Jumat, 23 November 2007

Sejarah Pekabaran Injil di Indonesia

Pekabaran Injil di Indonesia dimulai pada awal abad ke-16 dan semakin berkembang 3 abad kemudian. Tercatat abad ke-19 merupakan “Abad Pekabaran Injil” yang tumbuh dari kesadaran pembangunan rohani di Eropah, usai melewati masa-masa gelap Revolusi Perancis dan Napoleon.
.
Tahun 1500-1800
.
A.MISI KATOLIK DI MALUKU
.
Vasco dan Gama tiba di pantai India pada tahun 1498.Beberapa tahun kemudian (1512), kapal Portugis mengunjungi kepulauan penghasil rempah-rempah, Maluku, dan sejak 1522 menetap di Ternate, Ambon, dan Banda.
.
Misionaris pertama di kepulauan Maluku adalah babarapa rahib Fransiskan yang mendarat di Ternate (1522). Misi mereka dianggap gagal karena harus kembali akibat adanya perselisihan di kalangan orang Portugis yang tinggal di sana.
.
Rahib Fransiskan memindahkan pos ke Halmahera(1534) karena kebengisan Portugis, rakyat Halmahera memberontak, dan bermufakat mengusir seluruh bangsa kulit putih, serta memaksa rakyat yang sudah masuk Kristen meninggalkan agamanya. Seorang pater mati terbunuh sebagai syahid (1536. Perlawanan rakyat berhasil dijinakan. Beberapa pater bekerja kembali. Sementara di Ambon, beberapa penduduk sudah dibaptis, karena ingin mendapatkan pertolongan Portugis terhadap penduduk beragama islam.
.
Usaha misi baru berkembang di Maluku menyusul kedatangan Franciscus Xaverius di Ambon (Februari 1546. Dia kemudian bergerak ke Ternate, Halmahera dan Morotai, selama 15 bulan di Maluku dia berhasil membaptis beribu-ribu orang. Kebanyakan orang masuk Kristen agar dilindungi oleh Portugis.
.
Xaverius mendatangkan misionaris dari Goa, di pantai barat India. Sampai pada tahun 1570 pengaruh misi berkembang dengan memuaskan. Katolik sudah terdapat di Ambon-Lease,Bacan, Halmahera-morotai, Ternate-Tidore, Banggae, hingga ke Manado dan Sangir.
.
Misi Katolik mulai surut sejak tahun 1570. Akibat terbunuhnya Sultan Hairun dari Ternate di benteng Portugis membuat orang Islam marah lalu membakar rumah-rumah orang Kristen. Bilangan orang Kristen jauh berkurang karena murtad tidak tahan menerima serangan dan tekanan. Jumlah misionaris juga tinggal sedikit dan menderita pelbagai sengsara.
.
Surutnya kekuasaan Portugis karena takluk kepada Belanda membuat pengaruh misi semakin lenyap. Pada permulaan tahun 1605 kapal-kapal Belanda di bawah komando Steven van der Hagen tiba di Ambon. Portugis menyerah tanpa syarat. Benteng Portugis kemudian dikuasai Belanda. Orang-orang Portugis dan Peter Yesuit yang tersisa disuruh berlayar ke Filippina. Penduduk pribumi beragama Katolik berpindah ke Protestan seiring perkembangan Pekabaran Injil (zending) Belanda.
.
B. MISI ZENDING BELANDA
.
Pekabaran Injil oleh Gereja Reformasi yang masih muda maih sangat terbatas pada abad ke-16 karena beberapa benua masih dikuasai Spanyol dan Portugis yang menganut Katolik Roma. Keadaan itu berubah sejak tahun 1600 sejak Belanda dan Inggris berhasil melumpuhkan kekuasaan laut Spanyol dan Portugis.
.
Sebuah kongsi dagang Belanda yang disebut VOC (Verenigde Oos-Indicshe Compagine) didirikan pada tahun 1602. VOC yang berada di bawah kekuasaan pemerintah Belanda bekerja sama dengan Gereja menempatkan beberapa pendeta untuk menyelenggarakan kebutuhan rohani kamu saudagar, pegawai, dan tentara Belanda di mana VOC didirikan koloni-koloninya. Selain itu, para pendeta juga ditugaskan melakukan misi pertobatan orang kafir dan pendidikan anak-anak.
.
Protestan Calvinis mulai disebarkan di Ambon-Lease, Banda, Ternate, Bacan, Manado, Sangir, Solor, Timor, Bantam, Jakarta, Srilanka, dan Taiwan. Di mana-mana dibuka sekolah dan pengajaran agama.
.
Pekabaran Injil oleh Gereja Belanda berjalan kurang menggembirakan disebabkan beberapa hal.
.
Pertama, minimnya jumlah pendeta yang terlatih. Dari jumlah pendeta yang sedikit mereka kebanyakan tidak menguasai bahasa daerah (kecuali bahasa Melayu), psikologi, dan etnologi (ilmu mengenai suku bangsa).
.
Kedua, misi Pekabaran Injil sangat terikat pada kuasa dan peraturan VOC, di samping VOC memang lebih mementingkan kepentingan perdagangan ketimbang kepentingan Pekabaran Injil.
.
Ketiga, dibanyak daerah kaum pribumi menerima agama Kristen hanya untuk kepentingan politis agar mendapat perlindungan dari Belanda. Dengan demikian firman Tuhan dan kuasa pertobatan benar-benar tidak berakar dengan kuat.
.
Namun, meskipun jumlah pendeta Belanda berkurang bilangan pendeta pribumi bertambah-tambah dikawasan Indonesia Timur. Berkat kesetiaan, keuletan, dan usaha-usaha mereka berpuluh ribu orang sudah masuk Kristen dan beratus-ratus sekolah sudah dibuka.
.
Karena dianggap bobrok dan sarat praktik korupsi VOC akhirnya dibubarkan (31 Desember 1799), Kekuasaannya diambil alih pemerintah Belanda.
.
PEKABARAN INJIL DI INDONESIA SEJAK 1800
.
Pekabaran Injil menjadi fenomena yang sangat menarik karena mendapat minat yang sangat besar pada akhir abad ke-18 di Inggris dan berlanjut kian menggembirakan pada abad ke-19 di Belanda dan Jerman. Tercatat, fenomena ini didasarkan pada kesadaran baru di bidang pembangunan rohani, hikmah yang lahir dari masa Revolusi Perancis dan Napoleon yang amat gelap.
.
Pada akhir abad ke-18 perhimpunan-perhimpunan Pekabaran Injil di Inggris mengutus pendeta-pendetanya ke Austraria, New Zealand, Afrika, India dan Tiongkok. Utusan-utusan Jerman pergi ke Afrika Selatan dan Afrika Barat, Tiongkok, India, Palestina, dan lain-lain termasuk Kalimantan dan Tanah Batak. Sedangkan pendeta-pendeta Amerika diutus khususnya ke India dan Timur Jauh.
.
Pekabaran Injil dari Inggris segara berpindah ke Belanda. Pada tahun 1797 berdiri Nederlandse Zending-Genootschap (NZG) di Rotterdam. Selama Belanda di bawah kekuasaan Perancis (1795-1813) dari Indonesia di bawah pemerintahan sementara Inggris (GubenurJenderal Rafles 1811-1816) NZG, pada tahun 1830 menungaskan pendeta-pendetannya ke Minasaha.
.
Pada pertengahan abad ke-19 muncul perselisihan dalam badan NZG karena ada anggapan NZG terlalu dipengaruhi semangat modernisasi dan telah meninggalkan misi pertobatan kaum beragama suku. Pertikaian mengakibatkan pemisahan diri oleh sejumlah besar anggota ditandai dengan terbentuknya Nederlandse Zendingsvereniging (NZV) pada tahun 1858 dan Utrechtse Zendingsvereniging (UZV) pada tahun 1859. NZV memulai Pekabaran Injil di Jawa Barat (sejak 1862) dan Sulawesi Tenggara (1915). UZV sendiri bekerja di Irian (1863), Halmahera (1866), dan Buru (1885).
.
Pada tahun 1847 terbentuklah ‘’Penginjil Tukang” oleh Ds.OG Heldring. Badan bekerja dengan cara menginjil sembari merangkap tugas sebagai tukang. Mereka tidak mendapat gaji, kecuali mendapat uang dari hasil bertukang. Misi ini pernah bekerja di Irian (Ottow dan Geissler), Sangir, dan Talaud.
.
Selain Belanda, Jerman juga ambil bagian memberitakan Injil di Indonesia, yaitu Perhimpunan Zending Sungai Rhein atau Rheinisce Missionsgesellschaft (RM) di Barmen yang didirikan pada tahun 1828. Sejak tahun 1836 utusan-utusannya bekerja di Kalimantan Tenggara, tetapi karena pemberontakan suku Dayak pada tahun 1859 yang menelan banyak korban (termasuk 4 pendeta, 3 istri, dan 2 anak mereka dibunuh), RMG terpaksa mengundurkan Pekabaran injil disana lalu memindahkannya ke Tanah Batak(1861), Nias(1865), Mentawai(1901), dan Enggano(1903). Pekabaran Injil yang ditinggalkan RM di Kalimantan Tenggara diteruskan Basler Mission dari Swiss.
.
Pada tahun 1861 berdiri Nederlandse Gereformeede Zendingsvereniging (NGZV) yang mengutus pendetanya ke Jawa Tengah. Christelijke Gereformeede Krek (CGK) mulai bekerja di Sumba pada tahun 1889. Pekerjaan NGZV dan CGK di Jawa Tengah dan Sumba bersatu menjadi Gereformeede Krek pada tahun 1892. Anggota CKG yang tidak ikut bergabung memikul Pekabaran Injil di Mamasa, Sulawesi Barat pada tahun 1928. Pada tahun 1913 Gereformeede Zendingsbond (GZB) bekerja di Toraja. Selanjutnya Zending Salatiga bekerja di bagian utara Jawa Tengah (1809), Doopsgezind atau Zending Gereja Babtis Belanda di sekeliling Gunung Muria (1851), Zending Gereja Lutheran di pulau-palau Batu (1889), Balai Keselamatan di daerah Palu, Sulawesi Barat, sedangkan di dalam Dewan Gereja-gereja Tionghoa sudah tergabung 75 jemaat.
