahun 1931, berbuntut berdirinya Hatopan Kristen Batak. Namun, karena keinginan tersebut ditentang kelompok dominan yang pro Zending RM, kemandirian HKBP baru terwujud setelah pendeta-pendeta RM di Tanah Batak ke Jerman pada tahun 1940.
.
Kala itu tengah berkecamuk Perang Dunia II, antara lain ditandai dengan penaklukan Jerman terhadap Belanda. Imbasnya, seluruh pendeta Jerman di Tanah Batak diinternir. Di HKBP tidak ada lagi pendeta Eropah, kecuali de Kleine dan Rijikhoek, yang asli Belanda.
.
Untuk sementara, menunggu Sinode Godang, de Kleine dan Rijkhoek dihunjuk sebagai pangganti Ephorus Verwiebie, atas persetujuan Verwiebie yang ditemui Kleine di penjara Tarutung, dan tentu saja atas restu kontroleur Belanda di Tarutung. Hanya saja, karena segala sesuatu yang berbau Jerman harus dihapuskan, istilah “ephorus” diganti dengan istilah dalam bahasa Belanda, “voorzitter”.
.
Kepergian pendeta-pendeta RM membuat sebagian besar jemaat HKBP bersedih, bahkan sempat berpikir HKBP tidak mungkin eksis di masa-masa berlanjut. Lothar Schreiner, dalam bukunya, Adat dan Injil, menulis begini: “Lembaga Zending mengalami pemutusan hubungan itu sebagi kerugian yang menyedihkan dan sebagai perampasan yang pahit. Jemaat Kristen yang ditinggalkan itu dipaksa untuk menyelenggarakan pimpinan itu sendiri.”
.
Dr. Justin Sihombing (Ephorus HKBP yang diangkat pada tahun 1972), menulis dengan rinci masa-masa putusnya hubungan HKBP dengan RM dalam buku Saratus Taon HKBP. Diketahui, bahwa untuk mandiri, bagi HKBP sesungguhnya tidaklah diperoleh dengan mulus akibat intervensi pemerintah Hindia Belanda.
.
Intervensi ditandai dengan ditempatkannya HKBP di bawah naungan Batak Nias Zending (BNZ), padahal HKBP pada tahun 1932 sudah punya legalitas hukum dari pemerintahan Belanda melalui Indisch Staatblad 1932 No.350. Dibentuknya BNZ adalah untuk mengambil alih tugas, hak, dan aset yang ditinggalkan Zending RM di Sumatera. Atas keputusan sepihak itu, 420 sekolah, 37 sekolah tukang, rumah-rumah sakit, dan harta kekayaan HKBP diambil alih BNZ.
.
HKBP melaksanakan Sinode Godang 11-12 Juli 1940. Pendeta Batak, K.Sirait terpilih sebagai Voorzitter, mengungguli kandidat lain, termasuk pendeta Belanda. Peristiwa inilah yang tercatat tanggal mandirinya HKBP yang akrab disebut “HKBP Manjujung Baringanna.”
.
Meski sudah mandiri campur tangan BNZ tetap mencengkeram pergerakan HKBP. Setelah menguasai aset HKBP, BNZ mencopot tugas sebagai gembala Gereja di sekolah-sekolah, menfitnah HKBP melalui brosur, dan menguasai kas pensiun.
.
HKBP bukanya tinggal diam. Sejumlah anggota jemaat HKBP di Jakarta membentuk komite, mencetak brosur untuk menagkis fitnah BNZ. Mereka terdiri dari JM Panggabean, J.Sormin, Dr. L.Lumbantobing, dan Mr. Amir Sjarifuddin.
.
MASA PAHIT PENDUDUKAN JEPANG
.
Pendudukan Jepang pada tahun 1942 dengan serta merta telah memutus hubungan HKBP dengan BNZ. Akan tetapi, masa pendudukan Jepang merupakan masa-masa yang sangat pahit bagi rakyat Indonesia, termasuk orang Batak dan jemaat HKBP di Tanah Batak. “Ndada holan badan namangae, alai dohot do tondi...” begitu J.Sihombing memberi komentar dalam bukunya, Saratus Taon HKBP yang menggambarkan penderitaan orang Batak secara fisik maupun psikis.
.
Orang-orang Batak banyak yang dimobilisir menjadi romusha (pekerja paksa) dan tentara, mereka di kirim ke luar daerah dan berperang melawan musuh-musuh Jepang.
.
Gerakan Gereja juga digembosi. Sekolah Zending diganti menjadi sekolah pemerintah. Sekolah guru HKBP di Balige dan sekolah theologia di Jakarta ditutup. Buku-buku dan Alkitab di Laguboti dirampas. Gereja banyak yang dijadikan gudang. Jepang juga mengkondisikan bangkitnya paham sipelebegu (penyembah berhala) dan perjudian. Pada setiap kegiatan gereja para pendeta selalu diawasi. Rapat-rapat pendeta sulit memperoleh izin. Dalam rangka menghimpun kekuatan orang Kristen didirikan Majelis Tinggi Agama Masehi Tapanuli. Selain HKBP, masuk di dalamnya Huria Christen Batak (HCB), Punguan Kristen Batak (PKB), Masehi Advent, Pinkster, dan Roma Katolik.
.
SEMAKIN MANDIRI
.
Penderitaan berakhir setelah Sekutu menaklukkan Jepang dan Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesai, 17 Agustus 1945. HKBP kembali mengalami masa-masa sulit dengan munculnya agresi militer Belanda dan lahirnya revolusi sosial di Sumatera Timur. Namun, lambat laun kondisinya semakin kondusif seiring makin membaiknya kondisi politik di Indonesia.
.
HKBP ternyata mampu menunjukkan diri sebagai Gereja muda yang mandiri di tangan pendeta-pendeta pribumi. Pendidikan pendeta dan penyelenggaraan jemaat-jemaat dilakukan tanpa bantuan dan sokongan luar negeri. Hubungan-hubungan dengan luar negeri pulih ketika HKBP menjadi anggota yang ikut mendirikan Dewan Gereja-gereja seDunia (1948) dan dengan Pangakuan Iman sendiri (1951) memasuki Federasi Gereja-gereja Lutheran se –Dunia (1952).
.
RM juga memberikan bea siswa kepada sejumlah pendeta HKBP yang melanjutkan pendidikannya ke Jerman, termasuk bibelvrow dan perawat. Selain itu juga dikirimkan pendeta untuk tugas pelayanan di Simalungun, Dairi, dan Humbang, di samping bantuan lainnya seperti tenaga arsitek untuk bangunan dan ahli percetakan, termasuk pengiriman dosen untuk Universitas Nommensen dan dokter-dokter untuk rumah-rumah sakit. Kemandirian HKBP dari waktu ke waktu terus tertanam hingga ke anggota jemaat. Kemandirian itulah yang kemudian menyuburkan perkembangan HKBP ke seantero Nusantara. Gereja HKBP tumbuh di mana-mana tanpa pengurus HKBP repot mengeluarkan dana.
.
Sumber : HORAS
Sumber

Sejarah Pekabaran Injil di Indonesia

Pekabaran Injil di Indonesia dimulai pada awal abad ke-16 dan semakin berkembang 3 abad kemudian. Tercatat abad ke-19 merupakan “Abad Pekabaran Injil” yang tumbuh dari kesadaran pembangunan rohani di Eropah, usai melewati masa-masa gelap Revolusi Perancis dan Napoleon.
.
Tahun 1500-1800
.
A.MISI KATOLIK DI MALUKU
.
Vasco dan Gama tiba di pantai India pada tahun 1498.Beberapa tahun kemudian (1512), kapal Portugis mengunjungi kepulauan penghasil rempah-rempah, Maluku, dan sejak 1522 menetap di Ternate, Ambon, dan Banda.
.
Misionaris pertama di kepulauan Maluku adalah babarapa rahib Fransiskan yang mendarat di Ternate (1522). Misi mereka dianggap gagal karena harus kembali akibat adanya perselisihan di kalangan orang Portugis yang tinggal di sana.
.
Rahib Fransiskan memindahkan pos ke Halmahera(1534) karena kebengisan Portugis, rakyat Halmahera memberontak, dan bermufakat mengusir seluruh bangsa kulit putih, serta memaksa rakyat yang sudah masuk Kristen meninggalkan agamanya. Seorang pater mati terbunuh sebagai syahid (1536. Perlawanan rakyat berhasil dijinakan. Beberapa pater bekerja kembali. Sementara di Ambon, beberapa penduduk sudah dibaptis, karena ingin mendapatkan pertolongan Portugis terhadap penduduk beragama islam.
.
Usaha misi baru berkembang di Maluku menyusul kedatangan Franciscus Xaverius di Ambon (Februari 1546. Dia kemudian bergerak ke Ternate, Halmahera dan Morotai, selama 15 bulan di Maluku dia berhasil membaptis beribu-ribu orang. Kebanyakan orang masuk Kristen agar dilindungi oleh Portugis.
.
Xaverius mendatangkan misionaris dari Goa, di pantai barat India. Sampai pada tahun 1570 pengaruh misi berkembang dengan memuaskan. Katolik sudah terdapat di Ambon-Lease,Bacan, Halmahera-morotai, Ternate-Tidore, Banggae, hingga ke Manado dan Sangir.
.
Misi Katolik mulai surut sejak tahun 1570. Akibat terbunuhnya Sultan Hairun dari Ternate di benteng Portugis membuat orang Islam marah lalu membakar rumah-rumah orang Kristen. Bilangan orang Kristen jauh berkurang karena murtad tidak tahan menerima serangan dan tekanan. Jumlah misionaris juga tinggal sedikit dan menderita pelbagai sengsara.
.
Surutnya kekuasaan Portugis karena takluk kepada Belanda membuat pengaruh misi semakin lenyap. Pada permulaan tahun 1605 kapal-kapal Belanda di bawah komando Steven van der Hagen tiba di Ambon. Portugis menyerah tanpa syarat. Benteng Portugis kemudian dikuasai Belanda. Orang-orang Portugis dan Peter Yesuit yang tersisa disuruh berlayar ke Filippina. Penduduk pribumi beragama Katolik berpindah ke Protestan seiring perkembangan Pekabaran Injil (zending) Belanda.
.
B. MISI ZENDING BELANDA
.
Pekabaran Injil oleh Gereja Reformasi yang masih muda maih sangat terbatas pada abad ke-16 karena beberapa benua masih dikuasai Spanyol dan Portugis yang menganut Katolik Roma. Keadaan itu berubah sejak tahun 1600 sejak Belanda dan Inggris berhasil melumpuhkan kekuasaan laut Spanyol dan Portugis.
.
Sebuah kongsi dagang Belanda yang disebut VOC (Verenigde Oos-Indicshe Compagine) didirikan pada tahun 1602. VOC yang berada di bawah kekuasaan pemerintah Belanda bekerja sama dengan Gereja menempatkan beberapa pendeta untuk menyelenggarakan kebutuhan rohani kamu saudagar, pegawai, dan tentara Belanda di mana VOC didirikan koloni-koloninya. Selain itu, para pendeta juga ditugaskan melakukan misi pertobatan orang kafir dan pendidikan anak-anak.
.
Protestan Calvinis mulai disebarkan di Ambon-Lease, Banda, Ternate, Bacan, Manado, Sangir, Solor, Timor, Bantam, Jakarta, Srilanka, dan Taiwan. Di mana-mana dibuka sekolah dan pengajaran agama.
.
Pekabaran Injil oleh Gereja Belanda berjalan kurang menggembirakan disebabkan beberapa hal.
.
Pertama, minimnya jumlah pendeta yang terlatih. Dari jumlah pendeta yang sedikit mereka kebanyakan tidak menguasai bahasa daerah (kecuali bahasa Melayu), psikologi, dan etnologi (ilmu mengenai suku bangsa).
.
Kedua, misi Pekabaran Injil sangat terikat pada kuasa dan peraturan VOC, di samping VOC memang lebih mementingkan kepentingan perdagangan ketimbang kepentingan Pekabaran Injil.
.
Ketiga, dibanyak daerah kaum pribumi menerima agama Kristen hanya untuk kepentingan politis agar mendapat perlindungan dari Belanda. Dengan demikian firman Tuhan dan kuasa pertobatan benar-benar tidak berakar dengan kuat.
.
Namun, meskipun jumlah pendeta Belanda berkurang bilangan pendeta pribumi bertambah-tambah dikawasan Indonesia Timur. Berkat kesetiaan, keuletan, dan usaha-usaha mereka berpuluh ribu orang sudah masuk Kristen dan beratus-ratus sekolah sudah dibuka.
.
Karena dianggap bobrok dan sarat praktik korupsi VOC akhirnya dibubarkan (31 Desember 1799), Kekuasaannya diambil alih pemerintah Belanda.
.
PEKABARAN INJIL DI INDONESIA SEJAK 1800
.
Pekabaran Injil menjadi fenomena yang sangat menarik karena mendapat minat yang sangat besar pada akhir abad ke-18 di Inggris dan berlanjut kian menggembirakan pada abad ke-19 di Belanda dan Jerman. Tercatat, fenomena ini didasarkan pada kesadaran baru di bidang pembangunan rohani, hikmah yang lahir dari masa Revolusi Perancis dan Napoleon yang amat gelap.
.
Pada akhir abad ke-18 perhimpunan-perhimpunan Pekabaran Injil di Inggris mengutus pendeta-pendetanya ke Austraria, New Zealand, Afrika, India dan Tiongkok. Utusan-utusan Jerman pergi ke Afrika Selatan dan Afrika Barat, Tiongkok, India, Palestina, dan lain-lain termasuk Kalimantan dan Tanah Batak. Sedangkan pendeta-pendeta Amerika diutus khususnya ke India dan Timur Jauh.
.
Pekabaran Injil dari Inggris segara berpindah ke Belanda. Pada tahun 1797 berdiri Nederlandse Zending-Genootschap (NZG) di Rotterdam. Selama Belanda di bawah kekuasaan Perancis (1795-1813) dari Indonesia di bawah pemerintahan sementara Inggris (GubenurJenderal Rafles 1811-1816) NZG, pada tahun 1830 menungaskan pendeta-pendetannya ke Minasaha.
.
Pada pertengahan abad ke-19 muncul perselisihan dalam badan NZG karena ada anggapan NZG terlalu dipengaruhi semangat modernisasi dan telah meninggalkan misi pertobatan kaum beragama suku. Pertikaian mengakibatkan pemisahan diri oleh sejumlah besar anggota ditandai dengan terbentuknya Nederlandse Zendingsvereniging (NZV) pada tahun 1858 dan Utrechtse Zendingsvereniging (UZV) pada tahun 1859. NZV memulai Pekabaran Injil di Jawa Barat (sejak 1862) dan Sulawesi Tenggara (1915). UZV sendiri bekerja di Irian (1863), Halmahera (1866), dan Buru (1885).
.
Pada tahun 1847 terbentuklah ‘’Penginjil Tukang” oleh Ds.OG Heldring. Badan bekerja dengan cara menginjil sembari merangkap tugas sebagai tukang. Mereka tidak mendapat gaji, kecuali mendapat uang dari hasil bertukang. Misi ini pernah bekerja di Irian (Ottow dan Geissler), Sangir, dan Talaud.
.
Selain Belanda, Jerman juga ambil bagian memberitakan Injil di Indonesia, yaitu Perhimpunan Zending Sungai Rhein atau Rheinisce Missionsgesellschaft (RM) di Barmen yang didirikan pada tahun 1828. Sejak tahun 1836 utusan-utusannya bekerja di Kalimantan Tenggara, tetapi karena pemberontakan suku Dayak pada tahun 1859 yang menelan banyak korban (termasuk 4 pendeta, 3 istri, dan 2 anak mereka dibunuh), RMG terpaksa mengundurkan Pekabaran injil disana lalu memindahkannya ke Tanah Batak(1861), Nias(1865), Mentawai(1901), dan Enggano(1903). Pekabaran Injil yang ditinggalkan RM di Kalimantan Tenggara diteruskan Basler Mission dari Swiss.
.
Pada tahun 1861 berdiri Nederlandse Gereformeede Zendingsvereniging (NGZV) yang mengutus pendetanya ke Jawa Tengah. Christelijke Gereformeede Krek (CGK) mulai bekerja di Sumba pada tahun 1889. Pekerjaan NGZV dan CGK di Jawa Tengah dan Sumba bersatu menjadi Gereformeede Krek pada tahun 1892. Anggota CKG yang tidak ikut bergabung memikul Pekabaran Injil di Mamasa, Sulawesi Barat pada tahun 1928. Pada tahun 1913 Gereformeede Zendingsbond (GZB) bekerja di Toraja. Selanjutnya Zending Salatiga bekerja di bagian utara Jawa Tengah (1809), Doopsgezind atau Zending Gereja Babtis Belanda di sekeliling Gunung Muria (1851), Zending Gereja Lutheran di pulau-palau Batu (1889), Balai Keselamatan di daerah Palu, Sulawesi Barat, sedangkan di dalam Dewan Gereja-gereja Tionghoa sudah tergabung 75 jemaat.
.
Badan-badan Zending Amerika yang bekerja di Indonesia adalah Gereja Metodis dan The Christian Missionary Alliance (CMI). Gereja Metodis memulai perkerja di Bogor (1905) lalu pindah ke Kalimantan Barat, Asahan (Sumatera Utara), dan Palembang. CMI memulai pekerjaan di Bali (1929) kemudian dikembangkan ke Makasar, Kalimantan Timur, Bangka-Belitung, Lombok. Southem Baptist di Jawa yang tidak mau bekerjasama dengan gereja-gereja lain, serta Overseas Missionary Fellowship sebagai lanjutan dari China Island Mission.
.
Misi Pekabaran Injil oleh Katolik Roma sangat kuat di Indonesia Timur. Dari 1 juta lebih pemeluk Katolik Roma - termasuk bangsa Eropah - 700.000 orang di antaranya tedapat di Pulau Flores dan Timor Tengah.
.
Pada tahun 1905 perhimpunan-perhimpunan Zending besar di Belanda membuka Sekolah Zending Belanda (Nederlandse Zendingschool).
.
Pemberitaan Injil di Pulau Jawa lebih sukar karena mayoritas penduduknya sudah memeluk agama Islam,kecuali Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di dua daerah tersebut Islam kurang berakar dalam jiwa rakyat karena dasar kekafiran primitif dan Hinduisme masih terasa. Mereka kebanyakan bukan pemeluk Islam yang fanatis, lebih banyak bercampur dengan mistik dan agama alam yang asli. Itulah sebabnya penaburan injil di sana agak besar, bahkan dari semua negeri di dunia ini yang beragama Islam, di Jawalah jumlah orang Kristen yang paling banyak. Di Jawa Tengah pernah terdapat gerakan yang mengidam-idamkan kekristenan bercorak jawa sejati. Cita-cita yang mula-mula dipimpin oleh Sadrach, itu dianggap menyimpang dari Injil dan tidak disetujui pemimpin-pemimpin Zending.
.
Di Jawa Gereja berjuang pada dua front, antara melawan pengaruh sekularisme modern dan kuasa Islam. Di Pasundan (Jawa Barat) pengaruh agama Islam sangat kuat. Masuk Kristen berarti dibuang keluar dari persekutuan penduduk. Meskipun demikian Gereja Pasundan sudah mendapat dasar yang kuat dan berkembang perlahan-lahan.
.
GEREJA PADA MASA KINI
.
Perkembangan Gereja di Indonesia dipercepat oleh Perang Dunia Kedua. Setelah Belanda diduduki Jerman (1940) pimpinan dan sokongan dari pihak itu berhenti tiba-tiba. Salah satu keuntungan yang didatangkan perang bahwa Gereja terpaksa belajar mandiri. Semua Gereja yang sudah memiliki sinodernya sebelum perang, kini memilih pendeta-pendeta Indonesia untuk semua pangkat yang tertinggi dalam struktur organisasi. Hampir semua Gereja yang belum berdaulat secara resmi sebelum perang secara berturut-turut berdiri sendiri , seperti di Sumba (1946), Timor, Sangir, dan Poso (1947), dan Bolaang Mongondow (1950) .
.
Pendidikan kependetaan telah diselenggarakan sebagai kebutuhan paling penting bagi pembina Gereja-gereja muda, yaitu Sekolah Tinggi Theologia di Jakarta (sebelum perang mula-mula berada di Bogor) dan Universitas Nommensen di Pematangsiantar , begitu juga di Yojakarta, Malang, Banjamasin, Ambon, Tomohon, dan Makasar. Gereja juga mempunyai kursus latihan yang lebih sederhana untuk mendidi guru-guru Injil.
.
Kerjasama yang kuat berwujud dengan terbentuknya organisasi bersama. Setelah perang, 25 Mei 1950 dibentuk wadah yang sudah lama diidam-idamkan, yaitu Dewan Gereja-geraja di Indonesia/DGI yang berpusat di Jakarta. Pada sidang Raya DGI di Ambon (1984) namnya diganti menjadi Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). PGI termasuk dalam bagian Dewan Gereja-gereja se-Dunia dan Dewan Pekabaran Injil Internasional.
.
Di tengah sukacita tercapainya edaulatan bangsa Indonesia, Gereja di negeri ini sungguh-sungguh berharap agar kebebasan beragama senantiasa dijamin sesuai amanat UUD 1945.
.
Sumber : HORAS

Kamis, 15 November 2007

Penerimaan CPNS BPN RI Golongan II dan III Tahun 2007

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
Jl. Sisingamangaraja No. 2 Jakarta Tlp. (021) 7393939 (Kotak Pos No. 1403 Jakarta 12014)
.
PENGUMUMAN
Nomor : 3541 – 130.21
.
PENERIMAAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL
BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
GOLONGAN II dan GOLONGAN III TAHUN ANGGARAN 2007
.
Dalam rangka pengisian formasi Pegawai Negeri Sipil Tahun 2007 yang lowong, Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia memberi kesempatan bagi putra-putri terbaik bangsa
untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil melalui seleksi penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III dan Golongan II Tahun Anggaran 2007 dengan kualifikasi pendidikan sebagai berikut :
.
1. Sarjana Teknik Geodesi : 29 Orang
2. Sarjana Geografi : 23 Orang
3. Sarjana Administrasi Negara/Pemerintahan/Politik : 27 Orang
4. Sarjana Hukum : 40 Orang
5. Sarjana Ekonomi (Akuntansi/Manajemen) : 30 Orang
6. Sarjana Komunikasi (Ilmu Komunikasi/Hubungan Masyarakat) : 17 Orang
7. Sarjana Psikologi : 5 Orang
8. Sarjana Lingkungan : 4 Orang
9. Sarjana Teknik Planologi : 17 Orang
10. Sarjana Pertanian (Ilmu Tanah/Sosial Ekonomi Pertanian) : 42 Orang
11. Sarjana Komputer : 35 Orang
12. Sarjana Perpustakaan : 8 Orang
13. Diploma III Geomatika/Pengukuran dan Pemetaan : 41 Orang
14. Diploma III Komputer : 51 Orang
15. Diploma III Ekonomi (Keuangan/Akuntansi) : 51 Orang
16. Diploma I Pengukuran dan Pemetaan Kadastral : 280 Orang
.
Dengan ketentuan lengkap lagi dapat dilihat di :
.
Formulir pendaftaran dapat diperoleh di:
http://www.bpn.go.id/files/formcpns_2007.pdf
.
Batas akhir pendaftaran : 23 November 2007.
.

Jumat, 09 November 2007

Sorga, Impian atau Kenyataan?

Oleh
Pdt Mangapul Sagala
.
Ada banyak hal yang sangat berkesan ketika kami Tim PA Simpruk (16 orang) melakukan pelayanan atau yang disebut dengan mission trip ke Ambarita, Samosir, pada Jumat-Minggu, 26-28 Oktober 2007 yang lalu.
.
Salah satu yang sangat berkesan bagi saya adalah percakapan antara ibu Sinuhaji br Sembiring (sekitar 60 tahun) dengan istri saya, Junicke Sagala. Hal itu terjadi setelah acara perpisahan, di mana pendeta dan majelis Gereja HKBP Ambarita mengadakan acara jamuan makan pada hari Minggu siang.
.
Pada saat itu, sambil bersalaman, dengan wajah yang sangat ceria, ibu tersebut berkata: “Sampai ketemu di sorga”. Agak kaget mendengar kalimat itu, Junicke menjawab: “Ah, Tante, seperti sudah mau meninggal saja. Kita toh masih akan ketemu di Siantar.” (Kota di mana Ibu Sinuhaji dan ayah mertua saya berdomisili). Kemudian, Ibu Sinuhaji berkata: “Maksud saya, jika tidak lagi ketemu di dunia ini, kita pasti akan ketemu di sorga”. Selanjutnya, kami berangkat menuju Siantar dengan kendaraan yang berbeda.
.
Baru saja kami tiba di rumah sekitar lima menit, kami menerima telepon bahwa Ibu Sinuhaji telah dipanggil pulang ke rumah Bapa di sorga! Beliau meninggal di Siantar, pada saat berjalan hendak menuju rumahnya. Tampaknya, beliau mengidap penyakit jantung. “Ah masak sih? Lho, kan tadi Ibu Sinuhaji dengan sangat yakin mengatakan ‘sampai ketemu di sorga?” tanya Junicke.
.
Apa Dasarnya?
.
Apakah pengharapan tentang sorga merupakan impian orang sederhana, seperti anak-anak sekolah Minggu yang tidak berdasar sama sekali? Jawabnya, tentu saja, tidak.
.
Orang-orang pintar dan berpengalaman pun banyak yang percaya akan keberadaan sorga. Sebagai contoh, NT Wright, seorang yang sangat ahli dalam Perjanjian Baru, memiliki reputasi internasional, dan pernah menjadi guru besar di universitas bergengsi, seperti Universitas Cambridge dan Oxford, juga menegaskan akan keberadaan sorga sebagai tujuan akhir semua orang percaya. Di dalam buku yang berjudul The Meaning of Jesus, dia mengacu kepada 1 Kor:15, sebuah pasal besar di dalam Perjanjian Baru yang berbicara tentang akhir hidup orang percaya.
.
Tom Wright menulis: “Inilah inti pengajaran 1 Kor:15, bahwa semua akan diubahkan. Pada hari terakhir, sangkakala Allah akan berbunyi dan orang mati akan dibangkitkan....Kematian akan dikalahkan oleh kemenangan Allah. (hal.202).
.
Demikian juga, Prof Donald G Bloesch dalam bukunya Essentials of Evangelical Theology menegaskan bahwa sorga bukan sekadar suasana pikiran atau hati, atau lingkungan yang semakin baik. Dia menuliskan bahwa sorga adalah sebuah realitas, “not merely states of mind but time- space dimensions beyond our space and time” (vol 2, hal 212).
.
Alkitab memang banyak berbicara tentang sorga dan hidup kekal sebagai tujuan akhir dari orang-orang yang mengalami karya penebusan Tuhan Yesus. Hal itu terlihat dengan jelas, baik di dalam Perjanjian Lama (Ibrani, sorga: samayim, Aramik: semayin), maupun di dalam Perjanjian Baru (Yunani: ouranos).
.


Nabi Daniel menulis: “Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian lagi mengalami kengerian yang kekal” (Dan 12:2).
.
Rasul Yohanes juga menulis: “...supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh.3:16).
.


Bahkan di dalam doa yang diajarkan Tuhan Yesus, umat di gereja, setiap Minggu mengucapkan dengan jelas kata sorga (Mat 6:9).
.
Lukas mencatat bahwa ke sanalah Tuhan Yesus terangkat setelah menyelesaikan tugas-Nya di dunia ini (Luk.24:51). Itu juga yang menjadi tujuan akhir dari setiap orang percaya, sebagaimana nyata dari janji Tuhan Yesus: “...Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di mana Aku berada, kamu pun berada” (Yoh.14:3).
.


Seorang Pastor Katolik yang sangat terkenal, Henri J Nouen, menggarisbawahi betapa banyak nyanyian Kristen yang berbicara tentang sorga dalam ibadah setiap Minggu. Oleh karena itu, tidak seharusnya orang-orang beriman takut pada kematian.
.
Sekali pun orang-orang beriman hidup di dalam berbagai kesulitan, penderitaan, dan aniaya yang mengancam nyawa, pengharapan akan sorga tidak boleh pudar. Ke sanalah pikiran dan hati terus-menerus diarahkan, sebagaimana diperintahkan oleh Firman Tuhan (Kol 3.1-2).
.
Hal itulah yang rupanya dialami almarhumah, Ibu Sinuhaji br Sembiring. Itu jugalah yang menjadi pengharapan kita yang teguh dan pasti. Sorga bukan sekadar impian, tapi dia juga sebuah kenyataan.
.
Sorga itu tidak ternilai harganya dan tidak dapat dibayar oleh apa pun, selain oleh darah Tuhan Yesus yang sangat mahal (1Pet 1:19). Wah, betapa bahagianya menjadi orang percaya. “Selamat jalan Ibu Sinuhaji ke rumah Bapa di sorga. Terima kasih telah mengingatkan kami akan kepastian sorga. Kiranya Tuhan mengaruniakan kepada kita semua iman, sukacita, dan kepastian yang sama. Dengan demikian, kita tidak mengakhiri hidup dengan sia-sia. n
.
Penulis adalah alumnus Trinity Theological College, Singapura, sedang melayani di Persekutuan Kristen Antar-Universitas (Perkantas).


.


Sumber : Sinar Harapan


Kamis, 08 November 2007

Bupati Kutai Timur Ajak Jemaat Gereja HKBP Bangun Kutim

Saya ingin menyatukan hati dan pikiran kita
Ajak Jemaat Gereja HKBP Bangun Kutim.
.
BUPATI Kutai Timur (Kutim) H Awang Faroek Ishak mengajak jemaat Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Sengata untuk bersama-sama membangun daerah ini. "Mari kita satukan tekad untuk membangun Kutai Timur, bahkan Kalimantan Timur bersama warga yang lain. Jangan lagi berpikiran mau pulang ke kampung halamannya," ungkap Awang Faroek saat menyampaikan sambutan pada acara persemian Resort Gereja HKBP Sengata, Kutim, Minggu (21/10) siang kemarin.
.
Hadir dalam acara tersebut Wakil Bupati Kutim Isran Noor, Kadis Kesehatan Marthen Luther, serta eforus pusat Gereja Pearaja Taruntung Sumatera Utara Pdt Bonar Napitupulu serta rombongan lainnya.
.
Pada kesempatan itu, orang nomor satu di Kutim itu mengungkapkan, bahwa salah satu program Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) maupun Kalima (K5), sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) organisasi nonpemerintah yang didirikannya adalah meningkatkan iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai kepercayaannya masing-masing.
"Makanya, saya tadi saat pemukulan gong tanda peresmian Resort Gereja HKBP melakukan sebanyak 5 kali. Karena, negara kita menganut Pancasila yang terdiri dari 5 sila dan sila kesatu Ketuhanan Yang Mana Esa. Dan semua agama tumbuh subur di Indonesia. Demikian juga organisasi Kalima yang kita dirikan, sangat konsisten memperjuangkan peningkatan iman dan ketakwaan," tuturnya.
.
Awang Faroek menandaskan, dirinya sangat menyadari bahwa peningkatkaan iman dan ketakwaan terhadap Tuhan YME sangat diperlukan untuk menemukan sosok manusia yang memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) dan bermoral atau berakhlak mulia. "Dengan akhlak mulia, kita bisa menjalankan pemerintahan yang bersih dan berwibawa," tukasnya.
Karena itu, sebagai pemimpin di daerah ini, ia menyambut baik persemian resort gereja HKBP Sengata maupun rencana pembangunan gedung sekolah Minggu. "Ini salah satu upaya dari gereja membantu pemerintah dalam meningkatkan SDM maupun keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa," katanya.
.
Sementara Eforus Pdt Bonar Napitupulu mengatakan, pihaknya selalu menekan kepada jemaat Gereja HKBP seluruh Indonesia termasuk di Kutim agar jangan lagi menyebutkan dirinya adalah orang Batak maupun etnis lain. "Karena kita semua adalah orang Indonesia. Yang mana, kita sudah satukan tekad melalui sumpah pemuda dalam satu kesatuan yaitu Indonesia," tegasnya.
.
Pimpinan tertinggi Gereja HKBP itu juga menitip jemaat HKBP yang merupakan insan bangsa Indonesia untuk bisa ikut membangun Kutim bahkan Kaltim seperti yang diharapkan Bupati Awagn Faroek. "Pak Bupati dan Wakil Bupati saya titip warga HKBP untuk ikut baik di sektor formal maupun informal," ungkapnya.
.
Jemaat lokal Gereja HKBP juga ada di Malaysia, Singapura dan Amerika Serikat," tukasnya.
Sedangkan ketua panitia pelaksana Siregar mengatakan selain kegiataan persemian resort gejera HKBP Sengata juga dilakukan penandatanganan prasasti pembangunan gedung sekolah Minggu. "Sebelumnya, kita juga melaksanakan ibadah bersama," tambahnya.
.
Selama ini, gereja HKBP Sengata bernaung di Resort Gereja HKBP Bontang. Namun, dengan diresmikannya Resort Sengata, maka tentu sudah berdiri sendiri dan langsung menaungi Gereja HKBP Muara Wahau.(hms8)
.

Kasih yang Mendunia

HKBP akan terus menggugah kesadaran masyarakat untuk saling mengasihi, saling peduli dan saling membantu. Aksi kasih tersebut tidak hanya di kalangan jemaat HKBP, tetapi juga di tengah masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia. HKBP memiliki potensi besar memasyarakatkan kasih, rasa peduli sosial, persatuan bangsa dan peningkatan solidaritas manusia karena Gereja HKBP semakin mendunia. Jemaatnya terus menyebar dan berkembang ke seluruh persada nusantara dan dunia.
.
Hingga tahun 2007 ini, jumlah jemaat HKBP di seluruh dunia saat ini mencapai 6 juta jiwa. Jemaat HKBP tersebut tersebar di 3.657 gereja lokal (Sumatra Utara dan Indonesia) dan delapan gereja internasional.
.
Jemaat dan Gereja HKBP di luar negeri terdapat di Kualalumpur, Malaysia, dua gereja, di Singapura dua gereja dan di Amerika Serikat (AS), HKBP memiliki lima gereja. Jemaat HKBP tersebut terdapat di Kota New York satu gereja, California dua gereja, Denver (Colorado) satu gereja dan satu jemaat/gereja persiapan di Philadelpia.
.
Jemaat HKBP yang dibagi menjadi 26 distrik (wilayah pelayanan) tersebut dilayani 1.200 orang pendeta, 400 orang guru jemaat dan 250 orang diakonis.
.
Seluruh warga jemaat HKBP di Tanah Air dan luar negeri itu mempunyai potensi menggagas, menyuarakan dan melaksanakan kasih agar menyebar di tengah masyarakat dunia. Hal itu dapat dilakukan melalui kegiatan secara berjemaat, kelompok dan pribadi sesuai dengan potensi masing-masing. Ephorus HKBP mengatakan, HKBP juga kini berupaya meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa melalui seluruh kegiatan HKBP.
.
Untuk itu HKBP telah mencanangkan Tahun 2007 menjadi Tahun Koinonia (Persekutuan) HKBP. Melalui tahun Koinonia ini, segenap jemaat HKBP di seluruh Tanah Air dan dunia semakin meningkatkan persekutuan, persatuan dan kebersamaan. Melalui tahun Koinonia tersebut juga HKBP berupaya memberikan kontribusi untuk merajut kembali rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang semakin memudar di era reformasi dan Otonomi Daerah ini.
.
Peningkatan rasa kebangsaan (national building) ini sangat penting agar roh pengelompokan etnis dan agama yang mulai merajalela di tengah iklim reformasi dan otonomi daerah ini bias dihalau.
.
Bangsa Indonesia hanya bisa dibangun menjadi bangsa yang makmur, sesuai cita-cita perjuangan bangsa oleh putra-putri Bangsa Indonesia. Bangsa kita ini tidak bisa dibangun orang-orang yang hanya mengandalkan fanatisme kedaerahan. Karena itu seluruh elemen bangsa, termasuk HKBP harus mampu membangun rasa kebangsaan dan kepedulian sosial melalui secara bersama-sama.

Mengapa HKBP Sering Konflik

by Suhunan Situmorang
.
Sumbang saran seorang jemaat untuk pemimpin HKBP.
.
Artikel berbentuk opini ini ditulis Suhunan Situmorang dari Jakarta. Suhunan adalah jemaat gereja HKBP, bekerja sebagai advokat di kantor Nungroho Partnership. Ia juga novelis.
.

PULUHAN RIBU JEMAAT Gereja HKBP memadati Gelora Bung Karno Minggu 28 Oktober lalu. Presiden SBY ikut hadir di pesta Parolop-olopon 146 Tahun HKBP itu. (HKBP resmi berdiri pada tanggal 7 Oktober 1861, didirikan oleh badan zending RMG, dari Jerman). Wajah Ephorus DR Bonar Napitupulu—dari layar kaca raksasa stadion utama—nampak sumringah. Kehadiran RI 1 memang penting bagi pimpinan gereja suku terbesar di Asia Tenggara itu, apalagi jauh sebelumnya sudah diembuskan ke telinga jemaat.
.
Tujuan “pesta” itu (sengaja diberi tanda kutip karena pengertian “pesta” bagi HKBP lebih pada ‘perayaan’ atau ‘peringatan’), salah satunya, untuk merayakan 67 tahun pribumisasi kepengurusan gereja protestan etnis Batak Toba dari kekuasaan missionaris-zending Jerman. Di tengah gempita acara, sebuah pesan singkat dari kawan lama masuk ke ponselku. Isinya, lagi-lagi tentang kisruh yang terjadi di HKBP Jln. Riau, Bandung. SMS tersebut kian menggangguku mengikuti acara kebaktian karena buruknya kualitas pengeras suara, kurang syahdunya tahap-tahap liturgi, ditambah gerahnya cuaca—membuat orang-orang sibuk berkipas-kipas. Orang-orang yang duduk di sekitarku pun banyak yang menggerutu.
.
Panitia terkesan tak siap memang menggagas acara seakbar itu, juga seolah tak menghargai antusiasme puluhan ribu jemaat yang datang dari berbagai wilayah. Hajatan rohani itu terkesan minimalis disiapkan, hingga gagal mengkondisikan revitalisasi dunia kerohanian. Mungkin mereka sudah bekerja keras, tapi, tak sebanding dengan hasilnya. Mereka pun tak antisipasif atas “kedatangan tamu yang tak diundang”, yakni para naposo (pemuda-pemudi) yang ternyata amat banyak jumlahnya, yang datang bukan atas nama sebuah resort HKBP. Mereka kelaparan karena tak kebagian nasi kotak karena masing-masing gereja diinstruksikan menyediakan konsumsi untuk jemaat rombongan mereka saja.
.
Di teras dan halaman stadion, orang-orang hilir-mudik, mencari makanan-minuman, belanja kaset, VCD, buku; tak mengikuti kebaktian, tak mendengar khotbah, apalagi sambutan dan pidato. Banyak pula yang berpulangan bersama gerutuan. Menjelang sore, ribuan kendaraan terjebak kemacetan. Sekeliling Senayan tak bisa dilalui. Penumpang bus, metromini, mikrolet, angkot—yang tak ber-AC—milik jemaat atau carteran, gencar mengipas-ngipas badan. Wajah mereka kuyu dan letih. Di mobil-mobil pribadi, para penumpang tertidur kelelahan, para pengemudi hanya bisa pasrah. Di tengah kekesalan karena dera kemacetan, SMS kawan dari Bandung itu sekelebat melintas di pikiran. Seakan ahli sosiologi agama dan pakar teologia, pikiranku sibuk mengupas HKBP.
.
Sejak terbebas dari hegemoni missionaris-zending Jerman, HKBP sudah akrab dengan friksi dan konflik internal. Penyebabnya macam-macam. Salah satu konflik yang skalanya tergolong besar terjadi awal dekade 60-an, yang lalu melahirkan GKPI, diikuti HKI. Tahun 1993 terjadi lagi konflik besar, melahirkan ‘sinode godang’ yang dipaksakan berkat dukungan Pangdam Bukit Barisan untuk menggusur Ephorus DR SAE Nababan. Isunya, Nababan dinilai terlalu keras “mendidik” pendeta agar benar-benar menjadi pelayan firman sejati yang lalu menimbulkan ketersinggungan di sebagian pendeta.
.
Ketersinggungan itu dimanfaatkan elite politik dan beberapa penguasa Orde Baru beretnis Batak yang tak suka SAE Nababan karena dianggap tak kooperatif dengan kebijakan Soeharto dan disinyalir pula anti-Golkar. Implikasi dan dampak konflik tersebut membuat antarpendeta, antarjemaat, terlibat perseteruan hebat yang nyaris merontokkan makna agama, membuyarkan harmoni relasi sosial berdasarkan tatanan dan norma hubungan kekerabatan berdasarkan aturan ‘Dalihan Natolu’. Entah berapa pendeta, vikar, jemaat, yang tewas; entah berapa ratus pula yang cacat dan luka.
.
Di kalangan umat, konflik petinggi gereja itu menciptakan dua kubu yang ekstrim berseteru dan menebarkan bibit militansi. Yang satu pro SAE Nababan (kelompok Setia Sampai Akhir/SSA), satu lagi mengikuti Ephorus PWT Simanjuntak hasil sinode yang dilaksanakan di Hotel Tiara, Medan—yang oleh kelompok SSA dijuluki ‘Monjo’. Sisa konflik yang berkepanjangan dan berdarah-darah itulah yang sampai kini menyisa di beberapa gereja HKBP, termasuk HKBP Jln. Riau Bandung dan HKBP Pondok Bambu, Jakarta. Juga melahirkan sebuah HKBP sempalan di bilangan Cikini (pecahan Kernolong) yang liturgi dan teologinya mirip gereja kharismatik. Akibat konflik itu pula HKBP Pangururan terbelah dua. Kelompok anti-SSA membangun gereja mereka di tepi Danau Toba, bertetangga dengan satu-satunya masjid di Pangururan.
.
Ephorus dan sekjen pasca konflik (JR Hutauruk dan WTP Simarmata) mencoba melakukan rekonsiliasi. Jemaat yang terbelah, yang bertahun-tahun memilih berkebaktian secara terpisah, disatukan. Pendeta dan vikar yang berseberangan, dipadukan. Langkah islah ini tak mulus, mungkin karena karat perselisihan terlanjur menggerogoti hingga sumsum tulang HKBP, apalagi ketika Bonar Napitupulu terpilih jadi ephorus, yang disebut-sebut salah satu pentolan anti-SSA semasa konflik besar itu merebak.
.
Tapi belum lama ini konflik memang nyaris meledak di gereja HKBP berjemaat 5000-an, tempat biasa kuikuti kebaktian Minggu. Mayoritas jemaat dan majelis gereja mengusulkan agar Pdt. Daniel T.A Harahap (sebelumnya pernah melayani di situ) menggantikan Pdt. Binnen Silalahi yang tahun lalu meninggal dunia, sementara kantor pusat menetapkan calon lain, kebetulan bermarga Napitupulu (Pdt Patar S. Napitupulu). Kedua pendeta ini sebetulnya sama cerdas dan menariknya dijadikan teman diskusi, sama-sama alumni STT Jakarta dan keduanya berkawan baik. Tarik menarik antara kehendak kantor pusat dengan HKBP Jatiwaringin berlangsung alot dan cukup lama, empat bulanan. Untunglah bara selisih padam sendiri, Pdt. Patar S. Napitupulu pun diterima tanpa gejolak. Jika tidak, sulit dibayangkan akibatnya.
.
Konflik, seolah menjadi hal yang intrinsik dengan HKBP; antarmajelis, majelis dengan pendeta, majelis vs jemaat, pendeta vs majelis plus jemaat (macam yang kini terjadi di HKBP Kebayoran Lama), pendeta vs pengurus kantor pusat (ephorus), dan jemaat plus majelis melawan kantor pusat. Pemicu pertentangan sedikit saja yang bersifat teologis, selebihnya menyangkut manajemen administrasi keuangan, perebutan kuasa dan pengaruh, soal penempatan-pemindahan pendeta, dan gaya kepemimpinan pendeta.
.
Di antara para majelis gereja, apalagi yang merasa ‘sisuan bulu’ (pendiri gereja) tak selalu bisa menerima perlakuan egalitarian. Selalu ingin diistimewakan, dipentingkan, bila perlu berperan besar menentukan kebijakan gereja. Sebagian jemaat yang sering atau pernah menyumbang dana ke gereja pun maunya diistimewakan, bila perlu pendeta harus bisa diatur. Di sisi lain, kantor pusat seakan menjadikan semua gereja HKBP laksana anak cabang perusahaannya, menetapkan sendiri jumlah setoran tiap gereja ke kas Pearaja-Tarutung, yang sering menyulitkan majelis gereja. Padahal, ephorus, sekjen dan pengurus kantor pusat di Pearaja, tak banyak andil dalam mendirikan sebuah gereja, murni swadaya jemaat—termasuk pengurusan izin yang setengah mampus sulitnya. Orang-orang di kantor pusat lebih sering duduk tenang melihat pertumbuhan gereja, tetapi sesudah berhasil didirikan langsung dimasukkan dalam daftar aset kantor pusat HKBP. Mereka tak cukup berperan mendukung perjuangan dan pengorbanan jemaat.
.
Di sisi lain, HKBP kian mendapat serangan dan hambatan dari luar, seperti penutupan paksa dan pembakaran gereja dari pihak yang tak setuju bangunan gereja berdiri di sekitar mereka, juga cercaan dari kalangan Kristen sendiri (kaum kharismatik) yang gencar menuduh HKBP menjalankan teologia sinkretisme dan “belum sungguh-sungguh Kristen”. Bahkan ada satu dua gereja kharismatik yang terang-terangan—dalam khotbah pendetanya—ingin mengosongkan gereja HKBP, membaptis ulang jemaat agar “lahir kembali”, supaya sungguh-sungguh menjadi Kristen—sesuai versi mereka.
.
Ephorus, sekjen, dan orang-orang di kantor pusat seolah tak menganggap masalah-masalah eksternal itu sebagai masalah yang perlu segera disikapi hingga tak tergerak melakukan tindakan advokasi atau setidaknya bantuan semangat kepada jemaat yang merasa tertindas menjalankan ibadah. Maka ketika sebuah gereja ditutup paksa, ketika izin tak dikeluarkan penguasa, tak terdengar tanggapan ephorus di media-massa. Ketika kaum aliran pemurnian Kristen yang fanatik itu kian gencar menyerang HKBP, petinggi gereja di kantor pusat tak coba menangkis dengan mengajukan argumentasi-argumentasi teologis yang mampu menenteramkan hati jemaat.
.
Bahkan hingga kini pimpinan dan pendeta HKBP masih gamang menentukan sikap: apakah akan toleran meresepsi adat-istiadat dan budaya jemaat yang disinkronkan dengan teologia Kristen aliran Lutheran yang jadi anutan HKBP, atau menolak tanpa pengecualian. Yang selama ini dilakukan adalah sikap ambigu, terkadang kompromi dan memberi permakluman, terkadang melarang—khususnya menyangkut musik tradisional gondang sabangunan yang dituduh kaum injili sebagai warisan penyembah hantu atau sipele begu; upacara kematian; ritual mangokhal holi (penggalian tulang-belulang orangtua dan leluhur untuk disatukan dalam sebuah ‘tambak napir’), dan; boleh tidaknya dilakukan ziarah ke makam leluhur-orangtua membawa rokok, sirih, atau buah. Sejauh ini para pemuncak HKBP belum membuat semacam “fatwa” menyangkut semua itu. Jemaat dibiarkan menafsir sendiri, menyimpulkan sendiri, sementara kaum yang sinistik kian gencar mengharamkan kebiasaan lama dan ritual adat-budaya dan aktif meretas pikiran umat dalam rangka de-HKBP-isasi.
.
Memang, HKBP masih terkurung dalam dilema. Bila ritual adat dan budaya secara tegas dilarang, dikhawatirkan akan menuai resistensi dari jemaat—yang dicemaskan akan mengurangi anggota, atau malah mengakibatkan munculnya gereja sempalan baru. Bila tetap berkompromi walau membuat koreksi di sana sini, cap sinkretisme dari kaum Kristen skriptualis dan juga sebagian pendeta HKBP yang anti adat-budaya, akan tetap menempel. Dan bila HKBP akhirnya ikut memusuhi adat-budaya Batak, pasti, sebagian besar jemaat akan mengatakan: HKBP tak usah lagi memakai identitas ‘Batak’ dan cukup disebut HKP (Huria Kristen Protestan) saja, karena ciri utama HKBP adalah kebatakannya, sementara dengan tetap menjadi Batak tak mungkin lepas dari adat-istiadat dan kebudayaan warisan leluhur (ompu sijolo-jolo tubu). Bahkan agar lebih lengkap, kata mereka yang keberatan itu nanti: buanglah marga dari diri tiap jemaat, majelis, pendeta, yang anti adat-budaya Batak itu. Sebab fungsi marga , selain identitas, juga penentu posisi, kedudukan, status, dalam tata hubungan kekerabatan masyarakat Batak.
.
Di luar persoalan-persoalan di atas, jemaat, vikar (sintua), bahkan pendeta, diam-diam atau terang-terang, sudah pula sering mengkritik pola kepemimpinan dan sikap ephorus-ephorus HKBP selama ini, yang dinilai mirip pimpinan ormas biasa (bukan keagamaan). Pengkritik tak setuju bila ephorus terlalu intim dengan politisi, parpol, calon pejabat atau pejabat; juga bila secara terang-terangan menunjukkan dukungan pada penguasa atau calon penguasa tertentu. Pun menyesalkan sikap ephorus atau sekjen yang sering otoriter dan kurang arif membuat aturan dan keputusan, macam pemindahtugasan seorang pendeta tanpa menghiraukan aspirasi mayoritas jemaat, dan pola penyelesaian masalah yang diterapkan dalam upaya penyatuan kembali jemaat yang terpecah karena konflik 1993—macam kasus HKBP Jln. Riau, Bandung, dan Pondok Bambu, Jakarta itu.
.
Sepertinya, para elit gereja yang berkedudukan di kantor pusat beranggapan hanya lewat tindakan tegaslah yang bisa menyelesaikan persoalan internal gereja. Mereka lupa bukan mengurus ormas biasa, bukan pula pimpinan barisan tentara. Mestinya, untuk menyelesaikan persoalan internal gereja, apalagi warisan kasus SAE Nababan vs PWT Simanjuntak, yang dikedepankan adalah pendekatan persuasif yang menuntut kearifan dan kesabaran. Semua itu hanya bisa dilakukan bila kandungan spiritualisme begitu intens dalam diri para pemimpin gereja, terutama ephorus.
.
Sementara itu, sependapat atau tidak, dalam sejarahnya, ikhwal kedalaman spiritualisme ini tak begitu menonjol di kalangan HKBP. Mungkin disebabkan teologi anutannya lebih menekankan rasionalisme beragama berdasarkan ajaran reformasi gereja yang ditawarkan Martin Luther 1516-1521, yang terkenal dengan penentangan atas indulgensia. Teologia anutan HKBP memang lebih mementingkan pengakuan iman terhadap Trinitas dan pemahaman atas Firman Tuhan (Sola Scriptura), dengan mengandalkan khotbah (bukan penekanan ritus ibadah). Dogma gereja bisa disampaikan secara ringan, cair, dan tidak harus pendeta yang menyampaikan. “Liberalisme” memuji dan mendengar Firman Tuhan ini membuat ibadah HKBP jadi terkesan datar, monoton, kurang greget—membuat yang tak puas beralih ke gereja-gereja protestan yang menawarkan ke-dalam-an, macam gereja Pantekosta, Bethel dan gereja-gereja kharismatik lainnya.
.
Kritik yang kian sering ditujukan pada pendeta-pendeta HKBP, salah satunya adalah soal ketidak-khusyukan ibadah itu, yang dituduh sebagai akar masalah kemiskinan spiritualisme. Memang sulit dihindari kesan yang tak sedap didengar ini: bagi pimpinan, pendeta, penggiat dan jemaat HKBP, seakan yang terutama adalah eksistensi sebuah gereja, kehadiran, partisipasi jemaat, keberlangsungan aktivitas seremonial, dan pembangunan fisik gereja.
.
Tak bisa disalahkan. Cobalah cermati perikop penuntun khotbah tahunan buatan kantor pusat dan muatan khotbah kebanyakan pendeta, jarang menekankan kefanaan hidup, kesementaraan pemilikan materi, ketidakabadian kuasa dan jabatan, yang bisa dijadikan umat semacam pengingat: bahwa kehidupan di bumi ini hanya terminal persinggahan, yang paling utama adalah iman dan perbuatan baik, hingga tak perlu berambisi macam-macam bila untuk merengkuhnya harus menghalalkan segala cara (termasuk menempuh cara jahat). Bahwa ukuran kesalehan tak terletak di seberapa aktif diikutinya kebaktian Minggu, sermon, kebaktian wijk, paduan suara, kegiatan lain, dan seberapa banyak disisihkan penghasilannya pada gereja. Bahwa gereja tak perlu dibangun besar, ber-AC, bila donasi jemaat berasal dari uang yang sumbernya diduga bermasalah, dan bila dengan pemberian itu ada imbalan yang diharapkan dari gereja.
.
Melihat berbagai persoalan yang kerap menimpa HKBP dan berulang-ulang, juga dengan mencermati perbuatan dan perilaku sebagian jemaat yang tak terpuji, mungkin sudah saatnya petinggi HKBP merevisi atau memperbarui dogma dan liturgi peribadatan, dengan memberi aksentuasi yang lebih intens pada esensi ajaran Kristus dan Firman Tuhan—selain keimanan—yakni: kesederhanaan, kesabaran, ketulusan, kerendah-hatian, kejujuran, kesudian mengasihi siapa saja (termasuk yang memposisikan diri sebagai musuh), yang untuk itu perlu dibongkar dan dienyahkan segala sifat dan perilaku negatif macam kebencian, egoisme, keangkuhan. Bahwa kehendak Kristus ialah agar setiap orang yang percaya bisa menjadi terang (memberi pencerahan dan kebajikan pada siapa saja) dan garam (bermakna bagi siapa saja), yang dilakukan tanpa reserve, tulus, sebagai wujud ketaatan. Bahwa menjadi pengikut Kristus dituntut pula totalitas sikap terbuka pada siapa saja, sedia bertoleransi, suka bersahabat, menghormati perbedaan (khususnya iman) dan menghargai seluruh ciptaan Tuhan—termasuk kebudayaan dan lingkungan hidup.
.
Untuk mengentalkan nilai-nilai spiritualisme itu seyogiyanyalah ephorus rajin menulis risalah-risalah hasil pemikiran dan permenungan teologisnya, yang secara rutin disebarkan pada pendeta, sintua, aktivis gereja dan jemaat. Sepatutnya pula ephorus mendudukkan jabatan dan dirinya semata-mata sebagai pemimpin spiritual, resi, bukan tokoh organisasi sekuler yang bisa terang-terangan, misalnya, memperlihatkan dukungan pada politisi, pengusaha, calon pejabat atau pejabat. Ephorus harus pula bisa bersikap imparsial dalam urusan perebutan kekuasaan (dari jabatan presiden, menteri, gubernur, bupati, camat, hingga kepala desa), sebab di antara jemaat pasti ada yang berseberangan dengan pihak yang didukungnya.
.
Ia juga dituntut menjadi bapak umat yang berwibawa, berkharisma, yang meneduhkan bagi siapa saja (bahkan terhadap mereka yang menentang kebijakannya), yang tak mudah menghukum pendeta hanya karena perbedaan visi; tetapi berani memperlihatkan sikap kritis untuk menyikapi persoalan-persoalan aktual di negaranya, seperti korupsi, disparitas pendapatan warga yang kian mengerikan, rusaknya lingkungan hidup, degradasi moral akibat perkembangan zaman, pelanggaran HAM, dan sebagainya. Mestinya pula ia proaktif meyakinkan warga non-Kristen bahwa kehadiran gereja—apalagi HKBP yang rada eksklusif karena berciri kesukuan itu—tak usah disikapi dengan kekhawatiran yang berlebihan sebagai upaya Kristenisasi, dan di sisi lain memperlihatkan empati pada penganut aliran kepercayaan hingga berani menegur keras pendeta dan jemaat yang menghalangi pembangunan rumah ibadah macam yang dialami kaum Parmalim di Medan belum lama ini.
.
Sungguh, menjadi ephorus itu amatlah berat. Ia manusia biasa namun harus mampu berpikir, berperilaku, berbuat, melewati ke-biasa-an. Kendati bukan wakil Tuhan dan bukan pula asisten Kristus, sikap, perilaku dan perbuatannya harus bisa menjadi acuan dan panutan pendeta, majelis, aktivis gereja dan jemaat.
.
Semua itu bisa dimilikinya bila nilai-nilai spiritualisme begitu kental dalam dirinya, yang niscaya akan mampu mengikhtiarkan reduksi atas potensi konflik internal maupun eksternal. Akan bisa pula menarik jarak dari tawaran-tawaran yang bersifat kenikmatan duniawi, karena ia lebih suka berdoa, berkontempelasi, berdialog dengan Sang Khalik, Allah pencipta alam semesta beriktu seluruh isinya, Alfa dan Omega. Aura keteduhan, kedamaian, pemaafan, senantiasa pula akan memancar dari dirinya, hingga tiap perkataan, keputusan, atau kebijakan yang dibuatnya, tak semata-mata berasal dari rahim otoritasnya sebagai pimpinan tertinggi gereja. [www.blogberita.com]
.
Sumber : www.blogberita.com
http://bataknews.wordpress.com/2007/11/06/mengapa-hkbp-sering-konflik/

Latar Belakang dan Kronologi Penghempangan Ibadah Jemaat HKBP Resort Bandung Riau pada hari Minggu tanggal 14 Oktober 2007

Latar Belakang dan Kronologi
Penghempangan Ibadah Jemaat HKBP Resort Bandung Riau
pada hari Minggu tanggal 14 Oktober 2007
.
Latar Belakang.
.
1. Sesuai kesepakatan bersama, yang ditandatangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan pada tanggal 9 Desember 2000, sampai dengan saat ini belum diubah, artinya adalah giliran Jemaat HKBP Resort Bandung Riau untuk memakai gedung gereja pada pukul 11.00. WIB, pada Minggu 14 Oktober 2007.
.
2. Pihak HKBP Resort Bandung dengan dasar SK Ephorus nomor 569/LO8/X/2007, tanggal 14 Oktober 2007, untuk melakukan peleburan. Hal itu dengan tegas ditolak Jemaat HKBP Resort Bandung Riau. Alasan penolakan: SK tersebut bertentangan dengan Keputusan Sinode 1998, 2002 dan 2004. SK tersebut juga tidak pernah disampaikan ke pihak Resort Bandung Riau hingga saat ini. Pihak Resort Bandung selalu menyembunyikan SK tersebut. SK tersebut dikeluarkan pada Minggu 14 Oktober 2007 di Pearaja, Tarutung, Taput, Sumut dan direalisir pada Minggu 14 Oktober 2007 di Resort Bandung.
.
3. Dasar dan penjelasan mengenai penolakan tersebut telah disampaikan kepada Kapolres Bandung Tengah, Bapak AKBP Mashudi didampingi Spripim Kapolda dan Iptu Agus, pada tanggal 8 Okotober 2007, secara lisan dan tertulis. Penjelasan tertulis juga telah disampaikan kepada Bapak Kapolda pada pertemuan kedua pihak dengan Bapak Kapolda pada tnggal 9 Oktober 2007 dan juga dalam kesempatan pada saat Majelis Jemaat HKBP Resort Bandung Riau dipanggil secara lisan oleh Kasat Intel Polres Bandung Tengah, AKP Zaenal, Kamis 11 Okotober 2007, pkl 21.00 WIB. Dalam pertemuan tersebut hadir Direktur Intelkam Kombes Slamet Supandi dan Wadir AKBP Haris Wahyu dari Intelpam Polda Jabar.
.
4. Amanat Kapolda agar tidak ada penyalahgunaan wewenang, dan pembicaraan kedua pihak untuk urusan internal, telah ditempuh Resort Bandung Riau, melalui surat dan upaya bertemu. Namun semua itu tidak diindahkan pihak Resort Bandung.
.
5. Pada hari Minggu, 14 Oktober 2007, setelah melalui pemberitaan tertulis dan lisan, baik kepada aparat keamanan maupun kepada pihak Resort Bandung, bahwa pada pukul 11.00, adalah hak Resort Bandung Riau untuk memakai gedung gereja untuk beribadah. Bersama ini diuraikan kronologinya:
.
5.1. Pukul 10.30 WIB, jemaat Resort Bandung Riau berkumpul di halaman Gedung Global, 3 (tiga) rumah dari gedung Gereja. Pada pukul 11.30. warga jemaat berjalan menuju gereja untuk beribadah dipimpin oleh Pdt. Saut Sirait dan St. Dj.M. Nababan, . Namun gerbang telah digembok pihak Resort Bandung. Warga jemaat dengan tertib menungggu pihak Resort Bandung menyelesaikan acara kebaktian. Di bawah terik matahari warga jemaat terus bertahan dengan sabar.
.
5.2. Pada pukul 12.30, sebagain warga jemaat berusaha mendobrak pintu dan aparat kemudian membuat pagar betis di depan gereja. Tidak lama kemudian Kapolres membubarkan pagar betis seraya menyatakan dengan tegas: siapa yang merobohkan pagar gereja akan saya tangkap! Pemimpin Ibadah kemudian menenangkan jemaat dan mengajak tertib menghormati aparat keamanan.
.
5.3. Pukul 12.50, kebaktian jemaat Resort Bandung selesai, namun pintu tetap ditutup. Mereka terus mengadakan acara hiburan dan makan-makan di dalam gedung gereja. Pendeta Saut Sirait mendatangi Kapolres dan berdialog. Pdt. Saut Sirait mengatakan kepada Kapolres: tadi Bapak menyatakan akan menangkap tiap orang jika membongkar gereja. Ibadah Resort Bandung sudah selelsai, dan karena itu sekarang kami berhak masuk. Bagaimana pengaturan warga jemaat yang masuk tidak berbenturan dengan jemaat yang keluar. Bapak Kapolres mengarahkan jemaat Resort Bandung Riau masuk dari pintu utama dan jemaat Resort Bandung keluar dari pintu yang satu lagi.
.
5.4. Namun pihak Resort Bandung tidak mau membuka pintu gerbang . Pdt Saut Sirait kemudian mendatangi Kapolres dan mengajukan keberatan. Kapolres kemudian mengambil inisiatif mempertemukan kedua pihak. Pihak Resort Bandung terdiri dari: Baginda Sitanggang; St. Pangaribuan (PLN), Mayjen Purn. Saragih dan Polin Sitorus. Mereka ngotot tidak mau membuka pintu dan meminta supaya taat kepada pimpinan. Pihak Resort Bandung Riau, St. Napitupulu, Pdt. Saut Sirait, St. Dj.M. Nababan, menjelaskan, bahwa dengan didasari Keputusan Sinode Godang, kami menolak SK Ephorus. Mari kita saling menghargai perbedaan dan hak kami memakai gedung gereja tidak bisa dihapuskan dengan alasan apapun. Pihak Resort Bandung mengatakan silahkan ke PTUN. Pihak Bandung Riau mengatakan setuju akan diajukan ke pengadilan, tetapi hak pemakaian gedung gereja tidak boleh dilanggar, sampai pengadilan memutuskan.
.
5.5. Pdt Saut Sirait mengatakan kepada Kapolres, ini milik kami juga, karena itu kami akan membuka pintu. Jangan ada yang ditangkap, saya yang bertanggungjawab dan hak warga harus dilindungi.
.
5.6. Pkl.13.30. ternyata sebagian warga jemaat Resort Bandung sudah keluar dari pintu yang satu. Pdt. Saut lalu mengajak warga untuk masuk ke gedung gereja. Ternyata gedung gereja dikunci pihak Resort Bandung. Sekum PGIW, Pdt. Rosevelt Tobing, diminta melakukan mediasi. Lalu dilakukan dialog dengan di Kantor Gereja: Resort Bandung terdiri: St. KR. Siregar, Pdt. BM Siagian (Kantor Pusat), Praeses Pdt. Janter Tambunan, Baginda Sitanggang, dari Resort Bandung Riau; St. I. Napitupulu, Pdt. Saut Sirait, St. RT Panggabean, Hotman Silalahi. Dari PGIW Pdt. Rosevelt Tobing dan Pdt. John Simon Timorason dari Badan Kerjasama Antar Gereja (BAKG).
.
5.7. Pihak Resort Bandung, tidak bersedia untuk memberikan kunci. pihak PGIW dan BAKG mencoba membujuk, namun mereka tetap tidak bersedia. Pdt. Saut Siarit kemudian menjelaskan tentang sikap Resort Bandung Riau yang tegas menolak SK Ephorus yang melanggar keputusan Sinode Godang dan mengatakan, bila mereka tidak mau memberi kunci, kami otomatis berhak membuka pintu gereja.
.
5.8. Setelah itu kepada jemaat Resort Bandung Riau Pdt. Saut Sirait mengatakan, adalah hak kita membuka gedung gereja dan karena itu dalam nama Yesus Kristus mari kita membuka pintu.
.
5.9. Pukul 14.45. Jemaat Resort Bandung Riau masuk gereja. Ketika Ibadah akan dimulai St.Dj.M Nababan, selaku liturgis, insiden kecil terjadi. Polisi dipimpin Kapolres AKBP Mashudi masuk gereja dan menarik paksa seorang anggota jemaat: Bona Nainggolan. Terjadi keributan dan tarik menarik antar pihak kepolisian dengan warga jemaat yang mempertahankan Bona Nainggolan. Pdt. Saut Sirait yang melihat hal itu, berlari meninggalkan Altar dan mencegah Kapolres menangkap Bona Nainggolan. Pdt. Saut Sirait mengatakan, “Tangkap saya, Saya yang bertanggungjawab". Kapolres lalu bersuara keras: "Baik!". Lalu Kapolres menarik jubah Pdt Saut Sirait. Dengan patuh Pdt Saut mengikuti tarikan Kapolres, sambil mengatakan: "Bapak Kapolres, gereja itu memiliki hak imunitas”. Kemudian Kapolres melepaskan tarikan itu.
.
5.10. Pendeta Saut kemudian kembali ke Altar dan mengajak jemaat untuk memulai ibadah dengan nyanyian jemaat. Ibadah berlangsung dengan baik. Warga jemaat yang hadir dari Resort Bandung Riau sebanyak 306 ditambah beberapa orang wartawan.
.
Sumber :

Kronologis Eksistensi HKBP Bandung Riau

.
Sumber :
http://www.geocities.com/nhkbpbandungriau/Kronologis_Esksitensi_HKBP_Bandung_Riau.ppt

Mari Selamatkan Generasi Muda HKBP

Menyelamatkan generasi muda untuk masa depan HKBP. Itulah program yang harus betul-betul diperhatikan HKBP jika ingin lebih eksis ke depan. Demikian rangkuman wawancara HORAS dengan St. Drs. Parpunguan Sianipar, Tom Pasaribu, dan Ir. Bernhard Panjaitan, MM.
.
Pada intinya, yang menjadi sorotan ketiga warga HKBP di Bekasi, Jakarta Timur, dan Jambi, ini adalah peningkatan kualitas pelayanan rohani dengan kotbah-kotbah yang disampaikan dengan cara komunikatif dan menyentuh substansi persoalan hidup jemaat.
.
“Ini sebenarnya sudah standar baku dalam Gereja. HKBP benar-benar harus memiliki pendeta yang kompeten,” kata Tom Pasaribu, Direktur Eksekutif KP31 (Komite Pemantau dan Pemberdayaan Parlemen Indonesia), itu.
.
“Apabila tidak, lama-kelamaan HKBP akan ditinggalkan warganya,” tukas Tom Pasaribu.
.
Generasi muda, dalam hal ini, menurut Parpunguan Sianipar, bukan hanya kaum remaja, juga termasuk anak-anak. “Sepanjang yang saya ketahui, para pimpinan HKBP kurang memperhatikan anak-anak Sekolah Minggu. Padahal merekalah kelak yang akan tumbuh memiliki HKBP,” kata Ketua Parolopolopon 20 Tahun HKBP Setia Mekar, Bekasi itu.
.
Para pendeta, menurut Parpunguan Sianipar tidak hanya cukup bekerja di tengah jemaat dimana dia ditugaskan. “Banyak generasi muda warga HKBP yang hidup marjinal di pabrik-pabrik dan yang lain-lain. Banyak juga yang hidup susah, tinggal di rumah-rumah kontrakan dan pinggiran-pinggiran kali. Pendeta jangan hanya melayani di tengah jemaat yang sudah berkembang. Pendeta juga harus mengunjungi mereka,” gugahnya.
.
Hal serupa juga diungkapkan Bernhard Panjaitan. Pejabat di lingkungan Provinsi Jambi, yang juga Ketua Panitia Prajubileum 150 Tahun HKBP untuk HKBP Jambi, ini menyampaikan kekhawatirannya, apabila HKBP tidak melakukan terobosan-terobosan, suatu saat kelak, HKBP bukan saja stagnan, bahkan bisa habis.
.
Kebaktian alternatif, seperti menyanyikan lagu pujian saat beribadah dengan diiringi musik band, menurutnya sudah tepat agar kaum remaja tidak eksodus ke sekte lain. “Akan tetapi kekuatannya hanya akan bersifat sementara apabila tidak dibarengi dengan pelayanan rohani,” katanya.
.
Di HKBP Jambi, menurut Bernhard Panjaitan, kepedulian terhadap pembinaan generasi muda sudah dilakukan atas inisiatif jemaat. Koor Naposobulung, Koor Remaja, dan Koor Sekolah Minggu sudah dibentuk. Bahkan, paduan suara Anak Sekolah Minggu HKBP Jambi tersebut sudah direkam.
.
“Kita harus menumbuhkan kebanggaan terhadap HKBP di hati anak-anak kita sejak dini. Itulah salah satu alasan kenapa paduan suara anak-anak itu direkam di HKBP Jambi,” tambahnya.
.
HKBP Jambi juga melakukan festival semacam “Idol”. Tujuannya, selain mengembangkan bakat seni remaja, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menjaring para song leader.
.
“Kami bersuka cita. Warga jemaat dan majelis gereja di HKBP Jambi dapat bersinergi dan bekerja sama dengan baik. Mudah-mudahan ke depan, keadaan seperti ini tetap terjalin dengan baik,” kata Bernhard Panjaitan.
.
INKLUSIF
.
Salah satu hal yang boleh dikatakan menghempang perkembangan HKBP adalah cirinya sebagai gereja suku. Pengembangan kuantitas jemaat HKBP, mau tidak mau sangat bergantung pada pertumbuhan penduduk Batak Toba.
.
Agar cita-cita HKBP tumbuh menadi Gereja yang inklusif, dialogis, dan terbuka, menurut Tom Pasaribu menjadi tantangan tersendiri tanpa ada perbaikan sistem dan kualitas.
.
“HKBP bisa melakukan Pekabaran Injil, karena hal seperti itu juga dulu pernah dilakukan ke suku-suku lain. HKBP juga bisa membantu saudara-saudara kita sesama anak Indonesia yang bukan beragama Kristen, misalnya memberikan sumbangan secara serentak pada korban-korban bencana alam di Tanah Air,” kata Tom Pasaribu.
.
Bernhard Panjaitan juga senada dengan Tom Pasaribu. Inklusif sekaligus membangun kebanggan generasi muda bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya melalui siaran-siaran radio dan televisi. Termasuk menerbitkan media berkala.
.
“Perubahan demi perubahan terjadi tiap detik di dunia. HKBP termasuk di dalamnya semua warga jemaat harus memanfaatkan segala potensi untuk bisa tumbuh berkembang ke depan, terutama untuk menyelamatkan generasi muda,” kata Bernhard Panjaitan. H-02
.
Sumber : HORAS

Rabu, 07 November 2007

UAS di Nommensen Tetap Berjalan

Mahasiswa Universitas HKBP Nomensen tetap melaksanakan UAS
.

Metrotvnews.com, Medan:
Tawuran antarkelompok mahasiswa Universitas HKBP Nomensen di Medan, Sumatra Utara, Senin malam, tidak memengaruhi aktivitas kampus. Hari ini, mahasiswa tetap melaksanakan ujian akhir semester, meski kondisi sejumlah ruangan hancur akibat bentrok semalam.
.
Seluruh fakultas, termasuk Fakultas Teknik Mesin dan Fakultas Teknik Elektro yang bentrok semalam, tetap menggelar UAS. Sedangkan di beberapa sudut kampus masih terlihat pecahan kaca dan bangunan serta batu sisa bentrokan masih dibiarkan berserakan.
.
Bentrokan mahasiswa dua fakultas tersebut berawal pada Senin pagi. Bentrokan berawal dari saling ejek antarmahasiswa dalam pertandingan olahraga. Bentrok kemarin mengakibatkan empat orang mahasiswa terluka. Bentrokan ini sempat membuat arus lalu lintas di Jalan Sutomo macet total karena para mahasiswa memblokade jalan.
.
Menurut Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaaan Barani Simanjorang, bentrokan antarmahasiswa di dalam kampus sering terjadi. Namun, itu bukan masalah besar dan tidak mengganggu aktivitas perkuliahan.(DEN)
.
Sumber : Metro TV Online
http://www.metrotvnews.com/berita.asp?id=48548

Mahasiswa Universitas HKBP Nommensen Bentrok

Tawuran antara mahasiswa Fakultas Teknik Mesin dan Fakultas Teknik Elektro
di Kampus Universitas HKBP Nomensen di Medan,
()-->
.


Metrotvnews.com, Medan:
Tawuran antarkelompok mahasiswa kembali terjadi. Kali ini. tawuran terjadi antara mahasiswa Fakultas Teknik Mesin dan Fakultas Teknik Elektro di Kampus Universitas HKBP Nomensen di Medan, Sumatra Utara. Tiga mahasiswa dilaporkan terluka dalam bentrokan ini.
.
Tawuran terjadi Senin malam sekitar pukul 18.30 WIB. Kedua kelompok mahasiswa saling serang dari dalam maupun dari luar kampus. Bentrokan ini sempat membuat arus lalu lintas di Jalan Sutomo macet total karena para mahasiswa memblokade jalan.
.
Bentrokan sempat mereda. Namun, tawuran terjadi lagi sekitar pukul 20.30 WIB. Akibat bentrokan ini, tiga mahasiswa mengalami luka-luka. Ketiganya dirawat di Rumah Sakit Pringadi Medan. Hingga malam hari, sejumlah mahasiswa masih berkumpul di sekitar kampus. Para mahasiswa yang tawuran juga sempat berusaha mengusir wartawan yang coba meliput tawuran. Belum jelas yang menjadi pemicu tawuran ini.(DEN)
.
Sumber : Metro TV Online
http://www.metrotvnews.com/berita.asp?id=48531