·

Jumat, 15 Agustus 2008

Gereja dan Kemerdekaan

Pada saat kita sebagai bangsa memperingati HUT ke-63 (Minggu, 17-8-08) Proklamasi Kemerdekaan RI, maka selain kita melakukan perenungan ulang tentang sejauh mana komitmen terhadap cita-cita kemerdekaan itu, sewajarnya kita harus terus-menerus mengaktualisasikan cita-cita kemerdekaan itu dalam dunia yang tengah berubah. Dalam dimensi keagamaan secara eksplisit, Pembukaan UUD 1945 ditegaskan bahwa kemerdekaan bangsa kita terwujud atas ''berkat Allah Yang Maha Kuasa'' tetapi juga karena bangsa kita adalah ''bangsa yang beragama''. Untuk itulah di negeri yang majemuk ini, penting memperbaharui terus-menerus ihwal toleransi beragama.

Kemerdekaan bagi gereja atau umat Kristen diartikan supaya kita mewujudkan cita-cita pendiri bangsa ini agar bergandeng erat dengan kebersamaan, kebersatuan, solidaritas, dan hidup senasib-sepenanggungan. Para pendiri negara kita (the founding fathers) sejak awal dengan amat tajam mencermati adanya bahaya yang dapat mengancam persatuan bangsa, apabila hal-hal yang bersifat diskriminatif mendapat tempat dalam kehidupan bangsa kita yang amat majemuk ini.

Jadi, dalam menyambut HUT RI ke-63 panggilan gereja di Indonesia sebagai bagian integral dari bangsa harus terus-menerus mengungkapkan perannya. Peran gereja dan umat Kristen Indonesia harus mewujud yang didasarkan oleh iman dan percaya pada ''Ketuhanan Yang Maha Esa''. Dengan landasan itu semua penganut agama di Indonesia merasa diakomodasi eksistensinya dan mendapat peluang yang sama untuk memainkan peran dalam kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia.

Dengan pengertian seperti itu, maka kemerdekaan bukanlah kata tanpa makna. Kemerdekaan adalah keteguhan dan komitmen, harapan dan perjuangan bagi hadirnya suatu tatanan masyarakat baru yang di dalamnya tumbuh kembang keadilan, kebenaran, kesejahteraan yang merata, demokratisasi, hak asasi manusia, keterbukaan, kebhinekaan yang dibingkai dalam kesatuan dan persatuan, kebebasan beragama sesuai dengan iman percaya masing-masing, kemakmuran dan kesejahteraan yang dihidupi oleh semua lapisan masyarakat.

Tak heran kalau gereja dan umat Kristen sebagai umat beragama di Indonesia tidak boleh tinggal diam menonton, apalagi hanya memantau program-program pembangunan sebagai wujud pelaksanaan cita-cita kemerdekaan. Umat beragama harus memberi landasan spiritual yang tekun bagi seluruh aktivitas pembangunan. Karena hakekat dari pembangunan tersebut adalah harus pembangunan jasmani dan rohani. Dengan pengertan itu maka kemerdekaan diartikan untuk meninggikan dan menghargai harkat dan martabat manusia sebagai ciptaan Allah.

Itu artinya, sepanjang Negara kita ini berlandaskan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, maka umat Kristen Indonesia sebagai bagian integral dari bangsa harus terus-menerus mengungkapkan perannya. Intinya, gereja dan kekristenan di Indonesia tak boleh diam dan apatis, tetapi melalui kontribusinya harus menjadi sebuah kekristenan yang solid, utuh dan tangguh, dan bukan fragmentaris-sporadis dan rapuh. Argumentasinya ialah bahwa baik gereja atau orang Kristen di negeri ini haruslah menjadi kekristenan yang "menerangi" dan ''menggarami'' (Mat 5:13+16), yang menggelar citra positif di tengah persada. Yaitu menjadi berkat bagi orang lain.

Implikasi etis seperti inilah yang harus kita wujudkan. Kemerdekaan, memang bukan sekadar kata, tanpa makna. Kemerdekaan adalah sebuah gerak, sebuah tindak, sebuah tanggung jawab yang terarah bagi manusia. Yaitu, melalui sikap terbuka dan semangat bekerja-sama, mengembangkan persaudaraan nasional. Kita perlu berusaha bersama seluruh bangsa, agar hak asasi rakyatnya dihormati dan kebebasan lebih terjamin serta segala pelanggaran dihindari. Dengan rendah hati kita harus mengakui bahwa kita, masih mempunyai banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kita harus dengan serius mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai makna dan tujuan hidup, memperdalam penghayatan religius, mencari kemerdekaan dari ketakutan dan keterbelengguan, dengan cinta dan kepercayaan pada Tuhan.

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara peran gereja dan umat Kristen harus menghargai orang lain apa adanya, tanpa juga mengecilkan arti diri sendiri. Hidup kita bersama orang lain akan menjadi lebih dinamis, lebih bermakna, dan lebih membangun kalau kita bisa saling menerima, saling menghargai segala kekurangan dan kelebihan masing-masing. Baiklah sebagai orang Kristen, saling menghargai, bukan mencari-cari kekurangan atau kesalahan yang lain; menerima perbedaan, tanpa merasa lebih superior dari yang lain dan menjadi "hakim" bagi yang lain.

Dengan sikap sepeti itu di Ulang Tahun RI ke-63 ini, marilah kita, bersama seluruh bangsa Indonesia, berdoa secara khusus kepada Tuhan Yang Maha baik untuk persaudaraan dan persatuan, kedamaian dan kesejahteraan bangsa kita. Agar gereja dapat menjadi berkat, gereja dan orang Kristen harus mau belajar serta rela dibentuk Tuhan, dengan kata lain mau mendahulukan Tuhan lebih dari segalanya. Alkitab mencatat, apalah artinya kita memiliki segala-galanya namun hidup akan binasa.

Mendahulukan kehendak Tuhan di atas segala kepentingan yang lain, supaya olehnya kita dapat meraih hidup sukses dan layak menerima janji kehidupan kekal, yang akhirnya membuat hidup kita jadi seimbang. Karena Tuhanlah sesungguhnya yang berkuasa membuat hidup kita jadi seimbang. Dan hidup yang seimbang membuat kita dapat melihat dan mengalami janji-janji pertolongan Tuhan. Setiap orang percaya yang hidup mengasihi Tuhan pasti akan mendahulukan Tuhan di atas segala-galanya. Dan pengutamaan akan Tuhan itu mutlak bagi kita, karena jika kita sudah tempatkan Tuhan di atas yang lain, kitalah yang layak disebut murid-murid Kristus, dan akan mengalami proses pemulihan hidup, mengalami penggenapan janji-janji pertolongan Tuhan, serta dapat menjalani hidup ini dalam keseimbangan oleh pimpinan dan pertolongan Tuhan.

Akhirnya, mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. Dengan tetap dan selalu berpikiran serta berperilaku positif kita pun dikuatkan untuk bersikap optimis karena Tuhan telah menegaskan, "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11)

Jadi makna dan arti kemerdekaan dapat diartikan, bergandeng erat dengan kebersamaan, pengorbanan, kebersatuan, kemerataan, solidaritas, dan hidup senasib sepenanggungan. Hidup menjadi indah jika kita saling hidup bagi satu sama lain. Seperti diingatkan Rasul Paulus, "... Saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! "Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Amin

Sumber : Pdt Midian KH Sirait, MTh, Praeses HKBP Distrik X
www.hkbp.or.id

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Blog eksmuslim indonesia

http://trulyislam.blogspot.com/
http://trulyislam.blogspot.com/2009/01/surga-nikmatnya-pesta-seks-dalam-islam.html

Google Search Engine
Google
·

Guestbook of HKBP

·
·


Visitor Map