Selasa, 28 April 2009

Perayaan Tahun Diakonia HKBP 2009

IKUTI DIAKONIA: Gubernur Sumut H Syamsul Arifin, Pangdam I/BB Mayjen TNI Burhanuddin Amin (paling kiri), Ephorus HKBP Pdt Dr Bonar Napitupulu bersama ibu, Ketua Panitia Dr RE Nainggolan dan lainnya, berdiri menyanyikan Lagu “Indonesia Raya” di acara upacara nasional pada Perayaan Tahun Diakonia HKBP, Minggu (19/4) di pardede Hall Medan. (Foto SIB/Jhon Manalu)
.

Gubsu H Syamsul Arifin Silaban SE mengajak seluruh masyarakat Batak untuk mengembangkan nilai-nilai kasih yang diajarkan Tuhan dalam bentuk kepedulian dan memperhatikan saudara-saudaranya yang miskin di Tanah Batak. Untuk itu warga Batak terutama yang lebih maju dan berkecukupan di perkotaan agar mengalakkan kembali semangat Marsipature Hutanabe berdasarkan Dalihan Na Tolu.
.
Hal itu disampaikan Gubsu dalam sambutannya pada sesi acara nasional Perayaan Tahun Diakonia HKBP 2009 yang dilaksanakan di Pardede Hall Medan, Minggu (19/4). Acara yang diikuti lebih kurang 20 ribu jemaat itu juga dihadiri Staf Ahli Menteri Sosial Rumondang Siahaan, Pangdam I/BB Mayjend Burhanuddin Amin, Kapoldasu Irjen Badrodin Haiti, Dan Lantamal I Belawan Laksma Arie Sembiring, Pangkosek Hanudnas III Marsma Khairuddin, Japorman Saragih dari unsur DPRD Sumut, unsur Muspida lainnya dan Ephorus HKBP Pdt Bonar Napitupulu beserta puluhan Pendeta HKBP.
.
Lebih lanjut dikatakan Gubsu, sejak dilantik menjadi Gubsu, dirinya sudah lebih sepuluh kali melakukan kunjungan ke beberapa Kabupaten di Tapanuli dimana masih banyak masyarakat yang cukup miskin. “Saya berharap, orang Batak ini dimanapun jangan ada yang miskin. Di kampung masih banyak orang yang miskin. Jadi kita mengajak orang-orang Batak yang ada di kota ini yang hidupnya senang jangan lupa dengan orang-orang yang ada di kampung sana,” kata Syamsul yang mengatakan dirinya merasa terpanggil membangun Tanah Batak karena dirinya telah ditabalkan jadi marga Silaban beberapa tahun silam.
.
Gubsu menceritakan, dalam kunjungannya itu ia sudah memulai beberapa program untuk membangun pertanian dengan penanaman jagung bekerjasama dengan Bupati setempat. Kemudian, di Kabupaten Humbahas lanjutnya akan didirikan SMU Plus yang dibantu Pempropsu. “Saya sudah menyiapkan Rp 5 miliar untuk Humbahas,” katanya.
Acara tersebut juga dihadiri sejumlah tokoh agama antara lain, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sumut H Maratua Simanjuntak, Ketua MUI Medan Prof Dr Mohd Hatta, Pengasuh Pondok Pesantren Al Qautsar Syech Ali Akbar Marbun, mantan Uskup Agung Medan MGR Pius Datubara,OFM Cap, Pdt Moses Alegesan dari Gereja Anglikan dan lain-lain.
.
Dari kalangan pejabat yang tampak hadir antara lain, Bupati Humbahas Drs Maddin Sihombing MM, Bupati Samosir Ir Mangindar Simbolon, Sekda Taput Drs Sanggam Hutagalung MM mewakili Bupati Taput, Kadis Kehutanan Sumut Ir JB Siringo-ringo, Kadis Koperasi Medan Dr Ir Binsar Situmorang MSi, Kadis Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumut Rapotan Tambunan,SH yang juga Ketua Pelaksana Perayaan, Drs Bukit Tambunan (panitia) dan lain-lain.
.
Sedangkan dari para tokoh yang hadir masing-masing anggota DPD RI Lundu Panjaitan SH, Parlindungan Purba SH, staf khusus Ketua DPR RI Ir Leo Nababan yang juga fungsionaris DPP Golkar, mantan anggota DPRD Sumut Hitler Siahaan, fungsionaris DPP Partai Demokrat Solon Sihombing dan lain-lain.
.
Sebelumnya, mengawali sambutannya, Gubsu mengatakan rasa bangga dan bahagia karena melihat banyak kalangan mulai dari para pendeta, pejabat, tokoh dan warga jemaat teristimewa tokoh-tokoh agama Islam dan agama lainnya ikut hadir dalam acara nasional puncak perayaan Tahun Diakonia itu. “Saya bangga dan bahagia kita bisa duduk bersama. Ini menunjukkan agama itu bukan untuk dipertentangkan tapi untuk dijalankan demi kebaikan umat manusia. Kita dijamin UU terutama pada sila pertama dalam Pancasila,” ungkapnya.
.
Gubsu Syamsul Arifin pada kesempatan itu juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada umat Kristiani di Sumut karena tetap tenang dan bisa menahan diri menyikapi tragedi DPRD-SU 3 Februari. “Saya dan Muspida berterima kasih kepada umat Kristiani di Sumut karena bisa menahan diri menyikapi tragedi 3 Februari. Orang Batak itu diajak untuk mengembangkan kasih. Orang Batak itu gampang, ambil jantungnya. Maka jangan kita jalan sendiri tapi pakai Dalihan Na Tolu,” katanya disambut tepuk tangan ribuan hadirin yang memadati Pardede Hall hingga malam hari.
.
Ketua Umum Panitia Perayaan Tahun Diakonia HKBP 2009 Dr RE Nainggolan MM dalam sambutannya melaporkan, dalam rangkaian perayaan Tahun Diakonia ini telah dilaksanakan penghijauan yang pencanangannya dilakukan di Universitas HKBP Nomensen pada 19 Februari 2009 lalu dengan tujuan membangun komitmen warga HKBP untuk menjaga, memelihara lingkungan yang lestari. “Kami juga bersukacita atas berkenannya Ompui Ephorus HKBP menerima saran agar setiap warga HKBP yang akan melangsungkan pernikahan terlebih dulu menanam 2 bibit pohon,” katanya.
.
Kegiatan-kegiatan seminar lanjutnya, juga telah dilaksanakan tanggal 19 Februari di Medan yang menggumuli tentang HKBP yang kembali ke jati dirinya yakni memberi perhatian kepada kesejahteraan gereja. Panitia juga melakukan pengobatan gratis dan penyuluhan HIV-AIDS dan narkoba. Selain itu, kata RE, panitia juga menyelenggarakan perlombaan paduan suara pada tanggal 17 – 18 April 2009 yang diikuti masing-masing juara di tingkat Distrik HKBP.
.
Menurut RE Nainggolan yang dikenal sebagai Sekdapropsu ini, puncak perayaan Tahun Diakonia HKBP 2009 dengan tema Usahakanlah Kesejahteran Kota, kemana kamu Aku buang dan berdoalah untuk itu kepada Tuhan sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu juga (Yeremia 29;7) diikuti jemaat HKBP dari 17 Distrik di Sumatera Utara. Melalui perayaan ini HKBP diharapkan dapat melengkapi pelayanannya yang inklusif di tengah jemaat dan masyarakat desa dan kota dengan memperlengkapi orang-orang kudus menjadi jemaat yang diakonis dan missioner.
.
RE mengatakan, kehadiran dua orang cicit Dr IL Nomensen yaitu Maren Steden Nommensen dan Ruth Klingberg Nommensen pada puncak Tahun Diakonia kali ini sangat bermanfaat bagi HKBP untuk mengenang kembali bagaimana Ompui telah mendarma-baktikan dirinya untuk masyarakat Batak.
.
Sebelumnya, cicit Nommensen Maren Steden Nommensen yang didaulat memberi sambutannya menyampaikan rasa bahagia yang paling dalam selaku keturunan Nommensen. “Kami menyadari Nommensen tidak saja membawa penginjilan ke Tanah Batak tapi juga pelayanan sosial, kesehatan, ilmu pengetahuan, dan mengajari orang Batak berdagang serta meningkatkan pertanian,” katanya dalam bahasa Jerman yang diterjemahkan seorang penerjemah.
.
Mereka, lanjut Maren, telah mengikuti napak tilas perjalanan Nommensen sehingga mengetahui langsung bagaimana sejarah dan lika-liku perjuangan yang dilakukan kakeknya Nommensen saat menyusuri perkampungan-perkampungan di Tanah Batak.
“Kami ditemui RE Nainggolan di Jerman untuk bisa hadir pada perayaan Tahun Diakonia HKBP ini. Semalam kami juga mengikuti Paskah Nasional di Jakarta yang betul-betul luar biasa. Kami menyaksikan bagaimana Nommensen bagaikan hidup. Saya yakin kakek kami Nommensen bahagia menyaksikan kemajuan yang dicapai orang Batak sekarang ini. Makanya kami berharap orang Batak harus menghidupkan semangat Nommensen untuk melayani umat manusia,” kata Maren Steden.
.
Sementara itu Ephorus HKBP Pdt Bonar Napitupulu dalam sambutannya menceritakan awal perayaan Tahun Diakonia. Setelah ditugasi sebagai Ephorus atau pimpinan tertinggi HKBP dengan jemaat lebih kurang 6 juta jiwa saat ini tersebar di seantero nusantara bahkan di Kuala Lumpur, Singapura, dan tiga jemaat lokal di Amerika Serikat yaitu California, Denver dan New York, Ephorus mengaku pihaknya mendalami visi dan misi HKBP yang tertuang dalam Aturan Peraturan HKBP, kami mempelajari RIPP (Rencana Induk Pengembangan Pelayanan) yang diputuskan Sinode Agung HKBP 2004 serta kondisi HKBP saat ini, kondisi dua dan bangsa di tahun-tahun berikutnya.
.
“Akhirnya sebagai Ephorus kami merumuskan goal HKBP hingga tahun 2011 adalah mengembangkan jati diri HKBP sebagai tubuh Kristus. Mengapa mengembalikan, karena sesungguhnya visi HKBP telah menjadi jati diri HKBP pada awal perkembangannya. Karena berbagai masalah yang dihadapi baik internal maupun eksternal jati dirinya itu makin meredup. Salah satu jati diri itu adalah melakukan pelayanan holistik artinya mengembangkan manusia seutuhnya dengan melaksanakan Tri-Tugas Panggilan Gereja yaitu Koinonia, Marturia dan Diakonia,” ujarnya.
.
HKBP dari sejak awal terutama dimotori Inger Ludwijk Nommensen, kata Ephorus, bukan hanya memberitakan injil secara verbal tetapi sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat, pendidikan, pemahaman akan kesehatan serta membangun seluruh aspek kehidupan manusia, rohani kehidupan insan bangsa Indonesia khususnya yang berasal dari Tapanuli Bagian Utara.
.
Makanya, lanjut Ephorus, HKBP kemudian menetapkan tahun 2007 menjadi Tahun Koinonia, tahun 2008 ditetapkan sebagai Tahun Marturia dan tahun 2009 sebagai Tahun Diakonia.
Dalam Tahun Diakonia ini HKBP lanjutnya memerbaharui pemahaman tentang Diakonia. Selama ini Diakonia itu dipahami hanya merupakan tugas para pelayan gereja dan sebatas pelayanan diakonia sosial yang bersifat kharitatif saja. Padahal Diakonia adalah tugas semua orang percaya, tugas semua anggota jemaat dan menyangkut pelayanan manusia seutuhnya. “Melalui Diakonia, gereja hendak menghadirkan kasih dan pelayanan Kristus. HKBP melakukan pelayanan diakonia bukan supaya terkenal, tetapi supaya semua orang mengerti bahwa Tuhan mengasihi mereka dan Diakonia gereja bukan sosialisme atau humanisme yang dilakukan banyak LSM,” ucap Ephorus.
.
Pengamatan wartawan, puncak Perayaan Tahun Diakonia dilakukan dalam beberapa sesi yaitu penanaman pohon oleh Menteri Kehutanan pada Minggu sore pukul 15.00 WIB dilanjutkan dengan kebaktian raya dan acara nasional yang dimulai sekira pukul 19.00 WIB dimana Gubsu dan Muspida lainnya hadir. Perayaan itu dihadiri lebih kurang 20 ribu jemaat mulai sore hari dan saling bergantian hadir hingga malam hari. Untuk itu panitia juga menyediakan tenda dan kursi di pelataran Pardede Hall hingga kampus Universitas Darma Agung yang seluruhnya dipadati jemaat.
.
Pada acara nasional yang dimulai pukul 19.00 WIB juga ditampilkan pagelaran operete dimainkan mahasiswa Unimed yang mengisahkan hidup Nommensen di Jerman hingga datang ke Tanah Batak membawa penginjilan sekaligus melayani orang Batak berbagai pengetahuan kesehatan, bertani dan berdagang.
.
Pada malam itu Panitia diwakili RE Nainggolan dan Rapotan Tambunan menyerahkan bantuan sosial kepada tujuh panti asuhan Protestan, Khatolik, Islam, Budha dan Hindu yang ada di Medan.(M-17/u)
.
Sumber : Sinar Indonesia Baru