Selasa, 02 Desember 2008

Makna dari Ibadah Minggu di Gereja HKBP

HKBP merupakan bagian dari persekutuan Gereja Lutheran sedunia. Namun jika kita melihat tata letak altar dan bangku-bangku di dalam gereja kita, pada umumnya tidak menggambarkan pemahaman gereja Lutheran. Umumnya tata letak altar gereja kita mengadopsi tata letak gereja Calvinis, dimana mimbar pemberitaan firman Allah berada di tengah-tengah altar; dan berada di posisi yang tinggi. Gereja Lutheran menempatkan mimbar pemberitaan firman di sebelah kiri altar sebagaimana terlihat di gereja HKBP Menteng, jalan Jambu 46, Jakarta. (HKBP Petojo pun telah merubah posisi pemberitaan itu. Dulunya mereka menempatkan mimbar itu seperti biasanya di tengah. HKBP Balige pun menempatkan mimbar di sisi sebelah kiri, namun menjulang tinggi.)
.
Memang pemahaman kita tentang tata letak itu tidak seragam. Banyak orang yang menjadi arsitek pembangunan gedung gereja bukanlah seorang teolog. Mereka awam tentang hal tata letak, sehingga pertimbangan mereka hanyalah nilai estetika dan pertimbangan lainnya, tanpa didasari pandangan teologis. Banyak anggota jemaat yang tidak mengerti maknanya. Bahkan para pekerja pun banyak yang tidak mengerti. Saya sering mempertanyakan makna dari kembang yang ditaruh di atas meja di altar ! Umumnya alasan orang untuk menaruh kembang di sana hanyalah untuk estetika semata-mata. Pada hal bukanlah demikian menurut hemat saya secara pribadi. GPIB menyalakan lilin di meja tersebut, tentu ada makna dari lilin itu. HKBP umumnya menempatkan bunga. Apa makna bunga itu ? Kita menyalakan lilin di sana pada minggu Advent, ada maknanya. Kita pun menutup benda-benda di altar itu dengan kain berwarna tertentu, itu pun ada maknanya. Sekali lagi apa makna kembang tersebut ?
.
Bilamana kita memasuki gedung gereja itu (jemaat yang menyusun tata letaknya seperti pengajaran Gereja Lutheran) maka dapat kita katakan ruang gereja itu dapat dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama ialah bagian tempat duduk untuk anggota jemaat, yaitu bangku-bangku yang berjejer di dalam gedung. Saya memahami bagian pertama ini sebagai bagian ‘wilayah dunia.’ Itulah yang diajarkan kepada kami pada waktu masih belajar sebagai calon sintua. Sementara bagian kedua ialah ‘altar.’ Adapun altar itu dipahami Gereja kita sebagai ‘wilayah kudus.’ Bagian kedua ini diartikan sebagai ‘wilayah surgawi.’ Oleh karena itu pula, bagi kita, altar itu pun kudus adanya.
.
Di tengah-tengah altar itu, ada sebuah peti empat persegi panjang, persis di bawah salib yang melekat ke tembok. Peti yang berukir dengan sangat indah itu, dipahami ‘sebagai meja makan Tuhan.’ Mengapa peti itu disebut meja makan Tuhan? Peti itu disebut demikian, karena di atas meja itu diletakkan roti dan anggur perjamuan. Menurut hemat saya, persembahan yang kita persembahkan kepada Tuhan, seyogianya ditaruh di atas meja makan Tuhan. Persembahan itu adalah sesuatu yang kudus, sehingga di sanalah tempat yang paling pas. Bukan seperti sekarang ditaruh di luar wilayah surgawi, di luar ‘altar.’ Meja makan adalah wilayah yang paling dalam dari satu rumah, hanya anggota keluarga yang duduk di sana. Meja makan itu semacam ‘inner chamber’ di dalam satu rumah. Alangkah indahnya, jika kita diundang untuk menghadiri upacara makan bersama di sekitar meja makan Tuhan pada acara perjamuan kudus. Sayang, sekarang ini hal praktis telah menggeser makna datang kepada Tuhan dalam perjamuan kudus, sehingga saya tidak lagi datang mendekat ke meja makan Tuhan dalam perjamuan kudus.
.
Di sebelah kiri kita, di sisi meja makan Tuhan, ada bejana tempat penyimpanan air untuk babtisan kudus. Martin Luther mengatakan bahwa babtisan adalah juga kabar baik – Injil – bagi kita. Itulah sebabnya posisinya sejajar dengan podium di sisi kanan, tempat Injil secara verbal diberitakan. Jadi Injil diberikan kepada kita melalui firman dan sakramen. Saya kuatir, orang datang ke kebaktian Minggu, tanpa mencoba merenungkan makna dari tata letak dari benda-benda yang ada di dalam ruangan Gereja tersebut. Saya takut, kita telah kehilangan makna dari tata letak dalam ibadah kita.
.
Di antara kabar baik menurut sakramen, dan kabar baik menurut firman, dekat dengan meja makan Tuhan, berdirilah seorang perantara, antara ‘wilayah ilahi’ dengan ‘wilayah dunia’. Kita melihat secara kasat mata, seorang sintua berdiri di sana. Tetapi pada hakekatnya, secara iman, dia yang berdiri itu adalah Tuhan Yesus Kristus. Sebab hanya Dia yang dapat mengantarai manusia dengan Allah. Dialah satu-satunya perantara manusia dengan Allah. Jadi sintua yang berdiri di altar itu adalah representasi dari Kristus. Oleh karena itu, betapa pentingnya sintua yang ‘maragenda’ itu sadar, betapa kudusnya tugasnya memimpin ibadah minggu tersebut. Ia berdiri di sana atas nama Tuhan, untuk memimpin ibadah perjumpaan antara jemaat dengan Allahnya. Ibadah minggu kita adalah ibadah perjumpaan dengan Allah. Kita tahu tidak ada manusia yang dapat mempertemukan Allah dengan manusia kecuali Tuhan Yesus Kristus. Jadi jelas, tugas sintua ‘maragenda’ adalah mempertemukan Allah dengan manusia di dalam ibadah minggu itu.
.
Dari tata letak ‘meja makan Tuhan’ dengan bangku-bangku, kita lihat jaraknya cukup jauh. Memang jarak antara Allah yang kudus dengan manusia yang berdosa cukup jauh pula. Jarak surga dan dunia juga cukup jauh. Itulah sebabnya dibutuhkan seorang perantara, agar dimungkinkan pertemuan dan terjadi komunikasi di dalam pertemuan itu. Ketika Tuhan Yesus berdiri di altar tersebut, di dalam diri sintua yang menjadi liturgis, maka manusia yang duduk di bangku-bangku itu pun dapat mengadakan komunikasi dengan wilayah surgawi, yaitu ‘altar.’ Sekarang yang menjadi pertanyaan ialah : apakah sintua yang bertugas sebagai liturgis itu menyadari makna dari tugasnya tersebut ? Kesan saya, mudah-mudahan saya salah, teman-teman sintua tidak menyadari hal itu. Mereka sering saya lihat bertindak sebagai ‘master of ceremony’ di dalam kebaktian tersebut. Bahkan ada yang tidak siap, hal itu terlihat dari tidak ikutnya sintua itu menyanyikan lagu nyanyian jemaat. Jika kita bertitik tolak dari pemahaman bahwa sintua yang menjadi liturgis itu adalah wakil Kristus di dalam memimpin jemaat, maka jika ia salah di dalam memimpin liturgi, maka dapatlah kita katakan Kristus juga salah! Apakah kita sadar akan hal itu? Marilah kita merenungkan hal itu di dalam lubuk hati kita yang paling dalam.
.
Kita datang ke Gereja pada hari Minggu, bukan hanya untuk mendengarkan firman Allah. Jika kita datang hanya untuk mendengarkan firman Allah, hal itu dapat kita lakukan di dalam rumah. Kita datang ke Gereja dan beribadah untuk berjumpa dengan Tuhan yang bangkit. Di dalam ibadah minggu itu, kita merefleksikan ibadah yang diselenggarakan oleh para malaikat di Surga. Di dalam ‘Doa Bapa Kami’, Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita agar kita berdoa: ”Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga”. Menurut kitab Wahyu pasal 4 dan 5, ada kebaktian di Surga dilihat oleh Rasul Yohanes. Ibadah di Surga itu memusatkan penyembahannya pada Dia yang duduk di tahta itu dan Dia yang berdiri di tangah-tengah tahta itu, Anak Domba seperti telah disembelih, yaitu Yesus Kristus sendiri dengan segala karya-Nya. Jadi inti sari dari ibadah Kristen menurut hemat saya ialah: penyembahan kepada Allah dengan meninggikan karya Yesus Kristus. Kristus adalah pusat dari ibadah Kristen. Berbeda dengan ibadah kharismatik, yang menonjolkan Roh Kudus dengan karunia-karunia-Nya, ibadah HKBP merefleksikan ibadah surgawi yang dilaporkan kitab Wahyu.
.
Menurut DR. A A. Sitompul dalam bukunya mengenai tata ibadah, beliau mengatakan bahwa ada ibadah di tiga tempat. Ibadah yang pertama diadakan di Surga, sebagaimana dilaporkan oleh kitab Wahyu. Ibadah kedua ada di Bumi, maksudnya di dalam ibadah minggu yang kita lakukan. Ibadah yang ketiga ada di dalam hati kita. Ketiga-tiganya haruslah berada di dalam satu ikatan yang harmonis, seperti ‘cord’ di dalam irama musik. Surga mengambil nada ‘do’, sementara kebaktian minggu kita mengambil nada ’mi’, dan yang terakhir, di hati kita mengambil nada ‘sol’. Setelah itu ketiganya sama-sama menyanyikan pujian kepada sang Bapa, Anak dan Roh Kudus! Bila nada yang mereka nyanyikan tidak pas, maka akan terasa nyanyian itu fals.

Banyak orang mengatakan bahwa ibadah HKBP monoton, tanpa lebih dahulu menggali makna dari ibadah itu sendiri. Ibadah kharismatik, yang sangat populer sekarang ini, bahkan di dalam hati warga HKBP, menurut hemat saya, sangat bersifat ekspresif. Hal yang sangat ditonjolkan di dalam ibadah itu adalah perasaan manusia. Saya tidak melihat apa yang mereka refleksikan melalui ibadah itu! Karya Allahlah yang harus direfleksikan di dalam ibadah, lalu manusia memberikan respons terhadap karya itu melalui penyembahannya. Subyek yang paling dominan di dalam ibadah itu ialah Allah. Itulah yang direfleksikan ibadah HKBP menurut penghayatan saya. Tempat kita berpijak sangat berbeda dengan kebaktian kharismatik.

Sebelum kebaktian dimulai, biasanya parhalado berkumpul lebih dahulu di konsistori. Pada hakekatnya bukanlah para petugas yang dijadwal pada hari itu yang harus hadir di dalam konsistori, melainkan seluruh anggota parhalado yang datang ke dalam kebaktian tersebut. Sebab parhalado adalah satu ‘corps,’ mereka bertanggung jawab atas pelaksanaan kebaktian tersebut. Jadi sekalipun saya tidak bertugas pada hari itu, saya wajib masuk ke konsistori, minimal untuk mendoakan mereka yang bertugas pada hari itu. Itulah wujud dari tanggung jawab saya kepada Allah, yang telah memanggil saya menjadi pelayan-Nya di jemaat tersebut. Sekaligus itu adalah wujud dari tanggung jawab saya kepada ‘corps parhalado’. Sangat disayangkan, banyak juga teman-teman sintua yang tidak menyadari hal itu.
.
Di konsistori itu kita memeriksa seluruh acara yang akan kita selenggarakan, tentang kelayakannya. Kemudian acara yang sudah kita periksa itu kita bawakan ke hadiran Allah di dalam doa. Semua acara dari permulaan hinga akhir disampaikan di dalam doa, seolah-olah kita mengatakan kepada Allah, inilah yang akan kami lakukan di hadapan-Mu. Segala sesuatu yang tidak didoakan di dalam konsistori, seyogianya tidak dapat dilakukan di dalam ibadah. Kecuali warta yang sangat mendesak. Namun sangat disayangkan, sering kali kita melihat ada acara tambahan disampaikan kepada liturgis di tengah-tengah kebaktian. Sering kita melihat koor menyanyi sampai dua kali, pada hal di dalam daftar acara hanya satu kali.
.
Setelah parhalado berdoa, maka lonceng Gereja dibunyikan. Suatu pertanda bahwa seorang Raja segala raja dan Tuhan segala Tuan akan memasuki tempat ibadah. Anggota jemaat pun memberi respons terhadap bunyi lonceng itu dengan menaikkan doa-doa pribadinya ke hadirat Allah. Maka parhalado pun memasuki ruangan. Ibadah siap dilaksanakan.
.
Acara Kebaktian

1. Jemaat Menyanyi

Kebaktian dimulai dengan jemaat menyanyi. Biasanya nyanyian yang dipilih untuk minggu itu disesuaikan dengan nama minggu di dalam Almanak HKBP. Seperti kita ketahui kalender gerejawi tersusun atas dasar minggu, sebanyak 52 minggu dalam satu tahun. Bukan disusun dalam bulan seperti yang kita kenal bersama. Pertanyaan sekarang diajukan kepada kita, mengapa kita menyanyi? Pemahaman gereja kita tentang nyanyian, adalah sebagai respons terhadap apa yang diucapkan Allah dari altar-Nya. Ibadah minggu yang diselenggarakan bentuknya ialah responsoria. Respons kita kepada Allah di dalam ibadah itu ialah dengan jalan menyanyi dan berdoa. Jadi apa yang kita mau ungkapkan di dalam acara pertama di kebaktian itu? Jawaban untuk itu menurut hemat saya adalah : komunikasi telah dimungkinkan antara kita dengan Allah. Sebab seorang perantara telah berdiri di altar. Sekarang saya dimungkinkan untuk berkomunikasi dengan Allah. Tanpa kehadiran seorang perantara, maka mustahillah bagi saya untuk berbicara kepada Allah di dalam kebaktian tersebut. Jadi nyanyian itu adalah sebuah respons terhadap kehadiran Allah di dalam kebaktian itu.
.
2. Votum/Introitus/Haleluya/Doa
.
Apakah makna votum? Maknanya menurut hemat saya adalah peresmian. Dengan votum itu, kita percaya Allah hadir di dalam acara tersebut. Ketika Allah mengatakan “jadilah terang,” maka terang itu pun jadi. Seperti itu makna dari votum. Dengan diucapkan oleh liturgis, “Di dalam nama Allah Bapa, dan di dalam nama Anak-Nya Yesus Kristus, dan di dalam nama Roh Kudus yang menciptakan langit dan bumi” maka Allah secara nyata, hadir di dalam ibadah itu. Kehadiran dari Allah Tritunggal itu sekaligus menjadi dasar dari perjumpaan tersebut. Jadi jelas bukan karena marga, atau adat, maka ibadah itu dilakukan. Bukan juga karena nenek moyang, bukan karena latar belakang ekonomi, sosial, budaya, politik, namun karena nama Allah semata-mata. Allah itu adalah Bapa kita, di dalam ibadah itu Ia menerima anak-anak-Nya. Ia adalah Bapa yang memelihara kehidupan kita. Yesus sebagai Anak, adalah saudara yang menyelamatkan kita dari keberdosaan kita, Dia adalah ‘Penolong’ yang memanggil, menyertai dan menguduskan Gereja-Nya.
.
Untuk merefleksikan semua yang telah dikerjakan-Nya itu, kita berkumpul agar dapat berjumpa dengan Dia. Di dalam perjumpaan itu, Ia mengutarakan isi hati-Nya kepada kita melalui firman dan sakramen. Sementara itu kita mengutarakan isi hati kita melalui nyanyian dan doa. Banyak orang tidak mengerti bahwa makna ibadah kita seperti itu, sehingga mereka mengatakan ibadah kita itu monoton, pada hal mereka tidak memahaminya. Seandainya ia mengikuti dengan pengertian seperti yang kita utarakan di atas, apa ia masih mengatakan ibadah kita itu monoton? Di samping makna votum seperti yang sudah kita utarakan di atas, maka kita juga dapat mengatakan bahwa dengan hadirnya Allah yang kudus di dalam ibadah itu, maka orang yang hadir di dalam ibadah itu pun dikuduskan oleh Allah yang kudus. Oleh karena itu orang pada hakekatnya diharapkan untuk tidak datang terlambat, sebab ia tidak akan turut dikuduskan melalui votum tadi. Namun kenyataannya, banyak orang yang terlambat datang! Pertanyaan sekarang ialah: apakah mereka yang terlambat itu turut dikuduskan atau tidak? Jawabannya bisa ya, bisa juga tidak. Hal itu tergantung orang yang terlambat tadi. Jika ia mengakui kesalahannya itu di hadapan Allah, maka ia turut dikuduskan. Jika tidak diakui, maka ia tidak turut dikuduskan.
.
Setelah votum itu, acara berikutnya ialah introitus. Allah mengatakan isi hati-Nya melalui firman yang sesuai dengan nama minggu itu. Sementara nama-nama minggu itu adalah refleksi dari karya Kristus, dari sejak awal sampai akhir. Seperti yang sudah kita katakan di atas, kebaktian kita bersifat reflektif, maka dari sejak awal, Allah telah menyatakan isi hati-Nya kepada kita melalui introitus tadi. Nas itulah yang akan membimbing kita di dalam minggu yang akan kita jalani. Ayat itu adalah ayat yang diperuntukkan bagi kita. Sebagai respons kita atas firman itu, maka kita menyanyikan haleluya tiga kali. Seyogianya kita menyanyikannya dengan sukacita. Namun kita lihat kenyataan di dalam jemaat kita, seringkali haleluya itu kita nyanyikan dengan lamban. Pendeta Pakpahan, dalam uraiannya mengenai ibadah minggu, mengatakan bahwa seharusnya kita menyanyikan haleluya itu dengan cepat. Argumen yang diajukan pendeta Pakpahan ialah : layaknya seperti orang yang meneriakkan’ api…api…api…’ pastilah kita meneriakkannya dengan cepat dan penuh dengan emosi. Haleluya itu adalah ungkapan sukacita karena Allah telah berfirman kepada kita, pada hal Allah belum mempersoalkan dosa kita.
.
Setelah haleluya, kita mendengar perantara itu menaikkan doa. Sebagai perantara, maka dia berada di dalam dua sisi. Sisi yang pertama, di sisi ilahi dan sisi kedua di sisi manusia. Ketika ia mengutarakan votum, maka dia berada di sisi Allah. Ketika dia mengutarakan doa, maka itu adalah doa manusia, maka dia berada di sisi manusia. Ada orang mengatakan bahwa di Gereja Anglikan, liturgis itu ketika ia mengutarakan votum, maka ia berdiri di altar, tapi pada saat ia menaikkan doa, ia berpindah dari altar ke arah jemaat, dan berbalik menghadap altar untuk menaikkan doa tersebut. Dari sana sangat jelas bahwa ia berada di dua sisi. Seharusnya di dalam ibadah kita pun hal seperti itu harus dilaksanakan. Namun karena hal itu dari sejak semula tidak dilaksanakan, maka kita tidak tahu bahwa demikianlah maknanya.
.
Seperti yang sudah kita katakan di atas, sintua itu menaikkan doa jemaat, dan karena yang berdoa itu adalah Tuhan Yesus di dalam diri sintua tersebut, maka kita dapat katakan doa itu akan didengar Allah. Tuhan Yesus juga membawakan doa-doa yang dinaikkan jemaat di dalam hati ketika mereka sedang berdoa di bangku-bangku tatkala kebaktian belum mulai. Karena doa itu adalah doa-doa kita juga, maka kita pun harus mengaminkan doa itu di dalam hati kita.
.
3. Jemaat Menyanyi
.
Seperti diutarakan di atas, nyanyian adalah respons terhadap Allah, karena Ia telah hadir, Ia menguduskan kita, Ia telah menerima doa-doa kita. Alangkah indahnya, jika kita menyanyikan pujian itu dengan segenap hati. Untuk itu kita seyogianya telah tahu lebih dahulu lirik dari nyanyian itu, karena kita telah membaca lebih dahulu, karena kita tidak terlambat datang, sehingga kita dapat mempersiapkan diri dengan baik.
.
4.Hukum Tuhan
.
Sementara kita menyatakan isi hati melalui nyanyian, liturgis akan menyatakan isi hati Allah. Ia berkata: ”Dengarlah hukum Tuhan…” Allah itu adalah Allah yang kudus, di dalam kasih-Nya Ia menerima orang beriman. Namun kita harus mengenal diri kita. Hukum Tuhan di dalam pemahaman Gereja kita adalah ibarat cermin. Hukum Tuhan adalah kehendak Allah, jalan yang harus ditempuh oleh umat-Nya. Pada saat kita mendengar hukum Tuhan dibacakan, maka seyogianyalah kita menemukan diri kita di dalam perspektif kehendak Allah. Tentulah sebagai respons terhadap hal itu kita berdoa untuk memohon kekuatan untuk melakukan kehendak Tuhan tersebut.
.
5. Jemaat Menyanyi
.
Kita memberi respons kepada hukum Tuhan itu dengan nyanyian. Tentulah kita akan menyanyi dengan segenap hati.
.
6. Pengakuan Dosa
.
Pada saat kita mendengarkan hukum Tuhan dan kita menjadikannya sebagai cermin, maka tentulah kita akan menemukan diri kita di dalam kesalahan. Karena itu kita berdiri di hadapan Allah untuk mengaku dosa-dosa kita. Hanya mereka yang tidak menyadari dosa-dosanya yang tidak mau berdiri di hadapan Allah Yang Maha Kudus, untuk mengaku dosa-dosanya. Liturgis dari sisi insani membawakan pengakuan dosa itu ke hadapan Allah. Dari keberadaan seperti itu kita tahu bahwa liturgis itu bukan membacakan kalimat-kalimat di dalam agenda, melainkan melakonkan acara itu di hadapan Allah. Oleh karena itu pula intonasi dari suara sintua tatkala mengucapkan doa itu berbeda dengan intonasi dari ucapan berita pengampunan dosa. Dimana pada sisi ini, ia berada di sisi ilahi tatkala ia mengucapka pengampunan dosa.
.
Karena yang menaikkan permohonan itu adalah Kristus Yesus sendiri, maka tentulah akan dikabulkan. Itulah sebabnya kita langsung mendengar janji Allah tentang pengampunan dosa. Apakah otomatis pengampunan itu dialami oleh setiap orang yang hadir di dalam ibadah tersebut? tentula tidak! Pengampunan itu hanya diterima oleh orang-orang yang sungguh-sungguh mengaku dosanya. Itulah sebabnya di dalam ibadah kita di jalan Jambu, setelah liturgis selesai mengucapkan doa tersebut, kepada kita diberikan kesempatan untuk mengaku dosa-dosa kita secara pribadi. Segala dosa yang kita lakukan di dalam minggu itu. Barulah kita mendengar janji Allah tentang pengampunan dosa. Orang yang mengaku dosa dan rindu akan keampunan dosanya, merekalah yang mendapatkan pengampunan dosa. Karena pengampunan sudah sampai kepada kita, maka liturgis itu menyuarakan “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi.” Ia menyuarakan itu dari sisi insani. Jemaat akan menyambut doxologi ini dengan “amin.” Barukah kita duduk kembali.
.
7. Jemaat Menyanyi
.
Setelah kita menerima pengampunan dosa, wajarlah kita memberi respons dengan nyanyian yang diungkapkan dengan segenap hati kita dan segenap jiwa. Seperti yang sudah dikatakan di atas. Ibadah kita adalah responsoria bentuknya. Melalui responsoria seperti itu, kita mengalami perjumpaan dengan Allah.
.
8. Epistel
.
Setelah menyanyi, liturgis akan menyuarakan nas epistel untuk minggu itu. Epistel memberi arahan tentang petunjuk praktis di dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan tentang nas ini kita sudah kita dengar di dalam kebaktian “partangiangan wijk” yang diselenggarakan jemaat kita setiap minggu. Sekarang kita mendengarkannya kembali untuk kita lakukan di minggu ini. Bagaimana dengan orang yang tidak datang pada partangiangan wijk? Tentulah ia akan mempersiapkan diri di rumah sebelum datang ke Gereja, sebab kita memiliki Almanak HKBP. Epistel adalah petunjuk praktis, maka liturgis menutup pembacaan firman Tuhan itu dengan ucapan “Berbahagialah orang yang mendengar firman Allah dan melakukannya.”
.
9 Jemaat Menyanyi
.
Kita memberi respons di dalam bentuk nyanyian. Liriknya tentulah sebagai satu pernyataan melakukan firman Allah.
.
10. Pengakuan Iman
.
Setelah nyanyian itu kita diundang untuk bangkit berdiri agar mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli. Ucapannya adalah sebagai berikut: “Bersama-sama dengan saudara-saudara seiman di seluruh dunia…” satu pertanyaan perlu diajukan, siapa saja yang dimaksudkan dengan saudara-saudara seiman di seluruh dunia itu? Maksudnya tentulah tidak hanya orang-orang Kristen yang hadir pada waktu itu, juga bukan hanya orang Kristen yang hidup di dunia sekarang ini, tetapi juga orang Kristen yang sudah mendahului kita. Mereka itu adalah saudara-saudara seiman kita. Jadi tatkala kita berdiri untuk mengaku iman percaya, maknanya ialah apa yang saya ucapkan tentang iman saya, itu tidak berbeda dengan apa yang diimani oleh Nomensen, demikian juga dengan orang Batak yang pertama-tama menerima Injil. Sama seperti mereka berdiri mengaku iman yang murni itu, demikian juga kita mengungkapkannya. Bahkan bukan hanya itu saja. Di tempat itu hadir juga orang-orang Kristen dari generasi yang akan datang. Mereka hadir di dalam diri Kristus. Sebab HKBP adalah salah satu dari penampakan tubuh Kristus yang berasal dari segala kaum di muka bumi ini. Tubuh Kristus adalah Gereja yang tidak kelihatan, mencakup seluruh totalitas orang kristen dulu, sekarang dan nanti. Bilamana kita memahami HKBP adalah salah satu penampakan tubuh Kristus, maka ketika kita beribadah, itu adalah ibadah dari tubuh Kristus. Maka di sana hadir juga orang yang tidak hadir. Sama seperti yang dikatakan Musa di padang gurun kepada bangsa Israel, “Bukan hanya dengan kamu saja aku mengikat perjanjian dan sumpah janji ini, tetapi dengan setiap orang yang ada di sini pada hari ini bersama-sama dengan kita, yang berdiri di hadapan Tuhan Allah kita, dan juga dengan setiap orang yang tidak ada di sini pada hari ini bersama-sama dengan kita. (Kel 29:14-16)
.
Orang yang hadir di dalam ibadah itu – secara iman –tetapi tidak hadir secara fisik, mereka itu adalah generasi pendahulu, dari masa yang lalu dan generasi yang akan datang. Jadi, jika seorang pemuda berdiri di situ dan mengaku imannya, maka di dalam dia hadir juga anak cucunya kelak. Bersama pemuda itu, anak cucunya yang ada di dalam dia, hadir juga dan turut mengucapkan pengakuan iman tersebut. Argumen untuk itu sudah dikatakan di atas, yaitu di dalam Kristus. Argumen tambahan kita utarakan di sini, ialah menurut surat Ibrani, Lewi di dalam Abraham, bapa leluhurnya, ia juga turut mempersembahkan perpuluhan kepada Melkisedek, tatkala Abraham mempersembahkan perpuluhan tersebut. (Ibr. 7:4-10). Pada hal Lewi pada waktu itu belum lahir. Mengapa Lewi dikatakan turut mempersembahkan? Karena ia ada di dalam diri Abraham, bapa leluhurnya. Sama seperti itulah pemahaman saya tatkala saya berdiri mengucapkan pengakuan iman. Saya mengucapkan hal itu di dalam Kristus, dan di dalam Kristus, hadir juga generasi dahulu dan generasi nanti. Alangkah agungnya ibadah kita itu!
.
Di dalam pemahaman secara pribadi, saya melihat, tatkala kita mengucapkan pengakuan iman tersebut, saya mengucapkannya, di hadapan Allah dan para malaikat-Nya; di hadapan orang-orang percaya di sepanjang masa, dan juga di hadapan roh-roh jahat di udara! Orang-orang kudus yang telah mendahului kita itu, disebut penulis surat Ibrani sebagai para saksi, Ibr.12:1. Pada waktu itu pula, saya secara imajiner mengadakan perjalanan rohani, dari penciptaan alam semesta, - sebab Allah adalah pencipta langit dan bumi – sampai ke Betlehem, dimana Kristus lahir, sampai ke Golgata, tatkala Kristus disalibkan di sana dan dikuburkan. Perjalanan itu diteruskan ke kubur kosong, lalu ke Betania tempat Ia naik ke Surga, bahkan sampai di Surga bersama rasul Yohanes, melihat tahta dan kedua puluh empat tua-tua yang bermahkota, dimana kita bersama mereka sujud menyembah Dia. Setelah itu turun lagi ke bumi, melihat Gereja purba, Gereja abad pertengahan sampai Gereja di zaman Nomensen, sampai Gereja kita sekarang ini. Bahkan sampai ke tahta penghakiman kelak, dimana semua mahluk dihakimi, dan saya dihakimi sebagai orang benar di hadapan-Nya. Gambaran seperti itu diutarakan pendeta Pakpahan di dalam bukunya tentang makna ibadah kebaktian HKBP. Pertanyaan sekarang ialah : bagaimana dengan anda?
.
11 Warta Jemaat
.
Setelah kita mengaku iman percaya kita, maka tiba saatnya kita mendengar berita dari sesama anggota keluarga Allah. Orang yang berdiri di sisi saya itu, di depan di samping dan di belakang, adalah saudara satu bapa di dalam Tuhan. Di dalam persekutuan dengan Allah dan dengan sesama keluarga Allah, kita mendengar berita dari Allah, dan berita dari sesama. Di dalam warta jemaat itu, kita akan mendengar berita tentang kelahiran seorang anak di dalam keluarga saudara seiman. Biasanya warta itu senantiasa diakhiri dengan sebuah doa “semoga Tuhan memberkati anak itu beserta orang tuanya.” Kita pun turut meng-amin-kan hal itu di dalam hati. Bila kita berjumpa dengan kedua orang tua yang berbahagia itu, maka kita pun mengucapkan selamat berbahagia kepada mereka, sebagai respons aktif kita terhadap warta tersebut.
.
Melalui warta itu pun kita akan mendengar rencana saudara yang akan menikah. Kita pun wajib memeriksa kelayakan dari orang-orang yang akan menikah tersebut. Bilamana ada hal-hal yang tidak pas menurut RPP (Ruhut Parmahanion Paminsanon = Hukum Siasat) dari Gereja kita, maka wajiblah kita memberitahukan hal itu kepada pendeta untuk ditindaklanjuti. Namun jika kita tidak mengetahui ada hal-hal seperti itu, maka wajiblah kita mendoakan rencana pernikahan itu, karena mereka adalah saudara kita. Jika kita berjumpa dengan mereka, atau kedua orang tua kedua belah pihak, kita pun akan menyampaikan salam kepada mereka, untuk menunjukkan bahwa kita turut besukacita atas rencana pernikahan tersebut.

Kita pun mendengar warta dukacita tentang meninggalnya anggota keluarga Allah. Warta ini senatiasa ditutup dengan doa: “Semoga Tuhan memberikan penghiburan dan kekuatan iman bagi anggota keluarga yang berdukacita itu” kita pun mengaminkan doa itu di dalam hati. Sebagai penampakan dari kata amin itu, maka kita pun pergi melayat ke rumah duka. Kita menghibur orang yang berduka itu di rumah duka dan mendoakan mereka di rumah kita masing-masing, karena mereka adalah saudara di dalam Tuhan.

Di dalam warta itu juga kita mendengar warta tentang keuangan jemaat, dan warta-warta lain. Semuanya itu harus diberi respons sesuai dengan kemapuan kita masing-masing. Oleh karena itu seharusnya kita mendengar warta itu dengan sepenuh hati. Namun jika kita perhatikan sikap dari anggota jemaat pada mata acara itu, banyak dari antara mereka yang acuh tak acuh, banyak yang ngobrol. Hal itu terjadi tentulah karena mereka tidak memahami makna dari warta jemaat di dalam ibadah kita.

12. Jemaat Menyanyi

Sebagai repons bersama terhadap warta itu, kita bersama sama menaikkan pujian kepada Allah, sekaligus persiapan untuk mendengar firman Allah. Ingat respons kita senatiasa di dalam doa dan pujian.
.
13 Khotbah
.
Seperti yang sudah diuraikan di atas, liturgis yang berdiri di altar itu pada hakekatnya bukanlah dia melainkan Kristus yang berdiri di sana; demikian juga halnya dengan pendeta yang berdiri di mimbar. Pendeta itu adalah representasi dari Kristus. Itulah sebabnya perkataan yang pertama keluar dari mulutnya ialah ‘Damai sejahtera yang melampaui segala akal akan memelihara hati dan pikiranmu di dalam Kristus Yesus. Amin.” Jika kita melihat dia yang berdiri itu adalah manusia, maka tentulah tidak ada berkat yang datang dari dia. Namun jika mata iman kita melihat bahwa dia yang berdiri di altar itu adalah Tuhan sendiri, maka tentulah berkat akan mengalir dari Dia.
.
Kita datang ke dalam ibadah minggu bukan hanya untuk mendenngar firman Tuhan, tetapi untuk berjumpa dengan Dia dan berjumpa dengan sesama saudara di dalam keluarga Allah. Sekalipun khotbah pendeta itu tidak terlalu pas dengan isi hati kita, namun kita harus sadar dengan tujuan ibadah itu sendiri. Kita akan tetap dapat berkat dari perjumpaan tersebut. jika nas Epistel kita katakan adalah petunjuk praktis dalam kehidupan, maka Evangelium adalah doktrin iman Kristen. Sehingga ada keseimbangan antara etika – petunjuk pratis – yaitu epistel dan doktrin, yaitu evangelium.
.
Setelah pengkhotbah menyampaikan isi hati Allah, maka sebagai wakil manusia ia menaikkan doa syafaat bagi isi dunia. Kita pun turut mengaminkan doa itu di dalam hati kita. Perlu ditekankan di sini, khotbah bukanlah inti dari ibadah minggu. Keseluruhan acara, yaitu perjumpaan dengan Allah adalah arti dari ibadah minggu di HKBP.
.
14. Jemaat Menyanyi/Persembahan
.
Setelah kita mendengar khotbah, yang isinya adalah isi hati Tuhan untuk dilaksanakan pada minggu ini, maka kita pun memberi respons dengan memberi persembahan. Sering saya dengar liturgis mengatakan “Marikah kita bernyanyi sambil mengumpulkan persembahan.” Memang dikerta acara dibuat demikian. Dari ungkapan itu, kelihatan bahwa acara pokok ialah bernyanyi; pada hal acara pokoknya ialah menguimpulkan persembahan. Seharusnya menurut hemat saya ucapannya ialah “marilah kita mengumpulkan persembahan kepada Tuhan sambil bernyanyi. ”Acara persembahan itu bukanlah sambilan. Di dalam kitab Keluaran kita baca bahwa Tuhan memerintahkan agar Israel jika datang kepada-Nya, agar datang dengan persembahan dan tidak boleh dengan tangan hampa (Kel. 23:15). Di samping itu, kita harus memahami persembahan itu adalah sesuatu yang kudus, sehingga persembahan itu seyogianya telah disiapkan dari rumah. Kita menyerahkan persembahan itu dengan sukacita, sebab yang menerimanya ialah Allah Bapa kita. Mulut kita memuji Tuhan, sementara tangan kitapun memuji Dia di dl persembahan itu. Jika kita konsisten dengan pemahaman bahwa yang berdiri di altar itu adalah dia yang merepresentasikan Tuhan Yesus, maka menurut hemat saya harus liturgislah yang menerima persembahan itu dari para pengumpul persembahan. Lagi pula persembahan itu harus ditaruh di meja Tuhan, bukan seperti sekarang ini ditaruh di peti tersendiri. Saya tidak dapat mengerti apa makna dari peti itu. Saya melihat di HKBP Bandung Jl. Riau, liturgis yang menerima persembahan, bukan seperti di Jl. Jambu, pembaca warta jemaat yang menerimanya. Saya sangat suka jika kita mengikuti HKBP Bandung.
.
15 Penutup: Doa Persembahan + Doa Bapa Kami + Berkat
.
Acara akan berakhir, maka kita berdiri kembali di hadapan Allah, untuk diutus kembali ke dalam kehidupan sehari-hari. Kita menyerahkan persembahan kita itu lebih dahulu di dalam doa. Yesus membawa persembahan itu ke hadirat Allah melalui doa sang liturgis. Kita pun mengaminkan doa itu di dalam hati. Persembahan itu diterima Allah, lalu kita memberi respons dengan nyanyian: ”Tuhan karunia-Mu….” Kita bukan hanya mempersembahkan uang kita, tetapi totalitas kehidupan itu dipersembahkan kepada Allah. Sebagai doa penutup kita mendengar doa Bapa Kami yang kita responi dengan doxologi “karena Engkau yang punya …” Setelah itu kita diutus pulang dengan berkat, yaitu: berkat dan perlindungan, perhatian (saya memahami makna dari Tuhan menghadapkan wajah-Nya” dalam pengertian perhatian penuh, atensi) dan kasih karunia-Nya. Sinar wajah adalah kemuliaan, itu pun menyertai saya, sama seperti Musa mendapatkan hal itu di atas gunung Sinai. Berkat terakhir ialah damai sejahtera. Syalom Allah. Lalu respons terakhir kita ialah amen tiga kali. Amen ini bukan hanya mengaminkan berkat tersebut tetapi mengaminkan untuk setiap acara yang telah kita ikuti dari awal hingga akhir. Jadi jika kita mengikuti acara ibadah minggu dalam pengertian seperti diuraikan di atas, kita pun akan pulang dengan berkat dari Tuhan kita. Kita akan diubahkan menjadi manusia baru di dalam Kristus.
.
Catatan akhir
.
Pertanyaan timbul di lubuk hati yang paling dalam! Kapankah HKBP mengajarkan hal itu kepada warga jemaatnya? Pada waktu saya katekisasi pada tahun 1965 di HKBP Balige, sepanjang yang saya ingat, hal itu tidak diajarkan kepada kami. Ketika masa belajar menjadi sintua di HKBP Menteng, memang hal itu diajarkan kepada kami. Tetapi tidak semua sintua memahami makna ibadah minggu itu dalam perspektif yang sudah diuraikan di atas. Bagaimana dengan anggota jemaat? Semoga apa yang dituliskan di sini dapat meneguhkan iman kita, dan memampukan kita menghayati keindahan dan keagungan serta rahasia ibadah kita. Sehingga tidak terlalu gampang untuk mengatakan ibadah HKBP sebagai sesuatu yang monoton! Semoga!
.
by St. Hotman Ch. Siahaan
Penulis adalah sintua di HKBP Menteng, Jl. Jambu 46 Jakarta, dari sejak doli-doli. Sekarang aktif melayani pemuridan (kelompok kecil) untuk para pemuda di beberapa jemaat HKBP di Jakarta, juga di kalangan keluarga. Anggota MPS HKBP dari Distrik XXI periode 2004-2008

Laporan Lengkap Kunjungan ke HKBP Tanjung Priok


Dimulai dari proses kesepakatan meja kotak didekat pos satpam di Galur, semua warrior prince dan warrior princess, mulai yang terdaftar resmi sebagai anggota paduan suara sampai tim penggembira dan tim dokumentasi berkumpul.
.
Akhirnya ada juga 30-an orang yang segera berkonvoi, ada yang menggunakan Kuda Pegasus (alias motor bebek yang gak bebek-bebek amatlah), ada juga yang menggunakan kereta kencana (a.k.a taksi) segera melayang-layang ke Tanjung Priok, dan sampailah di kediaman Kak Monika.

Ternyata, begitu sampe…langsung disuruh makan..hihihi (uenak tenan rek…). Thanks yach Kak Mon…Muach..Dah bisa buka katering tuch.

Selesai makan…langsung buka partitur..dan mangap-mangap latihan koor.

Jam 9, meluncur ke gereja, yang kebetulan di samping rumahnya Kak Monika. (Ya iyalah, wong bokapnya kak Mon itu yang jadi pendetanya..hehehe).

Begitu duduk manis ditempat yang telah disediakan, maka mulailah ada beberapa inang dan amang yang bergereja di HKBP Tanjung Priok..merasa penasaran dengan keberadaan kami, dan mulai bertanya jawab. Bahkan ada lho yang rumahnya deket HKBP Laguboti. Weleh….tak disangka tak diduga..bertemu di daerah perantauan.
.
.
Dan ada satu komentar tak terlupakan bagi para pemuda-pemuda alumni Del khususnya…

“Ganteng-ganteng kalian semua ya..”

Hahaha..kontan lah…pada besar semua kupingnya. (Narsis mode : on)

Komentar lain lagi..

“Jadi udah kerja kalian semuanya?”

“Udah inang.”

“Ohh…bagus lah ya”

(Suara hati terdalam: ya iyalah…anak del gitu loch)

Akhirnya…tiba juga acara puncak…membawakan dua buah lagu…Bersemangat ya…

Dan yang lebih puncaknya lagi..ketika Bang Kocu..sebagai Ketua Panitia Natal maju kedepan memberikan sepatah dua patah tiga patah kata…

Acara diakhiri dengan bersalam-salaman antara alumni Del dengan jemaat setempat..plus diiringi dengan lagu Batak (lupa apa lagunya…pokoknya lagu Batak lah tahe..)

Ditutup dengan acara poto-poto….baik dari tim cuap-cuap (alias paduan suaranya), tim pemegang kotak dan pemberi amplop (alias yang ngumpulin sumbangan), juga tim jeprat-jepret (alias dokumentasi).

Pyuh..walaupun cukup capek..tapi puas bgt…

Apalagi saat membuka amplop sumbangan, bukan masalah besar atau kecilnya sumbangan yang membuat hati ini senang, tapi karena ternyata masih ada juga orang-orang yang mau berbagi bersama kami, untuk membantu adek-adek kami di Tobasa sana. Plus ditambah dengan sumbangan dari Gereja. Wow, it feels amazing.

Sekali lagi, terima kasih banyak ya inang, amang. Kami dari Alumni Del, sangat bersyukur dan berterima kasih atas sumbangannya. Dan seperti yang telah dijanjikan, sumbangan ini akan terus dipantau perihal pengumpulan dan penyalurannya nanti.
.

.
Kami hanya bisa berdoa, semoga Tuhan Yesus yang akan membalaskan kebaikan hati amang dan inang semuanya.

Maleakhi 3:10b

“… dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.“

Cheers

by nataldel200, Gives Back

Kunjungan ke HKBP Menteng

Hari minggu (30 November ‘08), merupakan salah satu hari pembuktian bagi para alumni Del. Hari pembuktian siapa yang bisa bangun pagi. Huehehe… Maklum, sesuai rencana harus sudah siap ditempat (a.k.a HKBP Menteng), sebelum jam 06.00.
.
Untungnya, air di Jakarta ini ndak seperti air di kampus dulu, yang brrrr, dingin bgt. Jam 5, sudah pada sibuk gedebak gedebuk siap-siap. Padahal disaat yang sama, teman-teman kos (nb: yang bukan anak padus) masih terlelap dengan damainya ditemani air liur yang senantiasa mengalir.
.
Tapi, itu semua layak. It’s all worthy for the success of our program.
.
Walaupun ada beberapa yang kesasar, berhubung tidak semuanya mengetahui rute Gereja HKBP Menteng, tapi puji Tuhan, semuanya sampai dengan selamat, tanpa kekurangan sesuatu apa pun.
.
Gereja HKBP Menteng itu kecil dan nyaris tidak keliatan dari jalan kalau itu adalah gereja. Tapi gerejanya cukup elit dan nyaman. Design interior dan eksterior gerejanya bagus bgt. Pendingin ruangan yg terpusat, Pencahayaan yang bagus, ada jg CCTV di dlm ruangan gereja untuk keamanan, punya kantin tersendiri untuk penyediaan coffee break sepulang gereja, ada beberapa pelayan gereja alias OB yang “mengurus” gereja, dan beberapa hal lainnya yang membuat gereja ini beda dari gereja umumnya di kalangan HKBP.
.
Tepat jam enam pagi kami mengikuti kebaktian. Ditengah-tengah acara kebaktian, paduan suara dari Alumni Del menyanyikan dua buah lagu dengan baik. Tidak sia-sia juga malam sebelumnya mereka latihan sampai malam.
.
Khotbah yang disampaikan oleh Amang Pendeta juga sangat baik dan dapat dimengerti dengan mudah oleh jemaat. Beliau menjelaskan bahwa kita sebagai umat Kristen harus seperti Matahari yang selalu bersinar, disiplin (terbit di pagi hari, gak pernah terlambat), Adil (baik kegelapan maupun terang, keduanya disinari), Tidak mau kompromi dengan siapapun, Tidak mengharapkan pujian ataupun balasan dari orang lain, Mengerjakan tugasnya sebaik mungkin yaitu menyinari.
.
Beliau jg mengatakan bahwa kita juga harus bangkit, jangan terpuruk dan menyerah pada keadaan yang ada. Seorang pemenang adalah seorang yang mampu bangkit dari keterpurukannya. Seseorang yang bisa melihat kesempatan di setiap kesulitan atau permasalahan yang dihadapi bukan melihat kesulitan di setiap kesempatan yang ada.
.
Setelah selesai acara kebaktian pagi sekitar jam delapan, para alumni Del dipersilahkan untuk istirahat disamping gereja karena akan ada kebaktian remaja. Kami disuguhkan kue-kue dan minuman berupa kopi dan teh manis. Lumayan juga untuk mengganjal perut, karena gak sempat sarapan sebelum ke gereja, plus rata-rata anak kos (yang tidak terurus dan jauh dari orang tua, hiks). Sambil sarapan, paduan suara latihan ringan untuk persiapan kebaktian kedua jam setengah sepuluh.
.
Kebaktian kedua berlangsung dengan menggunakan bahasa Batak. Kotbah Amang Pendeta juga hampir sama dengan kotbah pada kebaktian pertama. Sama seperti kebaktian pertama, paduan suara Del juga diberi kesempatan untuk memperdengarkan lagu-lagu pujian. Tapi sebelumnya paduan suara Mahasiswa UKI yang diberi kesempatan pertama. Mereka benar-benar bagus dan kelihatan sudah terlatih dengan baik. Itu juga yang menyebabkan nyali beberapa anggota paduan suara Del ciut. Merasa gak pede alias percaya diri untuk nyanyi setelahnya. Alhasil suara paduan suara Del terdengar loyo dan kurang bersemangat.
.
Tapi ada faktor lain juga yang menyebabkannya, disamping karena sudah kelelahan bernyanyi di kebaktian pertama, anggota paduan suara juga baru beberapa kali latihan lagu yang dibawakan pada hari itu. Bahkan ada satu lagu yang baru sehari sebelumnya dilatih. Secara keseluruhan penampilan paduan suara Del sudah cukup baik. Tetap semangat ya teman-teman untuk tetap latihan, apalagi perayaan Natal IA-Del sudah semakin dekat. Lakukanlah semuanya demi kemuliaan nama Tuhan saja (Soli Deo Gloria).
.
Selesai kebaktian kedua kami kembali dilayani dengan sangat baik oleh para pengurus gereja HKBP Menteng. Parhalado dan Majelis gereja mempersilahkan kami untuk menikmati nasi kotak..hehehehe..asyik lumayan menghemat uang makan siang :) Yang membuat suasana lebih bersahabat, Amang Pendeta yang berkhotbah, Pendeta gereja Menteng, parhalado, anggota Majelis gereja dan anggota paduan suara mahasiswa UKI makan bersama-sama dengan kami di samping gereja. Suatu suasana kekeluargaan yang begitu hangat dari sebuah gereja yang notabene tergolong elit. Penyambutan dan pelayanan yang pengurus gereja Menteng berikan sangat baik.
.
Dan satu hal lagi yang membuat kami lebih senang lagi, kami mendapatkan “Tanda Kasih” dari gereja. Bahkan kami mendapatkan lebih dari yang kami perkirakan. Sebelumnya kami tidak mengharapkan adanya pemberian seperti itu dari gereja. Kami mengharapkan adanya sumbangan dari beberapa jemaat yang tergerak hatinya untuk membantu kami dalam pengumpulan dana pada program IA-Del Gives Back. Kami telah menyebarkan brosur kepada jemaat pada saat sebelum masuk kebaktian. Dan Puji Tuhan, kami mendapatkan tambahan dana sebesar lima juta rupiah dari gereja HKBP Menteng. Terimakasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada gereja HKBP Menteng Jalan Jambu atas sumbangan yang diberikan. Biarlah kiranya sumbangan itu menjadi kemuliaan bagi namaNya.
.
Amin
.
Sumber : nataldel200, Gives Back

Senin, 01 Desember 2008

Pesparawi Pertama di Tobasa, Menjalin Kerukunan Umat


Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) yang diikuti oleh seluruh gereja-gereja se-Toba Samosir dilaksanakan di Gedung Serba Guna HKBP Balige, Sabtu (8/11). Pesparawi itu bertujuan untuk memupuk tali persaudaraan, rasa kebersamaan dan ungkapan kasih terhadap Tuhan. Sekaligus menunjukkan potensi seni suara menyanyikan lagu rohani.

Perparawi Toba Samosir mengadakan tujuh jenis kegiatan, yang diperlombakan, antara lain Paduan Suara Dewasa, Paduan Suara Anak-anak, Vocal Group, Solis Remaja Putra, Solis Remaja Putri, Solis Anak dan Cerdas Cermat Alkitab. Dalam Pesparawi itu memperebutkan Trofi dan Bantuan Dana Pembinaan.

Susunan Kepanitiaan melalui Surat Keputusan Ketua Umum LPPD Kabupaten Toba Samosir No.01 Tahun 2008, Ketua Panitia Pelaksana St Mangapul Siahaan,SSi, Sekretaris Gugus HP Simanjuntak, SE, Bendahara St SH Pardede, dan dibantu wakil-wakil Ketua, Wakil-wakil sekretaris, dan seksi-seksi yang kesemuanya merupakan satu kesatuan untuk suksesnya Pesparawi Toba Samosir. Pelindung adalah Bupati Toba Samosir dan seluruh unsur Pimpinan Daerah Toba Samosir.

Dalam acara pembukaan, Bupati Toba Samosir Monang Sitorus mengatakan bahwa sangat perlu mempersatukan seluruh umat gereja. Melalui kegiatan pesparawi merupakan salah satu wadah yang dapat mempersatukan seluruh umat Kristen di Tobasa. Sehingga Kabupaten Toba Samosir menjadi Kabupaten yang religius dan mendapat berkat dari Tuhan.

Ditambahkannya lagi bahwa keterpaduan suara yang dikumandangkan mencitrakan kebersamaan antara semua anggota paduan suara. Jika hal itu sudah terjadi maka tidak ada lagi sifat-sifat negatif yang terjadi. Tidak perlu ada seorang wakil kepala sekolah yang berambisi untuk menjadi kepala sekolah sehingga menempuh cara yang tidak sehat.

Seperti mencari-cari kesalahan kepala sekolah, atau berusaha menggulingkan kepala sekolah agar sang wakil segera menggantikan posisi kepala sekolah. "Kalau mau mencapai karir ada aturannya, mari berlomba meraih prestasi secara positif dan berdoa kepada Tuhan," ujar Monang.

Ketua Dewan Juri Pesparawi Tobasa tahun 2008 Prof DR Mauli Purba, MA, mengatakan, puluhan tahun lalu orang batak identik dengan bernyanyi.

Namun, terakhir berdasarkan data yang ada di Sumut prestasi bernyanyi orang Batak sudah berada dibawah prestasi orang yang berada di Indonesia bagian timur. Meski demikian kini kembali hadir beberapa grup paduan suara di Medan yang sudah berkiprah sampai ke Beijing dan tingkat internasional. Menurut Mauli, salah satu kendala bagi orang Batak dalam hal paduan suara adalah soal manejemen.
.
Orang Batak dinilai lebih suka menempuh cara yang instant dan lebih gampang. Dengan istilah yang sering didengar adalah nga boi bei, napenting roha i do (sudah cukup bagus, yang penting hati yang tulus).
.
Padahal untuk paduan suara harus dilakukan dengan teliti dan dengan disiplin yang tinggi. Sangat perlu melibatkan beberapa pakar musik untuk kegiatan seperti Pesparawi agar dapat mencapai kemajuan dan perkembangan prestasi yang maksimal. Perlu ada work shop menyanyi di Tobasa, karena paling sedikit ada tiga paduan suara di setiap gereja.

"Menyanyilah dengan bebas, enak dan dari hati yang sungguh-sungguh, jangan menyanyi dengan keterpaksaan," ujar Mauli.

Ketua Panitia Pelaksana St Mangapul Siahaan SSi didampingi Sekretaris Gugus HP Simanjuntak, SE, Bendahara St SH Pardede Humas Jhonson Siahaan mengumumkan juara lomba Pesparawi, sebagai juara umum diraih oleh Kecamatan Balige. Para Juara Pesparawi mendapatkan Piala Uspida Tobasa. lam
.
Sumber : Batak Pos

27 Desember, Perayaan Natal Bersama Umat Kristen Sumatera Utara 2008 Diselenggarakan di Siborongborong

Pimpinan-pimpinan Gereja-Gereja di Medan yang tergabung dalam Forum Komunikasi dan Konsultasi Gereja-Gereja Sumatera Utara (FKKGSU) telah sepakat dengan DR GM Panggabean untuk menyelenggarakan Perayaan Natal Bersama Umat Kristen Sumatera Utara tahun 2008, di Siborongborong Tapanuli Utara pada tanggal 27 Desember 2008 (Sabtu). Pada tahun lalu diselenggarakan di Stadion Teladan Medan dihadiri sekitar seratus ribu umat Kristen.
.
Kesepakatan itu dibuat dalam suatu pertemuan di Kantor Harian SIB yang dihadiri pimpinan-pimpinan Gereja, tokoh-tokoh masyarakat dan Pak GM sendiri didampingi Ir GM Chandra Panggabean.
.
Pemilihan Kota Siborongborong sebagai tempat penyelenggaraan Natal Umat Kristen 2008 ini, mengacu kepada kesepakatan Panitia Natal 2007 yang lalu, yaitu setiap tahun penyelenggaraannya dilakukan berpindah-pindah tempat di Sumatera Utara, bahkan kalau Tuhan mengizinkan satu waktu pun boleh diselenggarakan di P Siantar atau di Nias atau Nias Selatan.
.
Siborongborong dianggap ideal, sebagai sentral dari beberapa kabupaten/kota di Tapanuli, mempunyai bandar udara, beberapa hotel dan dari Medan pun tidak terlalu jauh kalau melalui jalan pintas Medan-Sidikalang-Tele-Doloksanggul-Siborongborong. Dan Siborongborong telah ditetapkan sebagai calon ibukota Propinsi Tapanuli.
Panitia Diketuai Ir GM Chandra Panggabean
.
Pada pertemuan kemaren, Ketua Umum FKKGSU yang juga Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Wilayah Sumut Pdt WTP Simarmata MA menerangkan kepada Pak GM, bahwa hari Senin (20/8-08), telah dibentuk Panitia Perayaan Natal Bersama Umat Kristen Sumatera Utara tahun 2008.
.
Sebagai Ketua Umum Panitia dipercayakan kembali kepada Ir GM Chandra Panggabean yang dinilai telah sukses luar biasa menyelenggarakan perayaan Natal Umat Kristen Sumatera Utara di Stadion Teladan Medan, waktu itu dihadiri sekitar seratus ribu umat Kristen.
.
“FKKGSU menilai perayaan Natal Bersama Umat Kristen Sumatera Utara yang pertama tahun lalu sangat sukses, makanya kita rapat tadi malam dan sepakat mengundang kesediaan Pak Chandra Panggabean untuk kembali menjadi Ketua Panitia Natal tahun 2008 ini. Kita berharap Natal tahun ini pun bisa sukses dan menjadi kemuliaan bagi nama Tuhan,” kata WTP kepada Pak GM.
.
Kepada Ir GM Chandra Panggabean dan Pdt DR Elim Simamora sebagai Sekum, dipercayakan sepenuhnya menyusun pengurus panitia. “Sebelum kami melangkah lebih jauh, maka kami hari ini datang menemui Pak GM meminta saran-saran,” kata Pdt WTP Simarmata.
.
Tema Natal
.
Menurut Pendeta WTP Simarmata, secara nasional PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) dan KWI (Konferensi Wali Gereja Indonesia) serta gereja aras nasional telah menyepakati tema Natal yang diambil dari Roma 12;18, Hiduplah Dalam Perdamaian dengan Semua Orang.
.
“Menurut hemat kami tema ini sangat pas karena saat ini kita membutuhkan suasana kerukunan dan kedamaian di mana konteks bangsa kita mengalami dua situasi yakni kemiskinan dan kemajemukan. Jadi kemiskinan bisa membuat tidak damai dan kemajemukan bisa membuat tidak damai. Kemajemukan kalau tidak dirawat dengan baik bisa membuat tidak damai.
.
PGI dan pimpinan gereja-gereja Aras Nasional Protestan dan KWI telah mengirimkan tema itu kepada Dirjen Bimas Kristen Protestan agar mengumumkan tema itu kepada seluruh umat Kristen di Indonesia untuk dijadikan tema Natal tahun 2008.
.
Sambut Baik
.
DR GM Panggabean sebagai pemrakarsa penyelenggaraan Natal Bersama Umat Kristen Sumatera Utara yang didukung oleh Gereja dan tokoh-tokoh adat/budaya pada tahun 2007 yang lalu, menyatakan menyambut baik penyelenggaraan Natal Umat Kristen Sumut di Siborongborong tahun 2008 ini.
.
Untuk itu dia berterimakasih kepada FKKGSU, semoga pada tahun-tahun seterusnya pun perayaan Natal seperti itu akan dapat diselenggarakan berkelanjutan setiap tahun. Ia pun mendukung tempat perayaan Natal 2008 ini diselenggarakan di Siborongborong, sebagai suatu upaya untuk memajukan Tapanuli dan secara khusus untuk memajukan wisata rohani di daerah tersebut.
.
Kepada Panitia disarankannya, walaupun kita mengandalkan pertolongan Tuhan, namun Tuhan pun memberi kecerdasan kepada kita, untuk dapat membuat kajian-kajian agar dapat membuat persiapan-persiapan yang sebaik-baiknya demi suksesnya perayaan itu, untuk kemuliaan nama Tuhan dan sukacita bagi umat Kristen di Sumatera Utara.
.
Pak GM juga kagum atas pemilihan tema Natal tahun ini, yaitu : Hiduplah dalam Perdamaian Dengan Semua Orang. Maknanya sangat dalam.
.
Pada kesempatan itu Pak GM mengungkapkan, bahwa menurut rencana dia dan keluarga seyogianya akan liburan Natal dan Tahun Baru di Australia, di mana sekarang seorang cucunya melanjut studi di salah satu universitas, namun karena adanya rencana perayaan Natal ini yang waktunya bersamaan, mungkin kami ke sana bulan November saja, katanya.
.
Pak GM yakin, sebagaimana pada perayaan Natal 2007, semua Bupati/Walikota di Sumatera Utara pro aktif berpartisipasi mengerahkan dan membiayai massa dari daerah masing-masing ke Stadion Teladan Medan, pada perayaan Natal 2008 ini pun, mudah-mudahan para Bupati/Walikota se-Sumut masih akan berkenan melakukan kebijakan yang sama.
.
Disarankannya supaya Panitia seperti tahun lalu, dapat bergerak cepat mengadakan pendekatan-pendekatan kepada semua pihak, terutama kepada para Bupati/Walikota yang ada di Tapanuli. Demikian juga supaya panitia melaporkan rencana besar ini kepada Pak Gubernur H Syamsul Arifin SE dan kepada Muspida lainnya.
.
Pak GM yakin, perayaan Natal Bersama Umat Kristen Sumatera Utara tahun 2008 ini akan bisa terlaksana dengan sukses. Ir GM Chandra Panggabean menginformasikan, Kamis besok, Panitia akan segera berangkat ke Tapanuli untuk bertemu dengan Bupati Tapanuli Utara Torang Lumbantobing, juga dengan bupati-bupati lainnya.
.
Pamit Pindah Tugas ke Jogya
.
Pada kesempatan itu, Praeses HKBP Distrik XXIII Langkat Pdt Monang Silaban STh, mohon pamit kepada Pak GM karena akan bertugas di Yogyakarta. “Saya tidak bisa melanjutkan perjuangan HKBP Binjai Baru karena dimutasi ke Yogyakarta. Tapi, bukan berarti perjuangan itu akan terhenti. Semoga Praeses yang baru dapat melanjutkannya,” tuturnya.
.
Pdt Silaban juga menyampaikan terimakasih kepada Pak GM yang dipanggilnya akrab Oppung, yang telah memberikan dukungan baik moril maupun pemberitaan dalam perjuangan mempertahankan gereja HKBP Binjai Baru yang sempat mau dibongkar kelompok tertentu. Waktu umat Kristen mau demo mempertahankan Gereja tersebut, “Oppung bilang akan mendukung jika aksi yang dilakukan aksi damai. Karena itu aksi damai dengan 4000-an massa benar-benar berlangsung damai,” ucapnya seraya menambahkan, di tempat tugasnya yang baru, ia akan mengenang perjuangan Pak GM untuk HKBP Binjai Baru.
.
DOA
.
Pertemuan itu ditutup dalam doa dipimpin Pdt Lukas Timotheus STh MA. Dalam doanya, ia bersyukur kita boleh hidup kita boleh ada, itu semua karena kasih karunia Tuhan. Ia juga bersyukur FKKGSU dan rombongan bisa bertemu dengan Bapak GM Panggabean, dan itu semua karena pertolongan Tuhan. Karena kerendahan hati Pak GM maka di tengah kesibukannya beliau menerima FKKGSU dan rombongan.
.
Secara khusus, Pdt Lukas juga mendoakan panitia yang akan dibentuk oleh Chandra Panggabean, dan Pdt Elim. Ia mendoakan kalau tahun lalu panitia telah merasakan pertolongan Tuhan membuat perayaan Natal sukses sebagai mujizat Tuhan, biarlah dalam kepanitiaan tahun ini, sekali lagi panitia tidak mengandalkan kekuatannya sendiri. Tapi, secara khusus kami datang di kaki Tuhan. Kami tahu, pada zaman nabi-nabi dan hamba-hamba Tuhan dan pada waktu Daud sebagai raja, apa pun yang dia alami Daud tidak mengandalkan kekuatan manusianya. Demikianlah kami sebagai umat Tuhan, sebagai panitia yang sedang akan dibentuk, kami mohon kuasa Allah, pewahyuan, kuasa Roh Kudus selalu menguasai hati dan pikiran kami.
.
Pdt Lukas pun mendoakan tempat perayaan Natal di Kota Siborong-borong. Ia bermohon mulai hari ini Tuhan mengkuduskan tempat itu dan kami percaya kalau tempat itu telah kami doakan akan banyak jiwa-jiwa bahkan umat Kristiani dari berbagai tempat akan datang untuk secara bersama-sama merayakan hari kelahiran Yesus Kristus.
.
Ia juga berdoa untuk SIB yang akan mempublikasikan perayaan Natal ini sampai ke daerah-daerah. Kiranya Tuhan memberkati SIB sehingga apapun yang dilakukan untuk kemuliaan Tuhan. Pdt Lukas juga berdoa untuk kesehatan Pak GM Panggabean, dan ibu dan keluarga.
.
Rombongan Ketua Umum FKKGSU Pdt WTP Simarmata, MA saat menemui sesepuh masyarakat Kristen Sumut DR GM Panggabean di Kantor Harian SIB Jalan Brigjen Katamso Medan, Selasa (21/10), terdiri dari perwakilan unsur pimpinan gereja lintas denominasi yang tergabung dalam FKKGSU antara lain Ketua Umum Pdt WTP Simarmata MA, Sekum Pdt Dr Elim Simamora, Pdt Lukas Timotheus STh, MA, Pdt DL Simatupang, Pastor Joddy Turnip dan Hubertus Lumban dari unsur Khatolik, Pdt Paul F Wakkary dari PGPI Sumut, Bishop GPP Pdt DR JH Manurung dan Pdt M Silaban STh, Praeses HKBP Distrik Langkat.
.
Selain tokoh gereja, pertemuan itu juga dihadiri anggota DPRD Sumut Ir GM Chandra Panggabean yang mendampingi Pak GM, Drs Panyabar Nakhe asal Nias Selatan, anggota DPRD Sumut Rinawati Sianturi, Dr Binsar Situmorang MSi, Nurdin P Manurung, Ir Hasudungan Butar-Butar MSi dan Jumongkas Hutagaol.
.
Sumber : Sinar Indonesia Baru

11 Desember, PWI Siantar-Simalungun Rayakan Natal di Gereja HKBP Jalan Sangnawaluh Siantar

Wartawan Siantar-Simalungun yang tergabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Perwakilan Siantar-Simalungun, tanggal 11 Desember 2008 akan merayakan natal bersama di Gereja HKBP Jalan Sangnawaluh Siantar. Kotbah dibawakan Pdt Darwin Lumban Tobing yang juga Ketua STT HKBP Pematangsiantar.
.
Tema Natal adalah ‘Hendaklah Saling Mengasihi Sebagai Keluarga’ yang diambil dari Roma 12:10a. Sub Thema adalah "Dengan Perayaan Natal, Kita Saling Mendorong dan Membangun Untuk Berbuat Baik".

Ketua Panitia Natal, Larham Simare-mare didampingi Sekretaris Janes Silaban SP dan Roida Br Siahaan, Minggu (23/11) mengatakan, latar belakang pelaksanaan natal PWI, karena wartawan percaya bahwa Yesus Kristus yang telah lahir 2000 tahun yang silam.

Lebih dari itu, katanya, wartawan telah merasakan roh kudus menjadi pemimpin dan penolong dalam kehidupan sehar-hari. Sebagai lembaga pers nasional, bebas dan bertanggungjawab, tentunya sudah menjadi kewajiban untuk menyembah-Nya agar tugas jurnalistik dapat berjalan dengan baik.

"Kita harapkan, dengan semangat natal, seluruh insan pers dapat melakukan fungsinya, yakni sebagai kontrol sosial bagi masyarakat dan sebagai penyampai aspirasi masyarakat. Keberadaan PWI sangat berarti kepada masyarakat khususnya di Siantar-Simalungun. Untuk itu, mari kita mendukung perayaan natal ini supaya rasa persaudaraan sesama wartawan tetap terjalin," harap mereka. (nik)
.
Sumber : Metro Siantar

Chorus of the Hebrew Slaves - Koor Marturia HKBP Tebet


.
Sai tu Ho do di ra nap rohangku
ale tano sambulonni tondingku
Ho do huta na sun hi na uli
Ditongani tombak mansai suhi
Molo hundul di topi ni aek Jordan
sai hutatap tu Sion inganan na sonang i
O, sugari marhabong tondingku
Habangma au tu Ho haporusan ki..

R: Marsaringar sarune na ro bi disi
Tung hohom do sude hu maliang
Sai marsurak ma ho baritahon ma i
Tu sude bangso ditanoon

O Jerusalem na badia,
Sai pamalum holsoni rohangku,
jalo ma ende nami ale Debata
Sai tangihon nang tangiang nami on

Ref.

Sai tangihon tangiang nami on 2x
Sai tangihon Tuhan!

DPW PPRN Sumut Bantu Gereja HKBP Melati


Dewan Perwakilan Wilayah Partai Peduli Rakyat Nasional Sumatera Utara dibawah pimpinan Drs P Nurdin Manurung melakukan bakti sosial dengan merehab Gereja HKBP Melati di jalan Gaharu I No 125 Medan (11/11). “kepedulian ini adalah salah satu wujud nyata Partai PPRN sebagai partai yang peduli kepada rakyat” ujar Drs P Nurdin Manurung kepada seluruh jemaah Gereja HKBP Melati saat memberikan kata sambutan.
.
“Saya melihat dan saya harus membantu Gereja HKBP melati ini, karena gereja ini sering tergenang air hujan, sehingga aktivitas beribadah pun terganggu, dengan inilah kami memberi bantuan untuk meringankan beban renovasi Gereja” ujar Nurdin Manurung yang peduli dengan rakyat Sumatera utara dan juga caleg No I DPRD SU dari Dapem Medan.
.
Dalam kesempatan yang sama ketua panitia pengumpulan dana Gereja HKBP Melati A Pea SE mengatakan bahwa seluruh jamaah mengucapkan terima kasih kepada Partai PPRN yang betul betul peduli kepada rakyat , jamaah salut dan terharu pada PPRN yang betul berbuat untuk kepentingan Rakyat.
.
Pemberian bantuan dilakukan oleh oleh Drs P Nurdin Manurung diikuti pengurus DPW PPRN Sumut dan Wakil Ketua DPW PPRN SU Japansen Sinaga SH MHum dan DPD PPRN Medan bersama beberapa caleg PPRN. Sebagai ungkapan terima kasih para jemaah terlihat antusias memberikan cendramata dengan cara mengulosi ketua DPW PPRN Sumut yang juga caleg DPRDSU dengan No 1 untuk dapem kota Medan.
.
Sumber : PPHE Green Media

HKBP Kernolong Merayakan UlangTahun Ke-89

Sekelumit Sejarah HKBP Jakarta
.
Pendahuluan
.
Gereja HKBP Kernolong Ressort Jakarta (dulu disebut HKBP Jakarta Ressort Jakarta) adalah gereja HKBP pertama di luar Sumatera. Pada awal abad ke XX terjadi migrasi besar-besaran ke luar Tapanuli terutama ke Sumatera Timur. Karena pendidikan formal yang telah pernah mereka peroleh, maka orang-orang Batak tidak sulit untuk mendapat pekerjaan sebagai tenaga buruh atau pegawai di perkebunan, di perusahaan-perusahaan maupun di kantor-kantor swasta dan pemerintah. Hal itu lebih mendorong lagi terjadinya mobilitas sosial di kalangan masyarakat Batak baik secara horizontal maupun vertical.
.
Masyarakat Batak kemudian berlomba-lomba untuk menyekolahkan anak-anaknya. Semakin lama daerah perantauan orang Batak semakin meluas. Mulailah orang Batak pergi merantau ke Semenanjung Malaya dan juga ke pulau Jawa.
.
Perintis HKBP di Jakarta
.
Dengan selesainya Perang Batak pada tahun 1907 hubungan komunikasi antara Tapanuli dan dunia luar semakin lancar. Demikianlah pada awal abad ke XX mulailah datang beberapa pemuda Batak Kristen merantau ke Jakarta yang pada waktu itu masih disebut Batavia.
.
Salah seorang pemuda Batak Kristen yang pertama datang merantau ke Jakarta tepatnya tahun 1907 ialah Simon Hasibuan, seorang tamatan Seminari Pansurnapitu. Oleh karena Pemuda Kristen Batak jumlahnya masih sedikit dan kebaktian berbahasa Batak belum ada maka mereka menumpang ke jemaat-jemaat yang ada di Jakarta. Akan tetapi jumlah pemuda Batak itu setiap tahun semakin bertambah.
.
Menurut F. Harahap dan M. Nababan yang sudah berada di Jakarta sejak tahun 1910-an, pada tahun 1917 sudah ada di Jakarta lebih kurang 30 orang Batak yang beragama Kristen. Lima diantaranya sudah berkeluarga, sedangkan yang lainnya adalah pelajar di Ambach School (Sekolah Tehnik) di Kampung Jawa Kota dan Perawat di RS Salemba dan RS PGI Cikini yang sekarang. Sebagian besar dari mereka tinggal di Sawah Besar.
.
Karena belum adanya jemaat Batak, maka para pemuda ini bergerejanya berganti-ganti dari satu jemaat ke jemaat yang lain, yaitu: Indische Kerk (Gereja Protestan di Indonesia), Gereformeerde Kerk (Gereja Kristen Indonesia), Gereja Methodis dan Gereja Katolik.
.
Dari sekilan banyak jemaat di Jakarta, jemaat Kwitang-lah yang lebih sering didatangi oleh para pemuda Batak. Ds. L. Tiemersma sebagai pendeta jemaat Gereformeerde Kerk (Gereja Kristen Indonesia) sangat gigih memberikan pelayanan kepada orang Batak Kristen meskipun ada larangan dari Pemerintah Hindai Belanda. Pada tahun 1917 Ds. L. Tiemersma meminta agar para pemuda Batak menghadiri kebaktian di jemaat mereka di Hollands Cinesche School di Gang Chasse disamping rumah Ds.L. Tiemersma. Kebaktian dilakukan bersama-sama dengan orang Tonghoa, Ambon, Menado, dan Jawa di dalam bahasa Melayu. Ds.L. Tiemersma sangat suka bilamana mendengarkan para orang Batak tadi menyanyikan koor lengkap dengan empat suara. Setelah kebaktian berlangsung 4 bulan lamanya, pada tanggal 10 Oktober 1917 Ds. L. Tiemersma bersama dengan Guru F. Harahap memprakarsai untuk menyewa tiga buah rumah, satu untuk ditempati Guru F. Harahap dan dua lagi untuk ditempati pemuda Batak lainnya. Sewa ketiga rumah tersebut ditanggung oleh Gereja Kwitang. Letak rumah yang disewa tersebut di perbatasan Sawah Besar dan Kebun Jeruk No.18.
.
Surat Keliling Immanuel
.
Tidak lama kemudian dimuat pemberitahuan dalam “Surat Keliling Immanuel” yang dicetak di Laguboti. Pemberitahuan yang merupakan iklan itu berbunyi:
.
Boa-Boa
.
Manang ise sian hamoe ama manang ina,
na naeng marsoeroe ianakkonmoena toe Betawi,
parsikkola manang mandjalahi karedjo,
asa torang diboto hamoe baritana,
tu ahoe ma ibana di soeroe ro.
Alamathoe: F. Harahap, tinggal di perbatasan ni
Sawah Besar dohot Keboen Djeroek No. 18 Betawi
.
Sesudah pengumuman tersebut beredar maka berdatanganlah para pemuda Batak Kristen ke Jakarta, dua atau tiga orang setiap bulan. Pada umumnya para pemuda ini cukup rajin datang ke gereja, karena disamping ingin menghadiri kebaktian, mereka ingin juga saling bertemu satu dengan yang lain. Lama kelamaan jumlah orang Batak di Jakarta pun makin banyak. Beberapa diantaranya ada yang dapat berbahasa Belanda dan Melayu (Indonesia), tetapi lebih banyak pemuda Batak tersebut yang praktis hanya menguasai bahasa Batak. Oleh karenanya wajarlah kalau beberapa dari orang Batak meminta supaya diadakan saja kebaktian berbahasa Batak agar mereka dapat memahami khotbah-khotbah yang disampaikan. Permintaan ini disampaikan kepada Ds.L. Tiemersma yang kemudian menyetujuinya.
.
Kebaktian Berbahasa Batak Yang Pertama
.
Keinginan untuk melakukan kebaktian ber-bahasa Batak tersebut akhirnya terwujud dengan suasana yang baik pada tanggal 20 September 1919 – tanggal inilah yang oleh rapat panitia ulang tahun ke-89 dan majelis ditetapkan menjadi hari lahirnya HKBP Kernolong Ressort Jakarta. Kebaktian ber-bahasa Batak ini dipimpin oleh Guru S. Hasibuan, F, Harahap dan Sutan Harahap. Anggota jemaat sementara sudah mencapai 50 0rang. Diantaranya terdapat Merari Siregar, salah satu pelopor Bahasa Indonesia yang kemudian terkenal dengan bukunya: Azab dan Sengsara. Karena kebutuhan akan pelayanan yang lebih baik maka diputuskan untuk meminta ke HKBP Pusat di Tarutung untuk mengutus seorang pendeta yang dapat menjadi pelayan penuh di Huria Kristen Batak di Jakarta. Pada bulan Maret 1922 tibalah di Jakarta dari Sipirok Pdt. Mulia Nainggolan beserta keluarga (isteri dan tiga orang anak).
.
Usaha-Usaha untuk membangun Gereja HKBP pertama di Jakarta
.
Pada tahun 1927 Pdt. Mulia Nainggolan memasuki masa pensiun, dan yang menggantikan beliau adalah Pdt. Peter Tambunan, ayahanda dari Dr. A.M. Tambunan, bekas Menteri Sosial RI. Begitu datang ke Jakarta maka Pdt. Peter Tambunan memberitahukan kepada jemaat tekadnya untuk mendirikan gedung gereja milik HKBP. Selanjutnya dengan tidak kenal lelah Pdt. Peter Tambunan berusaha agar semua anggota jemaat ikut serta memikirkannya. Dengan bantuan Ny. Ds. Gouw Khiam Kiet yang memberikan bantuan F.500 jemaat yang dipimpin Pdt. Peter Tambunan melakukan cara-cara pengumpulan dana sbb:
.
- para pekerja kantor mengedarkan inteekenlijst di kantor masing-masing
- para pemuda dan pelajar mengedarkan di luar
- pendeta dan para penetua (sintua) mengumpulkan uang di kalangan orang-orang terkemuka dan jemaat-jemaat di Jakarta serta sekitarnya.
- Gaji dari para pekerja masing-masing dipotong tiap bulan 25 %.

Dalam pada itu diminta juga bantuan dari Zending Consul Dr. Slotemaker de Bruine dan Mr. Van Helsdingen (anggota kehormatan panitia pembangunan gereja). Demikianlah maka berkat bantuan ke-tiga tokoh dan bantuan yang cukup banyak dari GKI Kwitang terkumpullah uang sebanyak F.10.000. Disamping itu diadakan juga kolekte khusus di tanah Batak untuk menambah biaya yang sudah terkumpul.
.
Sesudah uang itu tersedia, maka Pdt. Peter Tambunan mengutus J.K. Panggabean, E. Sutan Harahap dan St. Henok Silitonga menghadap Burgemeester (walikota), meminta tempat gereja yang akan di bangun itu. Tanah yang diberikan ialah tanah di Gang Kernolong 37 di tempat gereja HKBP sekarang ini berdiri. Adapun aannemer (pemborong) yang banyak memberikan bantuannya membangun gedung gereja Kernolong ialah almarhum J.M. Sitinjak dari jalan Muria Menteng salah seorang tokoh lama di Jakarta.
.
Peletakan Batu Pertama Gereja HKBP Kernolong
.
Peletakan batu pertama pembangunan gereja HKBP Kernolong dilakukan pada tanggal 21 Nopember 1931, yang dilakukan oleh isteri Walikota Batavia yaitu Nyonya De Jonge didampingi Ny. Nelly Harahap. Kurang lebih setengah tahun kemudian, yakni pada tanggal 8 Mei 1932 gedung gereja yang diidamkan itupun selesai di bangun. Acara pembukaan gedung gereja dihadiri oleh Gubernur Jenderal, Walikota, Kepala Polisi, Kepala Departemen Keungan, Kepala Departemen Kesehatan, Kepala Departemen Pendidikan dan Agama, para pemimpin sekolah-sekolah Kristen, demikian juga utusan dari berbagai gereja di Jakarta. HKBP Pusat diwakili oleh Pdt. Edward Muller.
.
Renovasi Gereja
.
Pada tahun 1979 majelis mulai memikirkan kemungkinan pembangunan gereja yang baru namun karena terbatasnya biaya pembangunan tersebut belum bisa terlaksana, yang dapat diperbaiki hanya pagar gereja. Baru pada tahun 1986 gereja HKBP Kernolong dapat melakukan pembangunan dengan merobohkan gereja yang dibangun tahun 1931. Dengan menggantungkan harapan sepenuhnya kepada pengasihan Tuhan Yesus Kristus, Panitia melakukan tugasnya selama lima (5) tahun dan gedung gereja yang baru telah berdiri seperti sekarang ini, terdiri dari ruang ibadah di lt 2 (ada juga balkon) dan ruang Serba Guna yang disewakan untuk pesta dan pertemuan-pertemuan lainnya. Pada hari Minggu, 10 Maret 1991 dilaksanakan penahbiasan/peresmian gedung gereja HKBP Kernolong oleh Ephorus HKBP Pdt. Dr. S.A.E. Nababan.
.
Para pendeta yang pernah melayani HKBP Ressort Jakarta (Jakarta Kalimantan):
.
1. Pdt. Mulia Nainggolan : 1922 – 1927
2. Pdt. Peter Tambunan : 1928 – 1939
3. Pdt. Melanthon Pakpahan : 1939 – 1951
4. Pdt. Kondar Simatupang : 1951 – 1960
5. Pdt. Alfred Silitonga : 1960 – 1971
6. Pdt. P.W.T. Simanjuntak, STh : 1971 – 1974
7. Pdt. T.P. Hutagalung :
8. Pdt. A.B. Siahaan : 1974 – 1976
9. Pdt. B. Napitupulu : 1976 – 1980
10. Pdt. H.D. Sidabutar, STh : 1980 – 1984
11. Pdt. E.J.P. Sihombing, STh : 1984 – 1988
12. Pdt. D.M.T. Hutagalung, STh : 1988 – 1993
13. Pdt. K. Simaibang, STh : 1993 – 1997
14. Pdt. M.K.H. Sirait, STh : 1997 – 1999
15. Pdt. Rafles Lumban Raja, STh : 1999 – 2003
16. Pdt. P.M.H. Simangunsong, SMTh : 2003 – 2007
17. Pdt. Sabar PD. Simanungkalit : 2007 – sekarang
.
Pendeta lain yang pernah diperbantukan di HKBP Ressort Jakarta:
.
1. Pdt. H. Surtan Marpaung, STh
2. Pdt. Alboin Simanungkalit, STh
3. Pdt. S. Pasaribu
4. Pdt. D. Simangunsong
5. Pdt. Taksir Sidabutar, STh
6. Pdt. D. Hasibuan
7. Pdt. E. G. Simanjuntak
8. Pdt. Agus Dasa Silitonga (sekarang)
.
Para Sintua, Guru Huria, Bibelvrow dan Pendeta yang pernah melayani sebagai Guru Huria di HKBP Kernolong:
.
1. Gr. P.W. Situmeang : 1951 – 1954
2. St. M. Silitonga : 1959 – 1979
3. St. T. Simatupang : 1979 – 1981
4. St. G. Siregar : 1981 – 1983
5. Gr. A. Siahaan : 1981 – 1983
6. Gr. D.S. Turnip : 1987 – 1990
7. Gr. Hotler Sitompul : 1990 – 1994
8. Gr. N.W. Bancin : 1994 – 1998
9. Biv. S. br. Sitorus : 1998 – 2001
10. Pdt. R.T.L. br. Purba : 2001 - 2005
.
HKBP Kernolong Ressort Jakarta Saat ini
.
Perkembangan dan pengembangan kota Jakarta yang terus maju membuat jemaat gereja HKBP Kernolong semakin berkurang, dan perlu diketahui saat ini seperempat dari jumlah keluarga anggota jemaat HKBP Kernolong adalah na mabalu (tercatat HKBP Kernolong 400 KK). Perlu juga diketahui dari 400 KK tersebut tidak banyak lagi yang bertempat tinggal di lingkungan gereja tetapi sudah tersebar di Jakarta Pusat, bahkan di luarnya (Parserahan). Walaupun demikian, HKBP Kernolong tetap melakukan pelayanannya yaitu Tri Tugas Panggilan Gereja (Koinonia, Marturia dan Diakonia) dengan segala kekuatan yang dimilikinya. Status sebagai Gereja tua tidak membuatnya menjadi bermalas-malasan, apa yang dapat dilakukan untuk kemuliaan Tuhan akan terus dilakukan.
.
Perayaan Ulang Tahun ke-89 dan Pesta Huria tahun 2oo8
.
HKBP Kernolong yang berulang tahun ke-89 pada tanggal 20 September melakukan puncak perayaan pada Hari Minggu tanggal 16 Nopember 2008. Diharapkan untuk ulangtahun ke-90 tahun depan dapat dilakukan di bulan September. Pada perayaan tahun ini berbagai kegiatan dilakukan antara lain:
.
- Fashion Show untuk anak-anak sekolah minggu
- Lomba bercerita untuk sekolah minggu dan remaja
- Lomba Solo Vocal untuk sekolah minggu, remaja dan dewasa
- Lomba Paduan Suara antar weik
- Lomba Tenis Meja putra/putri, dan
- Lomba catur putra.
.
Pada puncak acara tanggal 16 Nopember 2008 dilakukan Ibadah Ucapan Syukur yang dipimpin Pdt. SPD. Simanungkalit (pendeta HKBP Ressort Jakarta) dan dilanjutkan perayaannya di Gedung Serbaguna sekaligus mengumpulkan dana untuk membiayai program dari Gereja HKBP Kernolong (khususnya program seksi-seksi).
.
Penutup
.
Tuhan Yesus, Raja Gereja, kiranya memberkati gerejaNya (jemaat dan majelisnya) untuk lebih meningkatkan pelayanannya di tengah-tengah dunia ini. HKBP Kernolong Ressort Jakarta, suatu ketika mungkin engkau tinggal hanya bangunan yang bersejaran yang berdiri megah karena jemaatmu sudah tersebar. Namun demikian engkau telah melakukan hal yang luar biasa untuk kemuliaan Tuhan dan selama masih ada waktu dan kesempatan tetaplah lakukan tugas panggilanmu, sebab pada waktunya semua yang di kolong langit ini akan mengalami hal yang sama. Semua akan kembali kepada penciptaNya. HKBP Kernolong kami mencintaimu, jadilah menjadi jemaat / gereja yang “Small but beautiful”.
.
Tuhan Yesus Kristus memberkati.
.
by Pdt. Agus Dasa Silitonga

Lebih Dari 700 Juta Kerugian Jemaat Akibat Banjir di Asahan Labuhan Batu

Meluapnya sungai Kualuh pada akhir Oktober lalu menyebabkan banjir besar di sepanjang sungai di Asahan Labuhan Batu.
.
Ada 5 HKBP di sepanjang sungai tersebut yang terkena banjir antara lain HKBP Lumban Hariara Res Huta Baru (120 jiwa), HKBP Aek Natas Res Huta Baru (145 jiwa), HKBP Lumban Baringin Res Huta Baru (155 jiwa), HKBP Tapian Nauli Res Pardomuan Nauli (102 Jiwa) dan HKBP Sei Paranginan Res . Pardomuan Nauli (135 Jiwa).
.
Tidak ada korban jiwa pada banjir tersebut, namun jebolnya tanggul di Desa Sialah Taji ke Kualuh Selatan Labuhan Batu ini, mengakibatkan kerugian besar bagi jemaat. Sawah, ladang dan ternak tidak bisa lagi dipanen karena terendam banjir. Seluas 127 Ha sawah dan 29 ladang jemaat resort Huta Baru tidak dapat lagi dipanen. Sehingga kerugian yang dialami jemaat diperkirakan sebesar Rp. 382.000.000, demikian dilaporkan Pdt Rudi Sitohang (Pendeta Resort Huta Baru). Pemerintah baru akan bisa memperbaiki tanggul yang jebol pada April 2009. Itu berarti masyarakat akan tinggal di pengungsian setelah tanggul diperbaiki, demikian diungkapkan Pdt. Rudi.
.
Selanjutnya menurut Pdt. Daniel Aritonang (Pendeta Resort Pardomuan Nauli) sebanyak 39 Ha sawah, 2,5 Ha ladang, 8 Ha kepala sawit dan ratusan ternak terendam banjir. Sehingga kerugian di dua gereja pagarannya tersebut diperkirakan sebesar Rp. 344.000.000. Hingga hari Rabu kemarin (5/11/2008) air masih menggenangi jalan dan rumah warga, demikian diutarakan Pdt Daniel. sehingga diperkirakan lebih dari 700 juta kerugian yang dialami jemaat HKBP. Keadaan ini semakin diperparah karena anjloknya harga sawit akibat dampak krisis global. Ekonomi warga semakin terpuruk.
.
Kepala Departemen Diakonia HKBP, Pdt. Nelson Siregar
bersama korban banjir di pengungsian

.
Bantuan yang datang masih sangat minim. Pdt. Nelson Siregar (Kadep Diakonia) turun langsung menjumpai korban banjir dan memberikan bantuan dari Kantor Pusat HKBP sebesar Rp. 3.000.000. Pdt. COR. Silaban dan Pdt. D. Aritonang juga ikut membantu korban banjir. Mereka sangat mengharapkan bantuan dari jemaat HKBP untuk meringankan penderitaan mereka. Kepada jemaat yang hendak membantu mereka, silahkan mengirim ke rekening Pos Penanggulan Banjir HKBP Pardomuan Nauli dengan Rek Bank Mandiri Cab Kisaran Reg 1070004704823 An Ucok Naibaho (kontak person Pdt. Daniel Aritonang 081397115374). Untuk bantuan ke HKBP Res Huta Baru, silahkan mengirim ke Rek BRI Cab Aek Kanopan no Rek 353401007016533 An. Pdt. Rudi P. Sihotang. Marilah kita bantu. esa
.
Sumber :HKBP Distrik VIII Jawa-Kalimantan

HKBP Kecam Karya yang Melukai Perasaan Insan Beragama di Indonesia

Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) mengecam setiap karya yang dapat melukai perasaan insan beragama di Indonesia. Pelaku dan jaringannya patut memperoleh ganjaran sesuai dengan hukum yang berlaku.
.
Ephorus HKBP, Pendeta Dr Bonar Napitupulu mengatakan hal tersebut menanggapi “komik elektronik” di internet yang menampilkan figur Nabi Muhammad. Karya semacam itu dinilai pucuk pimpinan HKBP sebagai karya yang agitatif dan propagandis.
.
Ditengarai, karya semacam itu sengaja dipublikasikan untuk meresahkan insan beragama dan memicu prasangka buruk antarkomunitas umat beragama di Indonesia.
.
Dalam kaitan itu, Ephorus mengingatkan semua insan bangsa Indonesia perihal etika komunikasi dalam konteks kebebasan berekspresi. Diakui bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk mengekspresikan hasil karyanya.
.
Tetapi, kata Ephorus, kebebasan dimaksud adalah kebebasan yang beretika dan bertanggung jawab. Kebebasan individu untuk menampilkan karya harus berlandaskan sikap menghormati dan menghargai hak-hak publik.
.
Ephorus mengimbau semua warga Kristen di Indonesia, secara khusus warga HKBP, untuk tidak terlibat dengan karya-karya yang dapat melukai perasaan setiap insan beragama di Indonesia. Melainkan, harus lebih giat menggunakan hak kebebesan berekspresi yang efektif dan produktif dalam memantapkan hubungan antar-insan beragama di Indonesia. rls
.
Sumber : Batak Pos

Strategic Planning Komite AIDS HKBP


Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dengan Kasih dan RahmatNya Komite HIV/AIDS HKBP sejak tahun 2003 dapat melayani dengan baik. Terimakasih kepada warga HKBP yang tetap mendukung Komite dalam menjalankan program di Komite AIDS HKBP selama ini. Kegiatan komite ini sejak 2003-2008 berjalan dengan baik dengan berbagai program kegiatan. Kegiatan ini disetujui oleh pimpinan HKBP dan direalisasikan dengan bantuan dana dari ELCA. Tahun ini berakhirlah program 2003-2008, maka akan dilanjutkan dengan program 5 (lima ) tahun ke depan yaitu program kegiatan 2009-2014.
.
Sesuai dengan berakhirnya program 2003-2008 maka pada tanggal 14-16 Nopember 2008 diadakan sebuah pertemuan guna penyusunan Rencana Strategis (Renstra) 2009-2014. Pertemuan ini berlangsung di Sopo Tornauli Parapat-Sumatera Utara.
.
Hal ini penting karena Renstra sebelumnya telah berhasil dan membuat Komite AIDS HKBP berjalan dengan baik. Hadir dalam pertemuan ini konselor dan mitra Komite HIV AIDS HKBP dari beberapa Distrik HKBP. Juga dihadiri oleh Rev. Joseph Chu dan Richard dari ELCA (Program Director, Asia Pacific. Program Focus: Health Care, Development, Education)bersama Sekretaris Jenderal HKBP Pdt. Ramlan Hutahaean, MTh.
.
Banyak hal yang dibicarakan dalam rencana strategis ini, dan semuanya bermuara kepada pengembangan Komite AIDS HKBP. Stop penyebaran HIV/AIDS! Diharapkan dalam rencana strategis ini bahwa ke depan semua Distrik di HKBP sudah memiliki unit pelayanan di bidang penanggulangan HIV/AIDS melalui komite AID HKBP. Saat ini belum semua distrik membentuk komite AIDS sebagaimanan diharapkan sebelumnya. Kita berharap oleh Praeses dan Pendeta Ressort serta para pelayan HKBP mendukung programk ini.
.
.
Menurut Dr. Loly Simanjuntak, SpPD, ketua Komite AIDS HKBP, hingga kini komite AIDS HKBP berkantor di salah satu ruangan di RS HKBP Balige. Dengan segala keterbatasannya, Komite ini dilengkapi dengan satu ruangan untuk klinik VCT dan IMS dan satu ruangan laboratorium sederhana. Ada 9 staf yang mendukung Komite AIDS HKBP yang sehari-harinya siap untuk menjadi sesama. Pokoknya Kiprah Komite AIDS HKBP lima tahun ini telah nyata dengan jelas. Mari kita dukung!
.
Sumber : Pdt. Pahala J. Simanjuntak, MTh, www.hkbp.or.id

Sekjen HKBP Imbau Warga Tak Terprovokasi

Sekretaris Jenderal (Sekjen) HKBP Pdt Ramlan Hutahaean mengimbau masyarakat Tapanuli Utara untuk tidak terprovokasi melakukan tindakan anarkis yang dapat mengakibatkan kerugian besar bagi masyarakat Taput.
.
Itu dikatakan Hutahaean menyikapi adanya tindakan anarkis massa yang merusak Kantor KPUD Taput dan Kantor Camat Tarutung karena tak puas dengan hasil pilkada Taput Senin (27/10).
.
“Saat menghadapi persoalan seperti ini, sebagai umat Kristen yang benar, maka yang diuji adalah ketangguhan iman kita. Dan sebagai umat Kristen pula haruslah menunjukkan perbedaan dengan yang lainnya dalam artian jangan berbuat anarkis. Kita juga harus selalu mengedepankan pikiran dan hati yang tenang, bukan atas dorongan emosi,” ujar Sekjen Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Ramlan Hutahaean kepada METRO, Rabu (29/10).
.
Menurutnya, untuk menghadapi persoalan yang tidak pas dengan hati, maka sebagai umat Kristen
.
Menyangkut persoalan pilkada Taput, lanjutnya, sebaiknya diselesaikan sesuai prosedur-prosedur yang berlaku. Pasalnya, ada lembaga pemerintah yang menangani hal tersebut, begitu juga dengan hukum yang mengaturnya sehingga jangan sampai membenturkan masyarakat.
.
“Apa pun persoalannya, maka serahkan saja ke pemerintah. Kan sudah ada lembaga yang berwenang menanganinya dan ada jalur hukum yang bisa ditempuh. Jangan masyarakat mau diajak-ajak hingga melakukan tindak anarkis karena hal itu jelas tidak akan memberikan rasa nyaman bagi yang melakukan sendiri maupun orang lain,” tegasnya.Berjuang untuk Kedamaian
.
Sementara itu, Korwil Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) wilayah Silindung Pdt Humala Lumbantobing juga mengingatkan masyarakat Taput agar dalam menghadapi situasi yang memanas. “Seperti saat ini yang diperlukan seluruh masyarakat harus berjuang membuat damai. Jangan sampai kedamaian tidak dijumpai lagi di Taput hanya karena pilkada,” sebutnya.
.
Dijelaskannya, Taput masyarakatnya mayoritas Kristen, maka sebagai umat Kristen hendaknya mengingat dan menjalankan pesan Tuhan Yesus yang tertulis dalam kitab Johannes 14 ayat 27. Di mana berbunyi “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang berikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”
.
Dilanjutkannya, bahwa semua umat Kristen itu sama, karenanya semuanya harus menjaga agar kedamaian terwujud. Selanjuntya diingatkannya kepada seluruh masyarakat Taput, bahwa di daerah ini ke-Kristenan telah 144 tahun hadir, maka hal itu harus dijaga jangan sampai ternoda hanya karena kepentingan-kepentingan yang duniawi (politik, red) dan harus dijaga agar jangan sampai ada persepsi buruk dari masyarakat luar tentang Taput khususnya Kota Tarutung sebagai kota rohani. (hs)
.
Ribuan Massa
.
Serbu Kantor PPK Demonstrasi untuk mendesak KPUD Taput membatalkan perhitungan suara sekaligus agar pilkada Taput diulang terus berlanjut. Kali ini, massa mendatangi sejumlah kantor camat dan panitia pemilihan kecamatan (PPK) untuk menghentikan penghitungan suara hasil pilkada Taput. Seperti di Kecamatan Sipoholon dan Siatas Barita.
.
Teriakan-teriakan yang menyebut camat terlibat dalam dugaan penggelembungan suara pemilih, money politic, keterlibatan PNS dalam pilkada mewarnai demo tersebut. Mereka juga menuding bahwa PPK telah bersekongkol dengan camat dan kepala desa dalam penggelembungan suara yang diawali dengan pendataan daftar pemilih sementara sebelum ditetapkan oleh KPUD.
.
Amatan METRO hingga Rabu (29/10) malam, warga masih terus mengerumuni Kantor Camat Sipoholon. Kedatangan mereka untuk menolak dilakukannya penghitungan terhadap hasil perolehan suara dalam pilkada Taput. Massa yang datang mengatakan bahwa dalam pelaksanaan pilkada masih banyak ditemukan kecurangan-kecurangan. Termasuk banyaknya pemilih ganda dan adanya penggelembungan suara.
.
“Ini tidak benar, dan harus dihentikan. Dan tadi kita sudah menyepakati agar surat suara tidak dibuka,” terang salahseorang warga, Tulus Nababan.
.
Tulus mengatakan sebagai seorang mahasiswa dia tidak menerima jika terjadi kecurangan dalam pilkada Taput. Terlebih kecurangan tersebut dilakukan oleh aparat pemerintah. Selain itu, mereka juga tidak dapat menerima setiap masalah dalam pilkada Taput selalu dijadikan polisi sebagai penghalang untuk menuntaskannya.
.
“Kami tidak terima ini, mengapa polisi-polisi ini malah menjaga kami dan bukan menjaga surat suara. Mereka ini dibayar rakyat, tetapi mengapa mereka diam ketika hak rakyat diabaikan,” terang Fritzen Harianja.
.
Padahal menurut mereka, sebelumnya telah ada kesepakatan dengan PPK setempat agar penghitungan suara tidak dilakukan. Mereka juga meminta agar surat suara diamankan oleh pihak yang berwajib. Namun menjelang sore hari surat suara kembali dihitung dengan penjagaan ketat dari pihak kepolisian. Bahkan sempat terjadi aksi dorong mendorong dengan petugas yang menjaga. Menjelang malam, sekitar pukul 19.00 WIB, kekesalan warga dilampiaskan dengan membakar ban di depan Kantor Camat Sipoholon.
.
Sementara di Kantor Camat Siatas Barita, pulihan massa juga mendatangi Kantor Camat Siatas Barita. Merekapun bertemu dengan Ketua PPK bermarga Panjitan.dan pada saat itu terjadi kesepakatan, tidak akan dilakukan perhitungan suara.
.
Tapi, pada saat bersamaan, Kantor Camat Siatas Barita dibarikade aparat kepolisian. Berselang beberapa saat kemudian, aparat keamanan pun ditambah ke lokasi. Hanya saja, tidak ada pergerakan massa di lokasi ini. Menurut salah seorang massa yang sempat datang ke lokasi tersebut, tidak adanya demonstrasi di kecamatan ini karena mereka percaya PPK Siatas Barita tidak akan melakukan perhitungan suara. Hal yang sama juga terjadi di Kantor PPK Kecamatan Tarutung.
.
Informasi yang diperoleh wartawan di lapangan menyebutkan, hari ini akan terjadi demontrasi besar-besaran ke Kantor DPRD Taput untuk menuntut agar DPRD memberikan perhatian atas tuntutan masyarakat atas terjadinya kecurangan dalam pilkada Taput.
.
Hingga berita ini diturunkan, di Kecamatan Sipoholon, jumlah massa semakin membludak, mereka mengelilingi Kantor PPK. (jps)
.
Pendemo Diperiksa,
.
Kotak Suara DiamankanPolres Tapanuli Utara (Taput) tidak tinggal diam terhadap aksi anarkis massa yang melakukan upaya perusakan dan pembakaran Kantor Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Taput. Rabu (29/10), polisi memeriksa sejumlah tersangka yang diduga kuat sebagai pelaku perusakan. Pemeriksaan dilakukan secara estafet di ruangan Satuan Reserse Kriminal (Reskrim). Sementara surat suara masih diamankan di suatu gudang.
.
Kapolres Taput AKBP Drs Edi Napitupulu melalui Kasatreskrim AKP Amri SH kepada METRO, Rabu (29/10) mengatakan, pihaknya telah memeriksa keseluruhan tersangka pelaku perusakan dan upaya pembakaran Kantor KPUD Taput yang terjadi Selasa (28/10) siang.
.
“Kita sudah melakukan pemeriksaan sejumlah pelaku, dan sampai saat ini sedang kita periksa, termasuk saksi korban anggota KPUD Taput. Jumlah pastinya berapa, nanti saja ya,” ujar Amri.
.
Saat pemeriksaan tersebut, tampak Ketua KPUD Taput Jan Piter Lumbantoruan SH dan anggotanya Lambas Hutasoit memberikan keterangan kepada Kasatreskrim. Sementara itu di ruangan Kapolres Taput, menurut Amri, sedang ada pertemuan antara Panwaslu Pilkada Taput, Kapolres dan 4 pasangan calon bupati yakni Samsul Sianturi/Frans A Sihombing, Sanggam Hutapea/Londut Silitonga, Roy M Sinaga/Djudjung P Hutauruk, Edward Sihombing/Alpha Simanjuntak. Dua pasangan calon bupati lainnya yakni Torang Lumbantobing/Bangkit P Silaban SE dan Wastin Siregar/Norman Soaloon Silitonga tidak hadir.
.
Hingga Rabu (29/10) malam sekira pukul 20.30 WIB, belum diketahui persis apa inti dari pertemuan tersebut. Terkait pertemuan itu, Kapolres Taput Edi Napitupulu saat dihubungi METRO melalui ponselnya sekira pukul 20.45 WIB, mengaku masih rapat. “Saya masih rapat,” ucapnya singkat. Namun saat dihubungi kembali sekira pukul 22.10 WIB, ponsel Kapolres tidak diangkat.Kotak Suara Diamankan
.
Ketua KPUD Taput Jan Piter Lumbantoruan SH ketika dikonfirmasi, Rabu (29/10) di Mapolres Taput mengatakan, sesuai rencana semua kotak suara dari 15 kecamatan akan diantar ke Tarutung dan akan diamankan. “Kotak suara masuk Selasa (28/10) sesuai dengan rencana. Dan semua kotak suara itu akan diamankan di gudang,” ujar Jan Piter Lumbantoruan tanpa mau merinci di gudang mana kotak suara akan diamankan dengan alasan keselamatan.Aktivitas Warga Normal
.
Sehari pascaperusakan dan upaya pembakaran Kantor KPUD Taput yang terjadi Selasa (28/10) oleh ribuan demonstrans yang menolak hasil pilkada, aktivitas masyarakat Kota Tarutung masih berjalan normal. Namun sebagian warga mengaku was-was.
.
Amatan METRO, Rabu (29/10) aktivitas toko-toko, kantor dan Pasar Tarutung berjalan normal seperti biasa. Namun sebagian warga di Tarutung mengaku masih cemas akibat aksi anarkis para demonstran di Kantor KPUD Taput. “Saya ini tak tahu politik dan tidak mau tahu dengan kepentingan politik. Saya hanya seorang pengusaha kecil di Pasar Tarutung ini yang sehari-harinya mencari nafkah untuk kebutuhan rumah tangga. Akibat kejadian semalam (Selasa, red) saya jadi risau, bahkan anak saya tidak saya perkenankan keluar malam lagi,” ujar Inne boru Hutagalung (48) seorang pedagang di Pasar Tarutung.
.
Inne menambahkan, dirinya juga sangat menyesalkan terjadinya aksi demonstransi dan upaya pembakaran di Kantor KPUD Taput. “Kantor (KPUD, red) itu kan dekat ke Pasar Tarutung ini. Kalau seandainya benar-benar terbakar kemarin kantor itu, kami pedagang di sini bisa jadi sasaran. Saya tidak setuju dengan yang namanya demonstrasi. Kalau sudah kalah (pikada, red), ya harus sadarlah,” katanya. (hs)
.
TOBA Masih Unggul Ketua Desk Pilkada Taput Drs Sanggam Hutagalung MM mengatakan, berdasarkan data akhir yang diperoleh dari 15 kecamatan, pasangan nomor urut 1 Torang Lumbantobing-Bangkit Silaban (TOBA) masih terdepan dalam raihan suara Pilkada Taput. TOBA unggul jauh terhadap lima pasangan kandidat lainnya dengan meraup suara 34,01 persen.
.
“Data terakhir yang masuk ke Desk Pilkada Taput, TOBA masih unggul. Tetapi data tersebut ada tetap data sementara, karena yang menetapkan angkat sah dan resmi adalah KPUD Taput,” ujar Sanggam Hutagalung yang juga Sekretaris Daerah Kabupaten (Sekdakab) Taput
.
Sementara itu menurut jadwal, KPUD Taput akan mengumumkan pasangan calon pemenang pilkada Taput tanggal 6 November mendatang.
.
Sumber : (hs) Metro Siantar, Tapanuli Utara