HKBP berdiri 7 Oktober 1861. Dengan demikian, genaplah usia gereja suku terbesar di Indonesia ini, 146 tahun. Dalam sejarahnya, HKBP kerap dilanda masalah, mulai dari konflik internal hingga eksternal. Kemelut terakhir yang dihadapi HKBP terjadi pada tahun 1980-an, yaitu adanya dualisme di tampuk kepemimpinan yang mengakibatkan meletupnya konflik horizontal sesama anggota jemaat. Konflik ini tidak murni muncul dari dalam, melainkan adanya campur tangan pemerintah Orde Baru.
.
Luka dalam itu kini sudah mulai sembuh usai rekonsiliasi. Namun, sadar atau tidak, masalah lain yang dihadapi HKBP pada 10 tahun terakhir cukup spesifik. Warga HKBP, banyak yang memilih melakukan kebaktian di Gereja kemana lagi, kalau tidak ke Gereja Kharismatik?
.
Warga HKBP yang paling banyak ikut kebaktian di Gereja Kharismatik adalah kaum muda, siswa SLTP, SLTA, hingga mahasiswa. Warga HKBP Jakasampurna, Bekasi, ini beberapa kali pernah kebaktian di Gereja Tiberias.
.
”Sira-man rohaninya lebih mengena. Pendeta-pendetanya pintar berkotbah. Suasana kebaktiannya juga hedup. Pikiran kita sangat terbuka mendengarkan firman Tuhan. Beda dengan di HKBP suasananya kaku dan monoton. Pas tiba giliran kotbah, teman teman banyak yang ngantuk. Malah ada yang keluar. Paling tidak tetap duduk di bangku, memaksakan diri menyimak kotbah sambil bergerak gerak biar nggak ngantuk. Ada juga yang gaduh dan ngusilin teman. Yang tekun malah nggak konsentrasi,”kata siswa kelas 3 SMAN 107 jakarta, itu.
.
Pada umumnya, warga HKBP yang pindah sekte atau sekadar menenggalkan kebaktian di HKBP kebanyakan terjadi di kota kota besar.
.
Gereja Kharismatik di Indonesia mulai memperliatkan dinamikanya sejak taun 1990-an. Materi kotbah mereka kaya dan variatif, langsung menohok permasalahan hidup orang orang Kristen. Mereka sering muncul di radio dan televisi. Mereka bahkan mampu mendatangkan puluhan ribu umat Kristen di Senayan saat mengadakan KKR (Kebaktian Kebangunan rohani). Ibarat sebuah perusahaan kosmetik, mereka cukup lihai dalam hal marketing sehingga produknya laris manis di pasar.
.
TIDAK ANTISIPATIF DAN KURANG PEDULI
.
Berpindahnya sejumlah warga HKBP ke Gereja kharismatik akibat monotonnya suasana kebaktian di HKBP juga diakui situa dan beberapa pendeta HKBP. Kometator itu datang dari St.Drs. Parpunguan Sianipar dari HKBP Setia Mekar Bekasi, pendeta Resort Tanah Tinggi Jakarta pusat Ramlan Hutahaean, MTh, serta Praeses HKBP Distrik 11 Silindung Welman Tampubolon,STh
.
“Selain monoton, materi kotbah juga kurang menyentuh,” tukas Parpunguan Sianipar.
Parpunguan Sianipar khawatir, apa bila HKBP tidak antisipatif, sewaktu waktu kelak HKBP akan stagnan, bahkan vakum. ”Yang saya khawatirkan adalah anak-anak muda perkotaan. Mereka sangat kritis terhadap apapun karena hidup di tengah banyak perubahan dan kemajuan. Mereka pasti tidak tertarik manakala pendeta datang dengan konsep dan materi konvensionaltradisional,”katanya.
.
Untuk itulah Parpunguan Sianipar mengusulkan agar HKBP lebih peka terhadap perkembangan terhadap dan perubahan. Khusus pendeta dia sarankan harus memiliki nilai plus, baik dari segi pendidikan dan pengalaman.
.
Tom Pasaribu warga HKBP Rawamangun Jakarta timur melihat ke soal yang lebih pokok. Menurut Direktur Eksikutif KP31(Komite Pemantau dan Pemberdayaan Parlemen Indonesia)ini, faktor utama adalah berubahnya visi dan misi HKBP dari pembangunan rohani menjadi pembangunan fisik. “HKBP kini lebih peduli pada pembangunan–pembangunan gereja daripada menempatkan diri sebagai gembala yang setia menjaga dombanya,”katanya.
.
”Asyik membangun gereja dan suka marbadai (konflik internal) itulah salah satu faktor kenapa warga jemaat diabaikan. HKBP harus belajar dari sejarah. Kalau dulu HKBP tidak bertengkar, Pearaja (kantor pusat HKBP) sudah persis sama dengan Vatikan. Kesalahan-kesalahan yang dibuat sekarang akan berpengaruh berpuluh tahun ke depan,”tandasnya.
.
Maka menurut anak ke-empat Praeses HKBP Pdt.Krisostomos Atlas Pasaribu (1978-1979)itu, HKBP harus mengembalikan visi dan misinya sebagai gembala, ”Di usia yang sudah 146 tahun HKBP semestinya bisa menjadi teladan. Sekarang, malah Gereja gereja yang lebih muda yang diikuti banyak orang.”katanya
.
KURANG PEMBINAAN
.
Pendeta Resort HKBP Tanah Tinggi Jakarta Pusat Ramlan Hutahaean,MTh dengan rendah hati juga mengakui beragam kelemahan di HKBP. Soal orientasi ke pembangunan fisik, menurut dia adalah kebanggaan sekaligus kekurangan.
.
Disinggung masalah konflik yang sering muncul di internal HKBP, Ramlan Hutahaean menukasnya dengan diplomatis. ”Kami, para pendeta produk jemaat yang hidup, bukan dari banua ginjang(surga). Benar, kalau kami ribut, pengaruhnya juga akan terasa ke warga HKBP,” katanya sembari mengabarkan bawa sekarang ini HKBP terus-menerus melakukan pembenahan dan meningkatkan pelayanan.
.
Dia juga tidak menutup-nutupi kekurangcakapan sejumlah pendeta di HKBP.” Hanya kurang pembinaan. Menurut saya, pendeta-pendeta muda ditempatkan bersamaan dengan pendeta senior yang dapat bertangung jawab. Pola itulah yang saya terapkan di mana saja saya bertugas. Mereka harus dipantau setiap saat. Juga dites kemampuannya,” jelasnya. Soal pendidikan, menurut dia tidak ada masalah karena apa yang diperoleh pendeta selama pendidikan sudah memadai. Tetapi, itu saja tidak cukup. Para pendeta, menurut dia harus lebih banyak memperkaya diri dengan wawsan dan pengatahuan.
.
TANTANGAN BESAR
.
Ramlan Hutahaean mengambarkan tantangan besar yang dihadapi HKBP saat ini. Masalah itu adalah jumlah pendeta yang sangat terbatas dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah jemaat, kebutuhan pendeta, dan motivasi seseorang menjadi pendeta
Terbatasnya jumlah pendeta terkait langsung dengan pelayanan sehingga yang sering terjadi adalah pelayanan seremonial. Dia mencontaohkan Gereja HKBP Suprapto dimana dia bertugas yang hannya memiliki 5 pendeta. ”Kurangnya jumlah pendeta membuat warga jemaat kehausan.”katanya.
.
Kurangnya jumlah pendeta ditambah tugas-tugas pelayanan menjadi yang harus dia lakukan sering tidah sebanding dengan kesehatan. ”Banyak pendeta muda yang meningal karena sering sakit.”katanya.
.
FENOMENA SOSIAL
.
Praeses HKBP Distrik 11 Silindung Welman Tampubolon,STh juga mengakui bahwa kurangnya pelayanan di HKBP turut memepengaruhi berpindahnya sebagian jemaat HKBP ke sekte lain, terutama Karismatik. Namun, Welman Tampubolon lebih memotretnya sebagai fenomena sosial. ”Mereka memiliki kecenderungan ingin merasakan dan mencoba sesuatu yang baru,” katanya.
.
Sebagai fenomena sosial, Welman Tampubolon mengaku tidak terlalu resah mengenai hal itu.” Memang banyak warga HKBP yang beribadah di Geraja Kharismatik. Tetapi, itu hanya segelintir dari persoalan yang besar yang dihadapi HKBP saat ini. Yang paling besar adalah bagaimana HKBP menyikapi hidup sehari-hari jemaatnya,” katanya.
.
Pendeta Resort Cengkareng Jakarta Barat Again M. Lumbantobing berpendapat bahwa berpindahnya sebagian jemaat HKBP ke kharismatik bukan semat-mata karena materi kotbah di HKBP kurang menyentuh atau kebaktiannya monoton. Dia cenderung sama dengan Welman Tampubolom menyebutnya semacam fenomena sosial. Bedanya, secara spesifik dia menyebutkan “jajan rohani.”
.
”Mereka tidak pindah atau meninggalkan HKBP Buktinya, apabila ada peristiwa dukacita HKBP tetap melanyani mereka. Yang mereka lakukan tidak lebih seperti berjalan-jalan ke mall,” kata Again M.Lumbantobing.
.
Selain itu, menurut dia, jarak tempuh yang jauh dari rumah ke gereja HKBP juga menjadi alasan warga HKBP ikut kebaktian di gereja yang lain. Oleh karena itu Again M. Lumbantobing mengaku tidak terlalu resah atas fenomena tersebut.
.
Bagi Again M. Lumbantobing, jalan keluarnya adalah tetap membiarkan mereka memuji Tuhan Yesus meskipun berada di sekte yang lain. “Mereka bukan jadi pelbegu. Kita pun tidak perlu membujuk apalagi memaksa mereka kembali ke HKBP. Kita harus menyayangi mereka,” katanya.
.
Namun, dia tetap setuju bahwa untuk perkembangan ke depan HKBP tetap harus meningkatkan pelayanan, terutama membina para generasi muda. ”Majelis dan warga harus saling membahu,” katanya. AAP/BJH/LS
.
Sumber : HORAS
.
Luka dalam itu kini sudah mulai sembuh usai rekonsiliasi. Namun, sadar atau tidak, masalah lain yang dihadapi HKBP pada 10 tahun terakhir cukup spesifik. Warga HKBP, banyak yang memilih melakukan kebaktian di Gereja kemana lagi, kalau tidak ke Gereja Kharismatik?
.
Warga HKBP yang paling banyak ikut kebaktian di Gereja Kharismatik adalah kaum muda, siswa SLTP, SLTA, hingga mahasiswa. Warga HKBP Jakasampurna, Bekasi, ini beberapa kali pernah kebaktian di Gereja Tiberias.
.
”Sira-man rohaninya lebih mengena. Pendeta-pendetanya pintar berkotbah. Suasana kebaktiannya juga hedup. Pikiran kita sangat terbuka mendengarkan firman Tuhan. Beda dengan di HKBP suasananya kaku dan monoton. Pas tiba giliran kotbah, teman teman banyak yang ngantuk. Malah ada yang keluar. Paling tidak tetap duduk di bangku, memaksakan diri menyimak kotbah sambil bergerak gerak biar nggak ngantuk. Ada juga yang gaduh dan ngusilin teman. Yang tekun malah nggak konsentrasi,”kata siswa kelas 3 SMAN 107 jakarta, itu.
.
Pada umumnya, warga HKBP yang pindah sekte atau sekadar menenggalkan kebaktian di HKBP kebanyakan terjadi di kota kota besar.
.
Gereja Kharismatik di Indonesia mulai memperliatkan dinamikanya sejak taun 1990-an. Materi kotbah mereka kaya dan variatif, langsung menohok permasalahan hidup orang orang Kristen. Mereka sering muncul di radio dan televisi. Mereka bahkan mampu mendatangkan puluhan ribu umat Kristen di Senayan saat mengadakan KKR (Kebaktian Kebangunan rohani). Ibarat sebuah perusahaan kosmetik, mereka cukup lihai dalam hal marketing sehingga produknya laris manis di pasar.
.
TIDAK ANTISIPATIF DAN KURANG PEDULI
.
Berpindahnya sejumlah warga HKBP ke Gereja kharismatik akibat monotonnya suasana kebaktian di HKBP juga diakui situa dan beberapa pendeta HKBP. Kometator itu datang dari St.Drs. Parpunguan Sianipar dari HKBP Setia Mekar Bekasi, pendeta Resort Tanah Tinggi Jakarta pusat Ramlan Hutahaean, MTh, serta Praeses HKBP Distrik 11 Silindung Welman Tampubolon,STh
.
“Selain monoton, materi kotbah juga kurang menyentuh,” tukas Parpunguan Sianipar.
Parpunguan Sianipar khawatir, apa bila HKBP tidak antisipatif, sewaktu waktu kelak HKBP akan stagnan, bahkan vakum. ”Yang saya khawatirkan adalah anak-anak muda perkotaan. Mereka sangat kritis terhadap apapun karena hidup di tengah banyak perubahan dan kemajuan. Mereka pasti tidak tertarik manakala pendeta datang dengan konsep dan materi konvensionaltradisional,”katanya.
.
Untuk itulah Parpunguan Sianipar mengusulkan agar HKBP lebih peka terhadap perkembangan terhadap dan perubahan. Khusus pendeta dia sarankan harus memiliki nilai plus, baik dari segi pendidikan dan pengalaman.
.
Tom Pasaribu warga HKBP Rawamangun Jakarta timur melihat ke soal yang lebih pokok. Menurut Direktur Eksikutif KP31(Komite Pemantau dan Pemberdayaan Parlemen Indonesia)ini, faktor utama adalah berubahnya visi dan misi HKBP dari pembangunan rohani menjadi pembangunan fisik. “HKBP kini lebih peduli pada pembangunan–pembangunan gereja daripada menempatkan diri sebagai gembala yang setia menjaga dombanya,”katanya.
.
”Asyik membangun gereja dan suka marbadai (konflik internal) itulah salah satu faktor kenapa warga jemaat diabaikan. HKBP harus belajar dari sejarah. Kalau dulu HKBP tidak bertengkar, Pearaja (kantor pusat HKBP) sudah persis sama dengan Vatikan. Kesalahan-kesalahan yang dibuat sekarang akan berpengaruh berpuluh tahun ke depan,”tandasnya.
.
Maka menurut anak ke-empat Praeses HKBP Pdt.Krisostomos Atlas Pasaribu (1978-1979)itu, HKBP harus mengembalikan visi dan misinya sebagai gembala, ”Di usia yang sudah 146 tahun HKBP semestinya bisa menjadi teladan. Sekarang, malah Gereja gereja yang lebih muda yang diikuti banyak orang.”katanya
.
KURANG PEMBINAAN
.
Pendeta Resort HKBP Tanah Tinggi Jakarta Pusat Ramlan Hutahaean,MTh dengan rendah hati juga mengakui beragam kelemahan di HKBP. Soal orientasi ke pembangunan fisik, menurut dia adalah kebanggaan sekaligus kekurangan.
.
Disinggung masalah konflik yang sering muncul di internal HKBP, Ramlan Hutahaean menukasnya dengan diplomatis. ”Kami, para pendeta produk jemaat yang hidup, bukan dari banua ginjang(surga). Benar, kalau kami ribut, pengaruhnya juga akan terasa ke warga HKBP,” katanya sembari mengabarkan bawa sekarang ini HKBP terus-menerus melakukan pembenahan dan meningkatkan pelayanan.
.
Dia juga tidak menutup-nutupi kekurangcakapan sejumlah pendeta di HKBP.” Hanya kurang pembinaan. Menurut saya, pendeta-pendeta muda ditempatkan bersamaan dengan pendeta senior yang dapat bertangung jawab. Pola itulah yang saya terapkan di mana saja saya bertugas. Mereka harus dipantau setiap saat. Juga dites kemampuannya,” jelasnya. Soal pendidikan, menurut dia tidak ada masalah karena apa yang diperoleh pendeta selama pendidikan sudah memadai. Tetapi, itu saja tidak cukup. Para pendeta, menurut dia harus lebih banyak memperkaya diri dengan wawsan dan pengatahuan.
.
TANTANGAN BESAR
.
Ramlan Hutahaean mengambarkan tantangan besar yang dihadapi HKBP saat ini. Masalah itu adalah jumlah pendeta yang sangat terbatas dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah jemaat, kebutuhan pendeta, dan motivasi seseorang menjadi pendeta
Terbatasnya jumlah pendeta terkait langsung dengan pelayanan sehingga yang sering terjadi adalah pelayanan seremonial. Dia mencontaohkan Gereja HKBP Suprapto dimana dia bertugas yang hannya memiliki 5 pendeta. ”Kurangnya jumlah pendeta membuat warga jemaat kehausan.”katanya.
.
Kurangnya jumlah pendeta ditambah tugas-tugas pelayanan menjadi yang harus dia lakukan sering tidah sebanding dengan kesehatan. ”Banyak pendeta muda yang meningal karena sering sakit.”katanya.
.
FENOMENA SOSIAL
.
Praeses HKBP Distrik 11 Silindung Welman Tampubolon,STh juga mengakui bahwa kurangnya pelayanan di HKBP turut memepengaruhi berpindahnya sebagian jemaat HKBP ke sekte lain, terutama Karismatik. Namun, Welman Tampubolon lebih memotretnya sebagai fenomena sosial. ”Mereka memiliki kecenderungan ingin merasakan dan mencoba sesuatu yang baru,” katanya.
.
Sebagai fenomena sosial, Welman Tampubolon mengaku tidak terlalu resah mengenai hal itu.” Memang banyak warga HKBP yang beribadah di Geraja Kharismatik. Tetapi, itu hanya segelintir dari persoalan yang besar yang dihadapi HKBP saat ini. Yang paling besar adalah bagaimana HKBP menyikapi hidup sehari-hari jemaatnya,” katanya.
.
Pendeta Resort Cengkareng Jakarta Barat Again M. Lumbantobing berpendapat bahwa berpindahnya sebagian jemaat HKBP ke kharismatik bukan semat-mata karena materi kotbah di HKBP kurang menyentuh atau kebaktiannya monoton. Dia cenderung sama dengan Welman Tampubolom menyebutnya semacam fenomena sosial. Bedanya, secara spesifik dia menyebutkan “jajan rohani.”
.
”Mereka tidak pindah atau meninggalkan HKBP Buktinya, apabila ada peristiwa dukacita HKBP tetap melanyani mereka. Yang mereka lakukan tidak lebih seperti berjalan-jalan ke mall,” kata Again M.Lumbantobing.
.
Selain itu, menurut dia, jarak tempuh yang jauh dari rumah ke gereja HKBP juga menjadi alasan warga HKBP ikut kebaktian di gereja yang lain. Oleh karena itu Again M. Lumbantobing mengaku tidak terlalu resah atas fenomena tersebut.
.
Bagi Again M. Lumbantobing, jalan keluarnya adalah tetap membiarkan mereka memuji Tuhan Yesus meskipun berada di sekte yang lain. “Mereka bukan jadi pelbegu. Kita pun tidak perlu membujuk apalagi memaksa mereka kembali ke HKBP. Kita harus menyayangi mereka,” katanya.
.
Namun, dia tetap setuju bahwa untuk perkembangan ke depan HKBP tetap harus meningkatkan pelayanan, terutama membina para generasi muda. ”Majelis dan warga harus saling membahu,” katanya. AAP/BJH/LS
.
Sumber : HORAS
Saya melihat, ini bukan namanya jajan rohani... Tetapi memang benar2 haus, HKBP yang sudah berusia 140 lebih ini, tidak cepat mengantisipasi gejala ini, memang benar yang ada hanya membangun gereja besar2an yang ujungnya marbadai,pendeta yang diterima di sekolah teologia,benar atau tidak,banyak sekarang masuk ke Pendeta HKBP karena dapat uang gaji tetap tiap bulan dan dapat pensiun!!Ini sungguh menyakitkan.Saya juga melihat pendeta2 'senior' masih berkotbah dengan mengandaikan jaman dahulu yang indah-indah belaka,inilah perbedaannya dengan karismatik, dimana mereka mengulas ayat kotbah satu persatu dan membahas langsung tentang kehidupan kita sehari-hari, saya pernah bertemu pendeta hkbp yang memang kotbahnya mengulas dan membahas kehidupan sehari-hari, yang jelasnya akan menohok orang2 yang ada, namun sayang setelah itu ada sintua yang meminta kepada pdt ressort agar tidak menempatkan pendeta ini berkotbah lagi di kebaktian tersebut, anehnya diiyakan pula dengan pendeta ressort ini.Satu fakta, di sebuah gereja HKBP besar, mereka mengadakan kebaktian dengan musik band pada hari minggu pukul 5 sore, dan sekarang jumlah jemaatnya melebihi jumlah jemaat di kebaktian bahasa batak!!Dan anehnya lagi setelah persembahan kebaktian pukul 5 sore tersebut lebih banyak daripada kebaktian bahasa batak, sintua mulai berkoar-koar untuk dilibatkan, setelah hampir 6 tahun 'menganaktirikan' kebaktian alternatif tersebut. So, untuk para pendeta diatas, segera rombak cara pemilihan pendeta,dan sesuai tahun Marturia, Boan sada nai, kita boleh menjalankan amanat itu, tetapi kalau suasana dan kotbah yang disampaikan "datar" bahkan menjadi "obat tidur" wahhh... betapa malunya kita.... Saya pernah melakukan protes sosial kepada pendeta (seorang pejabat di kantor ephorus) yang berkotbah, yang lari dari nats dan membosankan. Saya berpura2 tidur. Setelah kebaktian, guru huria memarahi saya, namun di depan guru huria dan beberapa sintua, saya berkata "jangan salahkan saya, tetapi salahkan orang yang berkotbah, tidak ada persiapan?dan memang tidak bisa berkotbah?" mereka terdiam dan akhirnya menyadari....Semoga kita sebagai jemaat HKBP bisa semakin kritis supaya HKBP ini bergerak cepat, bukan karena sudah tua akhirnya manjadi lamban seperti kakek2 yg tidak bisa berbuat apa2 lagi..tetapi harus bisa cepat antisipatif dengan keadaan sekarang.
BalasHapus