.
Badan-badan Zending Amerika yang bekerja di Indonesia adalah Gereja Metodis dan The Christian Missionary Alliance (CMI). Gereja Metodis memulai perkerja di Bogor (1905) lalu pindah ke Kalimantan Barat, Asahan (Sumatera Utara), dan Palembang. CMI memulai pekerjaan di Bali (1929) kemudian dikembangkan ke Makasar, Kalimantan Timur, Bangka-Belitung, Lombok. Southem Baptist di Jawa yang tidak mau bekerjasama dengan gereja-gereja lain, serta Overseas Missionary Fellowship sebagai lanjutan dari China Island Mission.
.
Misi Pekabaran Injil oleh Katolik Roma sangat kuat di Indonesia Timur. Dari 1 juta lebih pemeluk Katolik Roma - termasuk bangsa Eropah - 700.000 orang di antaranya tedapat di Pulau Flores dan Timor Tengah.
.
Pada tahun 1905 perhimpunan-perhimpunan Zending besar di Belanda membuka Sekolah Zending Belanda (Nederlandse Zendingschool).
.
Pemberitaan Injil di Pulau Jawa lebih sukar karena mayoritas penduduknya sudah memeluk agama Islam,kecuali Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di dua daerah tersebut Islam kurang berakar dalam jiwa rakyat karena dasar kekafiran primitif dan Hinduisme masih terasa. Mereka kebanyakan bukan pemeluk Islam yang fanatis, lebih banyak bercampur dengan mistik dan agama alam yang asli. Itulah sebabnya penaburan injil di sana agak besar, bahkan dari semua negeri di dunia ini yang beragama Islam, di Jawalah jumlah orang Kristen yang paling banyak. Di Jawa Tengah pernah terdapat gerakan yang mengidam-idamkan kekristenan bercorak jawa sejati. Cita-cita yang mula-mula dipimpin oleh Sadrach, itu dianggap menyimpang dari Injil dan tidak disetujui pemimpin-pemimpin Zending.
.
Di Jawa Gereja berjuang pada dua front, antara melawan pengaruh sekularisme modern dan kuasa Islam. Di Pasundan (Jawa Barat) pengaruh agama Islam sangat kuat. Masuk Kristen berarti dibuang keluar dari persekutuan penduduk. Meskipun demikian Gereja Pasundan sudah mendapat dasar yang kuat dan berkembang perlahan-lahan.
.
GEREJA PADA MASA KINI
.
Perkembangan Gereja di Indonesia dipercepat oleh Perang Dunia Kedua. Setelah Belanda diduduki Jerman (1940) pimpinan dan sokongan dari pihak itu berhenti tiba-tiba. Salah satu keuntungan yang didatangkan perang bahwa Gereja terpaksa belajar mandiri. Semua Gereja yang sudah memiliki sinodernya sebelum perang, kini memilih pendeta-pendeta Indonesia untuk semua pangkat yang tertinggi dalam struktur organisasi. Hampir semua Gereja yang belum berdaulat secara resmi sebelum perang secara berturut-turut berdiri sendiri , seperti di Sumba (1946), Timor, Sangir, dan Poso (1947), dan Bolaang Mongondow (1950) .
.
Pendidikan kependetaan telah diselenggarakan sebagai kebutuhan paling penting bagi pembina Gereja-gereja muda, yaitu Sekolah Tinggi Theologia di Jakarta (sebelum perang mula-mula berada di Bogor) dan Universitas Nommensen di Pematangsiantar , begitu juga di Yojakarta, Malang, Banjamasin, Ambon, Tomohon, dan Makasar. Gereja juga mempunyai kursus latihan yang lebih sederhana untuk mendidi guru-guru Injil.
.
Kerjasama yang kuat berwujud dengan terbentuknya organisasi bersama. Setelah perang, 25 Mei 1950 dibentuk wadah yang sudah lama diidam-idamkan, yaitu Dewan Gereja-geraja di Indonesia/DGI yang berpusat di Jakarta. Pada sidang Raya DGI di Ambon (1984) namnya diganti menjadi Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). PGI termasuk dalam bagian Dewan Gereja-gereja se-Dunia dan Dewan Pekabaran Injil Internasional.
.
Di tengah sukacita tercapainya edaulatan bangsa Indonesia, Gereja di negeri ini sungguh-sungguh berharap agar kebebasan beragama senantiasa dijamin sesuai amanat UUD 1945.
.
Sumber : HORAS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar