Kamis, 24 Januari 2008

Jambar

JAMBAR adalah istilah yang sangat khas Batak. Kata jambar menunjuk kepada hak atau bagian yang ditentukan bagi seseorang (sekelompok orang). Kultur Batak menyebutkan ada 3(tiga) jenis jambar. Yaitu: hak untuk mendapat bagian atas hewan sembelihan (jambar juhut), hak untuk berbicara (jambar hata) dan hak untuk mendapat peran atau tugas dalam pekerjaan publik atau komunitas (jambar ulaon).
.
Tiap-tiap orang Batak atau kelompok dalam masyarakat Batak (hula-hula, dongan sabutuha, boru, dongan sahuta dll) sangat menghayati dirinya sebagai parjambar. Yaitu: orang yang memiliki sedikit-dikitnya 3(tiga) hak: bicara, hak mendapat bagian atas hewan yang disembelih dalam acara komunitas, dan hak berperan dalam pekerjaan publik atau pesta komunitas. Begitu pentingnya penghayatan akan jambar itu, sehingga bila ada orang Batak yang tidak mendapatkan atau merasa disepelekan soal jambarnya maka dia bisa marah besar.
.
1. JAMBAR HATA
.
Pertama-tama tiap-tiap orang dalam komunitas Batak (kecuali anak-anak dan orang lanjut usia yang sudah pensiun dari adat/ naung manjalo sulang-sulang hariapan) diakui memiliki hak bicara (jambar hata). Sebab itu dalam tiap even pertemuan komunitas Batak tiap-tiap orang dan tiap-tiap kelompok/ horong harus diberikan kesempatan bicara (mandok hata) di depan publik. Jika karena alokasi waktu jambar hata harus direpresentasikan melalui kelompok/ horong (hula-hula, dongan tubu, boru dll) maka orang yang ditunjuk itu pun harus berbicara atas nama kelompok/ horong
yang diwakilinya. Sebagai simbol dia harus memanggil anggota kelompoknya berdiri bersama-sama dengannya. Sekilas mungkin orang luar mengatakan bahwa acara mandok hata ini sangat bertele-tele dan tidak efisien.
.
Namun pada hakikatnya jambar hata ini menunjuk kepada pengakuan bahwa tiap-tiap orang memiliki hak untuk mengeluarkan pendapatnya (baca: hak untuk didengarkan) di depan publik. Bukankah hal-hal ini sangat demokratis dan moderen?
.
2. JAMBAR JUHUT
.
Selanjutnya jambar juhut menunjuk kepada pengakuan akan hak tiap-tiap orang untuk mendapat bagian dari hewan sembelihan dalam pesta. Lebih jauh. jambar juhut ini merupakan simbol bahwa tiap-tiap orang berhak mendapat bagian dari sumber-sumber daya (resources) kehidupan atau berkat yang diberikan Tuhan. Sebab itu bukan potongan daging (atau tulang) itu yang terpenting tetapi pengakuan akan keberadaan dan hak tiap-tiap orang. Sebab itu kita lihat dalam even pertemuan Batak bukan hanya hasil pembagian hewan itu yang penting tetapi terutama proses membagi-baginya. (acara mambagi jambar). Sebab proses pembagian jambar itu pun harus dilakukan secara terbuka (transparan) dan melalui perundingan dan kesepakatan dari semua pihak yang hadir, dan tidak boleh langsung di-fait accompli oleh tuan rumah atau seseorang tokoh. Jolo sineat hata asa sineat raut. Setiap kali potongan daging atau juhut diserahkan kepada yang berhak maka protokol (parhata) harus mempublikasikan (manggorahon) di depan publik. Selanjutnya setiap kali seseorang menerima jambar maka ia harus kembali mempublikasikannya lagi kepada masing-masing anggotanya bahwa jambar (hak) sudah mereka terima.
.
Jambar juhut ini menunjuk kepada gaya hidup berbagi (sharing) yang sangat relevan dengan kehidupan modernitas (demokrasi) dan kekristenan. Sumber daya kehidupan atau berkat Tuhan tidak boleh dinikmati sendirian tetapi harus dibagi-bagikan secara adil dalam suatu proses dialog yang sangat transparan.
.
Inilah salah kontribusi komunitas Batak kepada masyarakat dan negara Indonesia. Bahwa hasil pembangunan dan devisa Indonesia seyogianya harus bisa juga dibayangkan sebagai ternak sembelihan yang semestinya dibagi-bagi kepada seluruh rakyat secara adil dan transparan.
.
3. JAMBAR ULAON
.
Jambar ulaon menunjuk kepada pengakuan kultur Batak bahwa tiap-tiap orang harus diikutsertakan dan dilibatkan dalam pekerjaan publik. Dalam even pertemuan komunitas Batak tidak ada penonton pasif, sebab semua orang adalah peserta aktif. Tiap-tiap orang adalah partisipan (parsidohot) dan pejabat (partohonan). Dari kedalaman jiwanya orang Batak sangat rindu diikutsertakan dan dilibatkan dalam pekerjaan publik atau komunitas.
.
Pada dasarnya orang Batak rindu memiliki peran dan kedudukan dalam komunitas dan masyarakatnya (termasuk gerejanya). Jika ia tidak memiliki peran dan kedudukan itu, maka kemungkinan yang terjadi cuma dua: si orang Batak ini akan pergi menjauh atau “menimbulkan keonaran”. Sebaliknya jika dia disertakan atau dilibatkan, sebagai parsidohot dan parjambar dan partohonan maka dia akan berusaha memikul dan menanggung pekerjaan itu sebaik-baiknya dan dengan sekuat tenaganya (termasuk berkorban materi). Mengapa laki-laki Batak begitu rajin dan betah di pesta adat? Sebab di sana mereka memiliki peran dan kedudukan!
.
4. JAMBAR DAN NASIB
.
Namun komunitas Kristen-Batak sekarang tetap harus mewaspadai seandainya masih ada sisa-sisa kaitan jambar dengan pemahaman nasib (sibaran, bagian, turpuk). Kekristenan jelas-jelas menolak konsepsi tentang nasib (predestinasi), yaitu anggapan bahwa kehidupan, kinerja dan prestasi seseorang sudah ditentukan sebelumnya jauh sebelum dia lahir. Kematian Yesus di kayu salib dan kebangkitanNya kembali dari antara orang mati telah menghapuskan nasib ini. Yang lama telah berlalu sebab yang baru telah tiba (II Kor 5:17). Bagi orang percaya tidak ada yang mustahil sebab itu tidak ada juga nasib ( Luk 1:37, Kej 18:1 ). Tuhan tidak pernah merencanakan kecelakaan tetapi masa depan yang penuh pengharapan bagi kita (Yer 29:30). Sebab itu bagi kita komunitas Kristen-Batak jambar tidak boleh diartikan sebagai nasib. Itu artinya pemahaman tentang jambar harus didasarkan kepada Firman Tuhan.
.
Bagi kita komunitas Kristen-Batak jambar memiliki makna baru: yaitu simbol hidup berbagi yang diteladankan oleh Yesus. Yaitu sebagaimana Yesus telah rela mati di kayu salib memecah-mecah tubuhNya dan mencurahkan darahNya untuk kehidupan dan kebaikan semua orang, maka kita juga harus selalu membagi-bagi sumber daya kehidupan atau berkat yang kita terima kepada sesama.
.
Dalam kehidupan sehari-hari kita mau menyatakan bahwa sumber-sumber daya ekonomi, sosial dan politik serta budaya yang ada di masyarakat dan negara harus dibagi-bagi dan didistribusikan secara adil dan merata, dengan semangat solidaritas (kesetiakawanan).
.
5. PERSATUAN DAN KEADILAN
.
Budaya Jambar adalah simbol PERSATUAN dan KEADILAN sekaligus. Dengan memberikan kepada tiap-tiap orang dan kelompok apa yang menjadi hak-haknya (hak bicara, hak mendapat bagian dalam sumber daya, dan hak berperan) keadilan diwujudkan dan persatuan diteguhkan pada saat yang sama. Persatuan tanpa keadilan adalah penindasan. Keadilan tanpa persatuan adalah permusuhan. Sebab itu: Persatuan Indonesia pun harus dimengerti dan dihayati dalam rangka Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
.
6. TEOLOGI JAMBAR DALAM GEREJA
.
Sebagai gereja yang anggotanya sebagian besar atau hampir semua berlatar-belakang Batak, HKBP mau tak mau harus menyadari kultur parjambaran ini. Bahwa pada dasarnya tiap-tiap anggota HKBP harus memiliki hak bicara (jambar hata), hak menikmati berkat (jambar juhut) dan hak berperan (jambar ulaon). Bagaimanakah kita mengakomodir kultur jambar ini ini dalam liturgi, persekutuan, pelayanan, organisasi dan seluruh ekspressi beribadah dan berjemaat HKBP kita?
.
Sebagai orang yang menghayati kultur Batak, seyogianya kita sadar bahwa warga (ruas) HKBP sangat merindukan dan mengharapkan diterima dan diakui sebagai parsidohot (perserta), parjambar, partohap (pemegang hak), parnampuna (pemilik) dan panean (pewaris) di gereja HKBP. Anggota HKBP dari kedalaman jiwanya tidak suka hanya sekedar jadi penonton atau pendengar pasif. Mereka ingin berperan dan terlibat dalam seluruh kehidupan ber-HKBP.
.
Banyak contoh menyebutkan jika anggota HKBP diberi peran maka dia akan melaksanakan peran itu sebaik-baiknya. Jika perannya dalam ibadah hanyalah bernyanyi tentu saja dia cuma membawa Buku Ende ke gereja. Sebaliknya jika perannya termasuk membaca Alkitab, maka dia tentu akan membawa Alkitab juga ke gereja. Selanjutnya jika anggota jemaat diberi peran untuk melayani maka dia akan membawa segala hal yang diperlukan untuk pelayanan itu dan akan bersukacita tinggal dan bertahan dalam HKBP. Pertanyaan: ingin anggota HKBP tidak lari ke tempat lain?
Jawaban: berilah dia peran dan kedudukan dan tanggungjawab di HKBP!
.
7. APA KATA ALKITAB?
.
Apa kata Alkitab tentang jambar? Yesus mendesak Petrus agar menerima Tuhan membasuh kakinya supaya dia mendapat bagian (partohap) dalam Kristus (Yoh 13:8). Selanjutnya Yesus memuji Maria karena telah memilih bagian atau jambar atau tohap na umuli (Luk 10:42). Rasul Paulus mengatakan karena kematian Yesus di kayu salib kita mendapat bagian atau parjambar dalam kerajaan Allah dan semua janjiNya. (Ef 2:12, lihat juga Ef 1:11). Kita orang percaya adalah partohap dalam kasih karunia Allah (Flp 1:7). Selanjutnya penulis Ibrani mengatakan “ai nunga gabe partohap di Kristus hita, anggo gomos tatiop ro di ujungna pos ni roha, na di hita mulana” (Heb 3:14). Bahkan kita juga telah menjadi parjambar atau partohap dalam Roh Kudus (Heb/ Ibr 6:4). Rasul Petrus juga menyatakan bahwa kita orang beriman juga mendapat bagian (partohap) dalam kemuliaan Kristus di masa mendatang (I Pet 5:1).
.
Karena itulah sang pemazmur mengatakan “parjambarongku do Ho, ale Jahowa, nunga pola hudok, sai radotanku do HataMi” (Maz/ Psalm 119:57, lih. 73:26). “Jahowa do parjambarangku, ninna tondingku, dibaheni marhaposan tu Ibana ma ahu” (Andung 3:24)
.
Sumber :
Pdt. Daniel TA Harahap, MA
http://rumametmet.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar