Kamis, 08 Mei 2008

Tingkatkan Mutu Pendidikan Warga Gereja

Untuk meningkatkan mutu sekolah dan perguruan tinggi HKBP, sebaiknya gereja ini perlu melakukan kerja sama dengan negara-negara maju melalui duta besar yang ada di Indonesia. Demikian juga warga HKBP diharapkan dapat membantu sekolah dan perguruan tinggi HKBP.
.
Hal itu diutarakan Prof Dr KP Tarnama Sinambela Kusumonagoro (pendiri Yayasan Budi Murni dan Universitas Mpu Tantular) yang menjadi pembicara utama dalam seminar pendidikan yang dilaksanakan Diakonia Distrik VIII Jawa Kalimantan. Seminar yang bertajuk "Peranan HKBP dalam pendidikan di era globalisasi, bertujuan untuk mengoptimalkan peranan HKBP dalam pendidikan."
.
Tarnama Sinambela mengusulkan agar HKBP mendirikan sekolah Kristen bertaraf internasional di Parapat. Dalam rangka pengembangan HKBP. Dia juga mengusulkan, agar dibangun gedung HKBP Center berlantai 30 di Jakarta sebagai kantor distrik untuk merencanakan dan mengembangkan HKBP serta tempat perwakilan HKBP se-Jakarta, Asia bahkan dunia.
.
Seminar terbatas ini, dihadiri oleh seksi pendidikan, Ketua Dewan Diakonia HKBP dan mewakili lembaga, sekolah dan perguruan tinggi Kristen yang ada di Jakarta.
.
Pada kesempatan itu, Dr Toenggoel Siagian (Ketua Perkumpulan Sekolah Kristen Djakarta) mengatakan, keterpurukan orang Batak saat ini disebabkan gereja yang kurang mendidik warganya. HKBP kurang komit mengelola sekolahnya, sehingga sekolah-sekolah HKBP banyak yang ambruk.
.
Senada dengan itu, Prof Dr WBP Simanjuntak (utusan UKI dan Majelis Pendidikan Kristen) juga mengatakan selama ini HKBP terlalu percaya diri mampu mengelola sekolahnya, padahal kualitasnya sudah sangat ketinggalan. Akhirnya sekolah HKBP ditinggalkan oleh murud-muridnya. Jadi, perlu pemerhati yang serius untuk sekolah HKBP. Kemudian WBP Simanjuntak mengajak HKBP untuk menggumuli Peraturan Pemerintah No.55 tentang Pendidikan Keagamaan dan Pendidikan Agama, yang dikeluarkan pemerintah pada akhir 2007. PGI dan gereja-gereja tidak mengetahui tentang pembuatan PP 55 tersebut. HKBP jangan terpengaruh dengan rencana pemerintah yang akan membayar guru Sekolah Minggu. "Pendidikan keagamaan dan pendidikan agama, itu berbeda. Hal ini mau dicampuri negara. Ini harus dicermati HKBP. Harus seluruh gereja dari seluruh denominasi duduk bersama untuk membicarakannya," kata Simanjuntak.
.
Seminar ini dibuka Praeses Distrik VIII Jawa-Kalimantan, Pdt Drs BDF Sidabutar STh. Ia memaparkan, pada dekade jubileum I (1861-1911) telah berdiri 494 sekolah HKBP untuk semua tingkatan. Kemudian pada dekade jubileum II (1911-1961) HKBP mendirikan Universitas HKBP Nommensen, STT-HKBP dan ikut mendirikan STT Jakarta. Lalu saat ini, dekade jubileum III (1961-2011) HKBP lebih cenderung berjuang untuk mempertahankan kualitas pedidikannya. Pengaruh modernisasi dan globalisasi sedikit banyak menghambat pergerakan maju pendidikan HKBP.
.
Menurut praeses saat ini, lebih strategis jika HKBP fokus dalam pendidikan informal dan nonformal melalui pemberian pelatihan-pelatihan, pemberdayaan, dan pembinaan kepada warga gereja dan para pelayan HKBP. Karena itu, pendirian Parhutaan Bina Warga HKBP adalah sangat mendesak. Bina Warga adalah wadah "HKBP mini" 26 distrik untuk pelatihan dan pembinaan. Di dalamnya juga terdapat sanggar seni, ajang kreatifitas, statsiun radio, percetakan, ruang sidang dan konser kapasitas 5.000 orang serta penginapan. Dibutuhkan lahan sekitar 20 hektar dan dana Rp 5 miliar untuk pembangunan dengan lokasi strategis di daerah Cikarang, Jonggol atau Citeureup. Usulan ini didukung penuh oleh peserta seminar dan meminta agar segera dibentuk tim kerja atau panitia untuk mewujudkannya. Peserta juga mengharapkan agar seminar pendidikan yang seperti ini dilakukan secara terus-menerus.
.
Pada kesempatan ini, Tarnama Sinambela Kusumonagoro memberikan cinderamata kepada semua peserta seminar dan tudu-tudu sipanganon kepada praeses. Hal ini menambah sukacita bagi peserta seminar. Praeses Sidabutar juga menyerahkan cinderamata kepada Tarnama Sinambela Kusumonagoro sebagai ungkapan terima kasih. esa
.
Sumber:
Suara HKBP, 035/April 2008/Thn IV

Tidak ada komentar:

Posting Komentar