Selasa, 16 Oktober 2007

Sibide Mulai Bangkit Ikuti Program HTR

Porsea (SIB)
.
Dua bulan setelah mendapat sindiran dari Eporus HKBP DR Bonar Napitupulu, Sibide, sebuah desa di kecamatan Pintu Pohan Meranti, Tobasamosir, kini mulai bangkit mengikuti program HTR (hutan tanaman rakyat).Berdasarkan sebuah laporan, dewasa ini masyarakat Sibide sudah mendata sedikitnya 225 hektar lahan marjinal yang selama ini hanya ditumbuhi lalang untuk dikembangkan menjadi HTR ekaliptus (eucalyptus sp) bekerjasama dengan industri pulp Porsea, TobaPulp.
.
Melalui konsep HTR itu, lahan masyarakat yang sering mengalami kebakaran pada musim kemarau itu segera disunglap menjadi hutan baru dan pada usia sekitar enam tahun kayunya dapat dipanen dan dijadikan bahan baku industri pulp. Setelah panen itu lahan bekas HTR benar-benar sudah menjadi subur kembali.
.
Dari hasil panen kayu itu, kelak, para pemilik lahan memperoleh sekitar 40 persen dari hasil kotor. Tetapi sebelumnya, yakni selama proses penghutanan kembali, dimulai dari penyiapan lahan, penanaman, perawatan, pemanenan hingga pengangkutan hasilnya ke pabrik, masyarakat sekitar dapat menjadi mitra-usaha atau pekerja dan untuk itu mereka memperoleh penghasilan. Pada awal penanaman ekaliptus, yakni untuk jangka waktu tertentu, tanaman tumpang sari seperti jagung juga dapat dikembangkan.
.
Dengan demikian terdapat dua manfaat penghutanan kembali tanah-tanah kritis milik masyarakat, yakni terehabilitasinya tanah-tanah marjinal serta sekaligus menjadi sumber pendapatan baru.
.
Dua bulan lalu, 8 Juli 2007, Eporus DR Bonar Napitupulu mengeritik banyaknya lahan kosong dan tak dimanfaatkan ketika mengunjungi Sibide untuk meresmikan gereja HKBP Siriaria. “Tuhan memberi kita lahan untuk dikelola. Tetapi nyatanya sampai sekarang masih banyak yang dibiarkan kosong. Padahal, di sekitar ini ada perusahaan pulp yang membutuhkan kayu sebagai bahan baku utamanya,” kata Eporus menyampaikan sindiran halus untuk memotivasi jemaat gereja agar gemar menanam.
.
Meski ditujukan kepada 200 keluarga penduduk Sibide yang menjadi mayoritas jemaat gereja HKBP, namun beberapa pejabat industri pulp Porsea, yang mengikuti acara peresmian —diantaranya Juanda Panjaitan SE (Direktur) dan Walman Pangaribuan (Manajer Tobafiber estate Habinsaran)—ikut “tersentak.”Kata Humas Tobafiber estate Habinsaran, Tarida Sitinjak, “Kami jadi tersadar bahwa kita perlu melakukan sesuatu untuk menyahuti ungkapan Eporus, apalagi dikemukakan dalam khotbah.”
.
Tobafiber kemudian bergerak cepat dan masyarakat –umumnya petani sawah dan kopi— pun kemudian menyambut baik sehingga dalam dua bulan sudah terdata 225 hektar lahan yang siap di-HTR-kan.Kelak, HTR di Sibide dapat menjadi “jembatan” untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui terbukanya lapangan kerja dan lapangan usaha baru sehingga penduduk tidak lagi hanya mengandalkan hidup pada pertanian sawah sebagai mata pencarian satu-satunya.
.
Dalam konsep HTR, status lahan masyarakat itu tidak akan beralih menjadi milik TobaPulp. Sebab, kerjasama terbatas pada pemanfaatan lahan untuk ditanami kayu untuk batas waktu yang disepakati. “Tanah masyarakat tetap menjadi milik masyarakat,” kata Tarida Sitinjak. (T19/x)
.
Sumber : Sinar Indonesia Baru (SIB)
8 Oktober 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar